“Wangsul Klasik”, Jakarta Rasa Solo oleh Paguyuban Tari Cannaya Strada Pejaten

0
783 views
ilustrasi: Tari Srikandi Larasati. (Ist)

MENUMBUHKAN sikap mencintai budaya Indonesia bisa dilakukan kapan saja oleh siapa saja, di mana saja, di usia berapa saja. Tidak terkecuali oleh Paguyuban Tari Cannaya.

Ini adalah nama sebuah paguyuban yang keberadaannya diiniasiasi oleh alumni Sekolah Strada Pejaten di Pasar Minggu.

Paguyuban ini secara rutin berlatih kembali menggelar pentas tari Jawa Klasik gaya Mangkunegaran seperti yang pernah diajarkan saat masih bersekolah di Strada di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, era tahun 1970–1980-an.

Canayya merupakan komunitas lintas generasi, lintas agama, lintas profesi, beranggotakan alumni, orangtua murid dan para sahabat Sekolah Strada Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Tari Gambyong Pangkur.

Pagelaran budaya bertitel Wangsul Klasik telah sukses digelar di Galeri Indonesia Kaya Grand Indonesia. Di situ, klub tari Paguyuban Cannaya menjadi tim pengisi acaranya. 

Makna kata

Kata “wangsul” dalam bahasa Jawa yang berarti kembali, memberi makna mengajak kita untuk kembali ke akar budaya lokal, khususnya budaya Jawa Klasik Pura Mangkunegaran.

Acara ini dihadiri Direktur Perkumpulan Strada Romo Odemus Bei Witono SJ dan Gusti Kanjeng Puteri Mangkunegoro IX dari Pura Mangkunegaran Surakarta.

Pergelaran tari ini dibuka oleh GRAj Ancillasura Marina Sujiwo, puteri KGPAA Mangkunegoro IX yang dilanjutkan dengan penampilan orkes keroncong, persembahan dari guru, dan karyawan Sekolah Strada di Pejaten Pasar Minggu.

Peragaan busana adat Mangkunegaran.

Setelah penampilan orkes keroncong, menu acara disambung oleh penampilan Tari Gambyong Pangkur oleh Paguyuban Cannaya. Tidak ketinggalan, adanya peragaan busana Adat Pura Mangkunegaran yang jarang ditemui. 

Busana adat ini didatangkan secara khusus dari Pura Mangkunegaran. Karenanya, penampilan itu semakin menyemarakkan suasana. Total terdapat delapan baju adat yang diperagakan.

Setelah peragaan busana, pagelaran dilanjutkan dengan pertunjukan Tari Retno Tanding, Tari Prawiro Guno, Tari Golek Sukoretno, Tari Menak Koncar, dan ditutup dengan Tari Srikandi Larasati.

Merawat budaya nasional.

Pergelaran Wangsul  Klasik berlangsung meriah dan pesan yang mau disampaikan dapat sampai dengan baik ke penonton. Selama acara berlangsung, tamu undangan tampak menikmati acara yang sudah dipersiapkan selama 2,5 bulan ini.

Pada akhir acara, 150 tamu undangan yang hadir memberi tepuk tangan meriah. Pagelaran Wangsul Klasik dibungkus dengan apik. Seni dankebudayaan Pura Mangkunegaran yang adiluhur dapat dipertunjukkan dengan baik.

Jakarta terasa seperti Surakarta alias Solo nih.

Seluruh anggota pendukung pergelaran “Wangsul Klasik” bersama Gusti Kanjeng PuteriMangkunegoro- X GRAj Ancillasura Marina Sujiwo. (Panitia)

PS: Kredit foto Panitia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here