BEBERAPA penelitian observasional tentang dosis tinggi vitamin D dan Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) telah menyimpulkan bahwa kadar vitamin D (25-hydroxyvitamin D) yang rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko ISPA.
Apa yang dapat kita cermati?
Data acak prospektif dengan kekuatan yang memadai untuk menguji apakah suplementasi vitamin D dapat mencegah ISPA, ternyata masih kurang. Medscape.com pada 16 Oktober 2017 menjelaskan adanya alasan biologis untuk menduga bahwa vitamin D mungkin bersifat protektif, karena mampu meningkatkan peptida antimikroba pada epitel saluran pernafasan.
Sebuah penelitian oleh Dr. Aglipay dan rekan yang dilakukan di Toronto, Canada untuk menentukan apakah pemberian suplemen oral dosis tinggi vitamin D 2000 IU/hari atau dosis standar 400 IU/hari efektif dalam mengurangi ISPA karena virus.
Vitamin D diberikan satu tetes mulut atau oral setiap hari. Anak-anak dibagi secara acak dalam alokasi 1:1 selama tahun 2011 sampai 2015, berusia 1-5 tahun dan terdaftar di delapan klinik layanan primer yang merupakan bagian dari jaringan penelitian, dari bulan September sampai Mei setiap tahun.
Hasil yang menarik adalah jumlah ISPA virus yang dapat dikonfirmasi laboratorium. Penelitian ini melibatkan 703 anak yang memenuhi syarat, dengan jumlah sekitar 350 di setiap kelompok. Jumlah rata-rata ISPA per anak per bulan adalah 1,03 pada kelompok dosis standar dan 1,05 pada kelompok dosis tinggi, menghasilkan selisih antara kedua kelompok 0,02 (95% CI, -0,17 sampai 0,21).
Rasio tingkat infeksi antara anak dengan suplemnetasi Vitamin D dosis tinggi dibandingkan dengan anak dengan dosis rendah adalah 0,97 (CI 95% 0,80-1,16), yang berarti perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Para peneliti menyimpulkan bahwa suplementasi vitamin D dosis tinggi tidak mengurangi terjadinya ISPA yang disebabkan karena semua jenis virus pada anak.
Sebaliknya, Reuters Health juga menulis tentang hal serupa dalam judul yang besar, yaitu Vitamin D Supplements Linked to Lower Risk of Asthma Attacks.
Tulisan Lisa Rapaport yang terbit pada 19 Oktober 2017 tersebut, menampilkan data gabungan dari tujuh penelitian yang diterbitkan sebelumnya, dengan total 955 pasien asma yang dipilih secara acak, untuk menggunakan vitamin D atau plasebo, selain obat lain yang diresepkan untuk mengatasi gejala asma mereka.
Manfaat Vitamin D
Manfaat nyata konsumsi vitamin D cukup signifikan hanya pada orang yang pada awalnya mengalami defisiensi vitamin D. Pasien asma yang menderita serangan atau kekambuhan (eksaserbasi) asma, harus mendapatkan kadar normal vitamin D, dan jika rendah harus diberikan suplemen vitamin D.
Ada bukti yang cukup kuat untuk menunjukkan bahwa hal ini dapat mengurangi risiko serangan asma, menurut peneliti senior Dr. Adrian Martineau dari Queen Mary University of London di Inggris.
Sangat penting untuk ditekankan bahwa pasien asma tidak boleh berhenti memakai terapi asma biasa. Semua penelitian menunjukkan bahwa efek pemberian vitamin D terdapat pada pasien dengan terapi asma biasa.
Di seluruh dunia, lebih dari 300 juta orang menderita asma, dan penyakit ini bertanggung jawab atas kira-kira 400.000 kematian setiap tahun, para peneliti mencatat dalam The Lancet Respiratory Medicine, yang terbit online 3 Oktober 2017. Dalam penelitian tersebut, peserta tinggal di enam negara di tiga benua dan berusia antara 1 sampai 85 tahun.
Vitamin D dosis suplemen bervariasi di semua penelitian yang dianalisis. Satu penelitian menguji 100.000 unit IU (unit internasional) setiap dua bulan, empat penelitian memeriksa dosis harian mulai dari 500 IU hingga 2.000 IU; dan dua penelitian menggunakan vitamin D setiap hari dan setiap dua bulan sekali.
Suplemen vitamin D tampaknya memiliki dampak terbesar dalam mengurangi risiko serangan asma pada orang dengan kadar vitamin D yang berada di bawah 25 nanomoles per liter (nmol / L). Bagi orang dengan kadar vitamin D 25 nmol / L atau lebih tinggi, ada beberapa pengurangan serangan asma, namun perbedaannya terlalu kecil untuk menyingkirkan kemungkinan hal itu terjadi karena kebetulan.
Salah satu penjelasan potensial dari hasilnya adalah bahwa vitamin D meningkatkan kekebalan terhadap virus penyebab ISPA yang merupakan penyebab utama serangan asma. Hal ini juga mengurangi respons inflamasi berbahaya di jalan napas yang dapat berkontribusi pada pengembangan serangan asma dan dapat meningkatkan efek anti-inflamasi kortikosteroid bagi beberapa orang.
Penelitian ini tidak meneliti dosis ideal vitamin D atau menguji kemungkinan alasan suplemen tersebut dapat mengurangi gejala asma. Studi kecil dalam analisis ini juga memiliki metode yang berbeda untuk mengukur keefektifan vitamin D untuk mengurangi serangan asma, sehingga sulit untuk mengatakan dengan pasti siapa yang paling diuntungkan dari suplemen.
Analisis ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D mungkin bermanfaat pada penderita asma, walaupun buktinya belum cukup kuat untuk direkomendasikan penggunaannya,seperti dijelaskan oleh Dr. Richard Beasley dari Medical Research Institute of New Zealand di Wellington.
Suplementasi vitamin D berpotensi menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena selain harganya relatif murah, juga karena kekurangan vitamin D umum terjadi di banyak populasi di mana asma dan ISPA juga umum terjadi.
Apakah kita sudah bertindak bijak?