Warga Paroki Mena, Atambua Belajar Membuat Tenun Ikat

0
602 views

DEMI menindaklanjuti program fokus Keuskupan Atambua yang lebih mengedepankan aspek ketrampilan, sebanyak 20 orang dari Stasi St.Leonardus Tainsala, Paroki Mena mengikuti kegiatan pelatihan membuat tenun ikat, Kamis – Jumat (14-15/7/2016)

Bertempat di Aula Kapela Stasi Tainsala, kegiatan yang dikhususkan bagi kaum ibu ini dibuka secara resmi oleh Pastor Paroki Sta.Filomena Mena, Rm. Kanis Oki, Pr. Dalam sambutan pembukanya beliau menandaskan betapa pentingnya mengembangkan ketrampilan membuat tenun ikat, mengingat hal ini merupakan warisan budaya dari para leluhur. “Kegiatan ini kita programkan untuk meningkatkan keterampilan menenun karena dari hari ke hari kita mengalami kesulitan mendapatkan kain-kain tenun”, ungkap Rm. Kanis. “Selain itu melalui kegiatan pelatihan ini, kita mau mengembangkan pendapatan ekonomi umat secara lebih kreatif dan tepat guna serta melestarikan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun oleh para leluhur kita”, tambahnya.

Dalam kerjasama dengan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Timor Tengah Utara, kegiatan pelatihan yang sedianya dilaksanakan tiga hari ini dipadatkan hanya dalam dua hari. Hal ini terjadi atas permintaan pendamping dari dinas terkait, karena kendala teknis dan padatnya kegiatan dalam rangka HUT Koperasi ke-69.

Kepala Dinas PERINDAGKOP Kab.TTU, Drs. Maksimus Akoit M.SI., ketika dikonfirmasi melalui telepon selulernya membenarkan hal ini. “Kami tidak bisa melaksanakan kegiatan pelatihan dalam jangka waktu tiga hari karena ‘hani’ dan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin, red) sedang digunakan di sepuluh tempat berbeda”, ungkapnya. “Selain itu kegiatan pelatihan ini bertabrakan dengan persiapan kami untuk merayakan HUT Koperasi yang ke-69 baik di tingkat kabupaten, propinsi maupun nasional”, jelasnya.

Berdasarkan program yang dibuat dari Paroki Mena, kegiatan pelatihan tenun ikat tersebut membutuhkan alat-alat canggih seperti ‘hani’ dan ATBM tadi. Namun hal itu tidak bisa direalisasikan dalam kurun waktu yang relatif singkat sebagaimana diagendakan. Pak Kadis mengatakan bahwa pelatihan tenun ikat hanya bisa berhasil maksimal kalau dilakukan dalam suatu proses yang berkelanjutan. “Ada tahapan-tahapan untuk sampai pada hasil tenunan ikat yang berkualitas” ungkapnya. “Tahap awal yang perlu kita lakukan dalam kegiatan kali ini adalah latihan pencelupan benang”, jelasnya.

Hari pertama: tahap pengumpulan bahan-bahan & dukungan penuh dari Pemerintahan Desa setempat

Kegiatan pelatihan tenun ikat yang diprogramkan ternyata dilaksanakan dalam tahapan-tahapan. Adapun proses pembuatan tenun ikat adalah sebagai berikut : pemilihan benang dan zat warna, pencucian benang, penjemuran benang, pengintiran/klos benang, menghani benang, mengikat motif/pembentukan motif, pencelupan/pewarnaan benang, membuka ikatan, pembentangan benang selang dan pemasangan gun, dan yang terakhir menenun.

Untuk kali ini, kegiatan dimaksud terfokus pada tahapan latihan pencelupan benang. Pada hari pertama, Kamis (14/7/2016) para peserta diminta mengumpulkan bahan-bahan seperti: kulit mahoni, kulit asam, kulit mangga, kulit kabesak, kulit mengkudu, sabut kelapa dan daun jati. Selain itu mereka juga diminta untuk membawa serta kayu api, ember, tacu, sabun cuci dan tali rafia. Semua bahan dan peralatan itu akan dipakai untuk memperlancar praktek pencelupan benang yang akan dilaksanakan pada hari kedua nanti.

Hadir juga dalam kegiatan pelatihan hari pertama ini Kepala Desa Tainsala, Rofinus Manikin, S.Pd. Ketika diminta pendapatnya tentang kegiatan ini beliau menanggapinya dengan sikap yang sangat apresiatif. “Kegiatan ini menambah keterampilan ibu-ibu dalam hal menenun yang diawali dengan pencelupan dan pewarnaan benang”, katanya.  Ia juga mengungkapkan harapannya akan keberlanjutan dari kegiatan pelatihan ini.  “PEMDES Tainsala tahun ini mengalokasikan dana sebesar Rp.50.000.000.- yang 25 % nya diperuntukkan bagi kelompok-kelompok seperti ini”, jelasnya. “Karena itu saya mengharapkan kiranya kegiatan ini menjadi cikal bakal terbentuknya kembali kelompok-kelompok tenun dan bisa memotivasi ibu-ibu yang lain untuk membentuk kelompok-kelompok yang baru”, tambahnya.

Hari kedua: tahap praktek pencelupan benang

Tepat pukul 09.00 Wita, para peserta sudah berkumpul di tempat kegiatan. Pendamping sebanyak lima orang dari Dinas PERINDAGKOP Kab.TTU begitu gembira melihat sikap para peserta yang antusias hendak mengikuti kegiatan dimaksud. “Kami bersyukur karena para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan ini” kata ibu Anik Wahyuni selaku salah satu pendamping.

Pelatihan hari ini, Jumat (15/7/2016) lebih fokus pada pencelupan benang menggunakan teknologi pewarnaan benang dengan zat warna alam. Zat warna alam diambil dari bahan-bahan yang telah disiapkan kemarin. Adapun tahapannya sebagai berikut: proses ekstraksi zat warna alam, persiapan pencelupan dengan zat warna alam, dan proses pencelupan dengan zat warna alam.

Kegiatan pelatihan kali ini meninggalkan kepuasan tersendiri bagi para peserta. “Kami sangat bergembira karena boleh mendapat pelayanan dari para pendamping. Ini menjadi kesempatan pertama kali bagi kami untuk mendapat pelatihan pencelupan dan pewarnaan benang. Kami sangat puas dengan hasilnya”, ungkap Ibu Sinta salah satu peserta. Rangkaian kegiatan ditutup dengan dibuatnya kesepakatan untuk membentuk kelompok-kelompok tenun ikat secara paten.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here