Yah Rina’ Tompo Nguroto. Tabe’ Tompo, Sapaan Khas Dayak di Kembayan, Paroki Kuala Dua, Sanggau

0
333 views
Penulis ikut berpartisipasi dalam Misa Vigili Paskah di Stasi Jemongko, Ilustrasi: Paroki Kuala Dua, Sanggau, Kalbar. (Br. Sera OFM)

Yah rina’ Tompo nguroto.
Tabe’ Tompo

SAPAAN pembuka ini berasal dari sub suku Dayak Muara yang melingkupi wilayah Desa Jemongko dan sekitarnya di Kecamatan Kembayan. Jika diartikan dalam bahasa Indonesia maka kalimat itu berarti “Kita kekerja, Tuhan memberkati serta dijawab dengan permisi Tuhan.”

Stasi Jemongko, Paroki Kuala Dua, Sanggau

Perkenalan saya pada sapaan pembuka ini bermula, saat saya kerasulan pada Malam Paskah di Stasi Gembala Yang Baik Jemongko.

Stasi Jemongko merupakan asal muasal terbentuknya Paroki Gembala Yang Baik, Kuala ua. Jarak antara Stasi dan Paroki Kuala Dua tidak begitu jauh. Hanya sekitar 10 menit, jika menggunakan sepeda motor.

Jembatan kecil hanya untuk sepeda dan motor; satu-satunya akses dari “pusat” paroki menuju Stasi Jemongko, Kuala Dua, Sanggau, Kalbar. (Br. Sera OFMCap)
Sungai yang membelah dua desa sehingga jembatan ini menjadi akses penting yang menghubungkan Stasi Jemongko dan “pusat paroki” dan bahkan akses jalan raya besar menuju Entikong. (Ist)

Perayaan Malam Paskah berjalan begitu damai dan penuh penghayatan. Lantunan Lagu Ordinarium Gregoriana membumbung sampai keingatanku 2.000 tahun yang lalu. Di mana kala itu Yesus mengalahkan kegelapan maut dan membebaskan dosa manusia dengan mati demi kemuliaan.
Ya… Jutaan malaikat menyanyikan nyanyian surgawi.

Pada malam itu, Kitab Kejadian dan Kitab Keluaran yang dibacakan, sesuai dengan aturan Keuskupan Sanggau. Setidaknya ada gambaran secara mendalam untuk umat sederhana dalam memahami kebebasan dan kemenangan.

Kebebasan yang penuh kehormatan dan kedamaian. Kemenangan yang merangkul setiap insan untuk kembali pada keagungan Allah.

Setelah perayaan selesai, saya diminta oleh ketua umat untuk memimpin ibadat arwah hari yang ke-5.

Lilin Paskah menyala di Kapel Stati Jemongko, Paroki Kuala Dua, Keuskupan Sanggau. (Br. Sera OFMCap)

Perut kosong tapi mantap pimpin ibadat

Meskipun sudah pukul 22.00 dan belum ada makanan yang masuk kedalam lambung, tapi saya tetap dengan mantap melaksanakannya.

Ibadat selesai langsung dilanjutkan ramah tamah dan makan tengah malam. Ya, memang sudah tengah malam.

Dalam ramah tamah itulah, saya mendapatkan sedikit pengetahuan yang luar biasa yaitu sapaan pembuka dalam setiap pertemuan.

Sapaan khas

Jika kita telah melihat artian dalam bahasa Indonesia di atas maka kita secara tidak langsung merenungkan maknanya.

Setiap pekerjaan adalah berkat dari Allah. Berkatnya ialah Allah telah melimpahkan rahmat kesehatan yang baik untuk kita.

Ungkapan syukur kita ialah mampu menebarkan berkat pada sesama yang membutuhkan.

Penulis bersama Umat Stasi Jemongko, Paroki Kuala Dua, Keuskupan Sanggau, Kalbar. (Ist)

Jangan takut berkekurangan. Kemurahan hati Tuhan telah melampaui batas dan tak terbendung. Jadi jangan takut untuk berbagi.

Ingatlah pada perkataan Rasul Petrus kepada orang lumpuh dan miskin sehingga meminta pertolongan kepada siapa pun yang lewat di depannya, “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah.” ( Kis 3:6).

Mari bekerja dengan tenang dan tulus. Sisihkan sedikit untuk siapa pun yang membutuhkan.

Hentikan segala sesuatu yang bersifat menimbun. Terbukalah pada siapa pun. Lenyapkan praktik pamer kekayaan.
Jadilah sumber kasih bagi orang yang membutuhkanmu.

Semoga pace e bene.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here