Jumat, 13 November 2020
2Yoh 4-9 dan Luk 17:26-37
SEBUAH kisah diceritakan waktu bencana gempa bumi dan tsunami di Mentawai 25 Oktober 2010. Ketika ada alarm bahaya tsunami berbunyi, kepala dusun memukul lonceng tanda bahaya dan memerintahkan warga untuk lari menyelamatkan diri.
Seorang ibu, setelah lari meninggalkan kampung, dia teringat akan surat-surat berharga di rumah. Dia kembali untuk mengambilnya. Dan dia terseret dan dihempas gelombang tsunami.
Dia ditemukan tak bernyawa, sekitar 100 meter dari bekas rumahnya.
Nasib manusia itu hanya sejengkal terpisah dari malapetaka dan maut, namun kita tidak menyadarinya. Hanya apabila bencana sudah datang menimpa, barulah kita menyesal, tapi sudah terlambat.
Nasi sudah menjadi bubur.
Hanya orang bijak dan waspada yang selalu berjaga-jaga. Banyak dari kita hidup tanpa kesadaran, hanya didorong oleh nafsu.
Kita latah ikut apa yang dilakukan orang lain. Kalaupun ada orang yang menegur, itu dianggap hanya suara yang mengganggu, karena tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Injil hari ini mengajak kita untuk penuh waspada dan berjaga-jaga menantikan kedatangan Yesus yang mulia.
Kedatangan Kristus mulia sebagai hakim kehidupan akan datang bersama dengan kematian. Hal ini terjadi dengan tidak terduga.
Yesus menyampaikan gambaran kedatangan-Nya yang tiba-tiba, dengan air bah, kisah Sodom dan Gomora, kehancuran Yerusalem. Kesiapsiagaan mengahadapi hal yang tak terduga tidak sama dengan gelisah dan terancam.
Kesiapsiagaan iman justru berarti rasa aman dan pasrah, karena orang beriman tahu bahwa hanya kepada Yesus dia percaya dan berharap.
Kepasrahan itu bukan sikap pasif, melainkan aktif, karena orang berani menyerahkan seluruh hidup kepada Allah, Penyelenggara kehidupan kita.
Semoga kita dengan penuh iman, sambil tetap waspada dan berjaga-jaga menantikan kedatangan Yesus yang mulia. Amin.
Selamat pagi. Salam dan doa berkatku