NAMANYA Winnie Harlow. Ia adalah seorang model peragawati berkulit hitam asal Canada. Dan tiba-tiba saja, namanya melejit terkenal di seluruh dunia.
Padahal sejak usia 4 tahun, Winnie menderita vitiligo. Semacam penyakit kulit yang membuat belang-belang di sekujur tubuhnya.
Winnie bahkan harus di-DO saat SMP, karena tak tahan dirundung oleh teman-temannya. Mereka sering menyebutnya sapi perah atau zebra.
Tanpa diduga, saat usia menginjak 25 an tahun, Winnie ikut festival busana dan berhasil masuk dalam 14 besar.
Sejak itu, ketenaran Winnie sebagai “model” tak dapat ditahan lagi.
Keberhasilan Winnie dicatat sebagai bentuk normal baru atau “new normal“.
Winnie yang semula minder, karena menerima stigma masyarakat tak mungkin tampil di depan umum, karena kulitnya “blontang-blonteng“. Namun kemudian, ia malah muncul sebagai peragawati jempolan kelas dunia. Kulit belang-belangnya tak lagi membuat dia mengurung diri di kamar atau di toilet rumahnya.
Itulah fenomena disruption yang “merusak” tatanan pakem lama menjadi sesuatu yang semula tak dikira orang akan terjadi.
Halangan untuk maju dan sukses ternyata bukan berasal dari luar diri, tapi justru berasal dari dalam diri kita.
Nick Vujivic, seorang motivator terkenal yang tak mempunyai lengan dan kaki mengatakan: “Fears is a bigger disability than having no arms or legs”/
Sementara J. Gitomer, penulis dan pembicara terkenal, berpesan agar jangan membesar-besarkan kekurangan karena:
“Obstacles can’t stop you
Problems can’t stop you, most of all
Other people can’t stop you either
The only one stops you is yourself.”
@pmsusbandono
9 Oktober 2024
Baca juga: You’re what you’re flexing