BAPERAN – BAcaan PERmenungan hariAN.
Senin, 20 September 2021.
Tema: Bersaksi.
- Ezr. 1: 1-6.
- Luk. 8: 16-18.
IMAN itu dinamis. Iman memberanikan diri kita bergerak keluar. Dengan mewartakan pengalaman kasih akan Allah.
Itulah kegembiraan sekaligus pengutusan setiap dari kita yang dibaptis.
Tuhan menciptakan setiap pribadi itu unik. Juga masing-masing jadi pribadi istimewa. Setiap dari kita diharap menemukan cara-cara istimewa untuk mewartakan Yesus. Kapan pun dan di mana pun kita berada.
Kasih-Nya yang melampaui nalar, menarik kita lebih dekat kepada-Nya; disatukan dengan diri-Nya. Kita diubah dan dimampukan menanggapi kasih-Nya yang istimewa.
Allah mendengarkan dan peduli
Dalam rancangan agung, Allah melalui Raja Koresh mengizinkan pulang bangsa Israel dari pembuangan di Babilonia kembali ke Yerusalem. Tujuannya jelas, membangun kembali Bait Allah yang telah dihancurkan.
Raja memerintahkan rakyatnya untuk membantu mereka dengan apa yang mereka miliki. “Barang-barang perak, dengan emas, harta benda dan ternak, dan dengan pemberian yang indah-indah, selain dari segala sesuatu yang dipersembahkan dengan suka rela.” bdk ay 6.
Kebaikan yang menular.
Gerakan membangun “Rumah Allah” di dunia sebagai sarana berhimpun, berdoa, bersyukur, menyembah, dan memuji Allah dalam Roh Kebenaran terus. Sampai sekarang ini. Bahkan ada istilah “dana operasional” sebagai ungkapan berbagi kebaikan dan berkat.
Sebuah kelimpahan kebaikan.
Itulah yang saya amati, alami, dan tentunya juga saya kagumi. Kebiasaan baik yang menyebar di antara umat.
“Bagaimana pengalaman dan perasaan ketika bertugas mengumpulkan kebaikan umat lewat kolekte dengan memegang kotak kosong, ketika umat masuk dan keluar gereja saat Ekaristi?
Sekilas saya melihat, ketika umat masuk gereja, mereka memasukkan kolekte ke dalam kotak sebagai persembahan kasih dan syukur atas kebaikan Allah yang dialami.
Dan setelah mereka selesai ber-Ekaristi, beberapa pribadi yang juga umat Katolik secara bergiliran memegang kotak kosong di pintu keluar gereja di mana umat juga dengan gembira dan sukarela memberi kolekte kedua untuk ujud khusus,” kali ini saya bertanya panjang lebar.
“Romo, pada awalnya saya canggung. Saya mengenal umat yang lain. Saya tahu situasi ekonomi mereka,” jawab salah satu dari penggiat pengumpulan kolekte ini.
“Kadang, perasaan saya yang muncul. Ada rasa gembira, kalau umat memberi sesuatu. Tetapi kadang saya juga bertanya, kalau umat hanya jalan lewat begitu saja.
Namun, saya tidak boleh menghakimi dan menilai. Karena setiap keluarga tentunya juga punya permasalahannya sendiri.
Saya melihat bagaimana umat sungguh merasa memiliki gereja. Dengan ketulusan, mereka ingin meringankan biaya operasional gereja,” jelasnya.
“Apa yang anda lakukan bila umat memberi atau tidak. Sebuah saat yang menegangkan dan deg-deg-an?”
“Rasanya gimana gitu ya. Pertama dan terutama kami tidak boleh menilai. Menunjukkan reaksi beda antara yang memberi dan tidak.
Kami tersenyum gembira atas kehadiran mereka ber-ekaristi bersama. Ini jauh lebih penting dan mulia.
Bersama berhimpun, bersama memuji, bersama menyembah dalam Roh dan Kebenaran. Nilai persaudaraan dan pengudusan ini jauh lebih mulia, jauh lebih tinggi, kan Mo.
Bagi yang memberi, kami tersenyum. Saya berdoa dalam hati, Tuhan semoga mereka terberkati. Rezeki mereka diperlancar. Usaha dan keluarga mereka diberkati. Terima kasih Tuhan.
Kalau ada umat yang hanya berjalan lewat, saya juga tersenyum. Berdoa dalam hati, Tuhan sayangi umat-Mu. Semoga ia beroleh berkat-Mu dan berlimpah kasih. Lancarkanlah usahanya. Berkatilah segala usaha dan pergulatan hidupnya,” begitu mereka menerangkan.
“Hebat sekali. Dua jempol. Doa yang tulus. Sebuah ungkapan hati berani keluar dari diri. Mau menyapa setiap umat yang hadir dan mendoakan. Sebuah sentuhan jiwa, karya terindah setiap hati. Memandang segala sesuatu dalam keindahan dan kebaikan hidup, kataku meneguhkan,” pujiku.
Ia tersenyum dan berkata, “Begitulah, Mo.”
Tak terduga kelembutan imannya
Saya sungguh bersyukur, tersentuh. Di masa-masa yang sulit begini, selalu saja ada umat yang melakukan hal-hal yang luar biasa.
Itulah mereka. Keluarga-keluarga yang berbagi virus kebaikan dengan suka tersenyum.
“Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi.” ay 18a.
Tuhan, kebaikan-Mu, perisai dan syukurku.
Amin.