Puncta 30.09.22
PW. St. Hieronimus, Imam Pujangga Gereja
Lukas 10: 13-16
DANARAJA raja di Lokapala jatuh cinta pada Dewi Sukesi, Puteri Raja Sumali di Alengka. Dia menderita sakit karena dibelenggu oleh perasaan jatuh cinta.
Resi Wisrawa, ayah Prabu Danaraja ingin membantu anaknya. Dia datang ke Alengka untuk meminang Dewi Sukesi menjadi permaisuri anaknya.
Namun Dewi Sukesi punya syarat. Siapa saja yang bisa menjelaskan isi Kitab Santra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu, dialah yang akan dijadikan suaminya.
Wisrawa menyanggupi permintaan Dewi Sukesi.
Kitab ini bukan sembarang kitab. Tidak sembarang orang mampu mengupas makna kitab sakti ini.
Sedang mereka berdua membedah isi Sastra Jendra, wajah keduanya seperti dewa turun dari Kahyangan. Sukesi dibakar oleh nafsu dan Wisrawa terpesona oleh kemolekan Dewi Sukesi.
“Jroning peteng kang ana amung lali, jroning lali tan eling marang purwaduksina.” (Dalam kegelapan yang ada hanyalah lupa. Dalam lupa, tidak ingat lagi asal muasal siapa dirinya).
Wisrawa sebagai guru lupa bahwa Sukesi adalah muridnya. Sukesi lupa bahwa Wisrawa adalah calon mertuanya. Mereka terbakar oleh nafsu birahi akibat terpesona pada makna Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu.
Yang mestinya jadi berkah, kini berubah menjadi kutukan.
Dari perbuatan Wisrawa dan Sukesi nanti lahir raksasa-raksasa; Rahwana, Kumbakarna, Sarpakenaka.
Mereka lahir sebagai raksasa karena Sukesi dan Wisrawa gagal memahami Kitab Sastra Jendra.
Dalam Injil, orang-orang Khorazim, Betsaida dan Kapernaum gagal memahami kehadiran Yesus. Jika di Sidon dan Tirus terjadi pertobatan dan mereka berkabung, melihat karya Yesus, tapi ketiga kota itu tidak menunjukkan pertobatan.
Maka Yesus berkata, “Celakalah engkau Khorazim. Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.”
Mereka yang menolak Yesus harus menerima tanggungan yang lebih besar daripada tanggungan Tirus dan Sidon. Kapernaum tidak akan diangkat naik, tetapi justru diturunkan sampai ke dunia orang mati.
Yesus adalah Utusan Allah. Mereka yang menolak-Nya berarti juga menolak Dia yang mengutus-Nya.
Barangsiapa menerima Yesus, mereka tidak akan mengalami celaka seperti Khorazim, Betsaida dan Kapernaum itu.
St. Hieronimus yang kita peringati hari ini pernah berkata, “Jika kita tidak mengenal Kitab Suci, kita tidak akan mengenal Kristus.”
Untuk bisa mengenal siapa Kristus, kita mesti membaca Kitab Suci. Jika kita bisa memahami Kitab Suci, kita akan mengenal Kristus yang membawa keselamatan kekal.
Tidak seperti Wisrawa dan Sukesi yang gagal memahami isi Sastra Jendra, jika kita mau membaca Kitab Suci, kita akan mengalami keselamatan dan kebahagiaan hidup.
Naik sepeda menuju ke Pangandaran,
Di pinggir pantai duduk bercengkerama.
Yesus Kristus membawa keselamatan,
Kitab Suci adalah jalan memahaminya.
Cawas, September Ceria….