Kurangnya wawasan yang luas di masyarakat menjadi salah satu penyebab terjadinya kerusuhan di Sampang, Madura beberapa hari silam, kata Sosiolog LIPI Endang Turmudi.
“Kalau kalangan bawah tidak punya wawasan yang luas sehingga ketika dihadapkan masalah-masalah ideologi, mereka jadi sangat fanatik dan sensitif sehingga mudah tersulut emosinya,” kata Sosiolog di Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Kebudayaan LIPI saat di temui di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, konflik di Sampang bukanlah konflik agama antara Syiah-Sunni. “Pasti ada masalah lain di luar itu, konflik Syiah-Sunni hanya dijadikan alasan untuk menyerang saja,” katanya.
Namun demikian masalah tersebut kemudian menjadi isu agama. Menurut dia, agama itu sensitif. Adanya kasus-kasus non SARA yang didorong ke arah masalah agama disebabkan adanya keinginan orang yang berkonflik untuk mendapatkan dukungan.
“Misal orang bawa kasus pribadinya ke masalah agama untuk dapat dukungan orang-orang seagamanya. Padahal orang seagamanya tidak mengerti kalau itu sebenarnya kasus pribadi,” katanya.
Hal itu terjadi karena menurut dia, dengan label isu agama, orang yang bertikai akan lebih mudah memperoleh dukungan dari banyak pihak.
Seperti diberitakan peristiwa penyerangan kelompok minoritas Islam Syiah di Desa Karang Gayam, Sampang terjadi Minggu (26/8) sekitar pukul 11.00 WIB.
Sementara korban tewas dalam kerusuhan itu ada dua orang yakni Hamamah dan Husein.
Kasus penyerangan atas kelompok Islam Syiah di Dusun Nanggernang itu merupakan kali kedua dalam dua tahun terakhir.