BEBERAPA raja mendapat wahyu khusus (bahasa Jawa: pulung). Karenanya, mereka dapat memerintah secara amat berwibawa. Dari dirinya memancar kekuatan yang membuat rakyat segan dan sang raja dapat memberikan perlindungan (pangayoman) dan keselamatan bagi rakyatnya.
Mereka yang mendapat wahyu itu dianggap pantas untuk menjadi tempat tinggal dari Yang Mahatinggi. Itulah sebabnya mereka memancarkan keistimewaan yang tidak dimiliki orang lain. Umumnya, wahyu itu untuk mengabdi orang lain.
Setiap orang, dalam arti tertentu memiliki semacam wahyu itu. Bakat yang orang miliki itu berasal dari Tuhan. Berkat potensi itu, orang dapat mengambil bagian dalam kemampuan Tuhan. Maka, hendaknya orang menggunakannya untuk kepentingan sesamanya.
Dalam percakapan-Nya dengan Natanael (Bartolomeus), Tuhan Yesus bersabda, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.” (Yohanes 1: 51).
Yang dimaksud dengan Anak Manusia adalah Tuhan Yesus.
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa Tuhan Yesus itu dipilih menjadi tempat tinggal Tuhan. Dia mendapatkan wahyu yang penuh, sehingga dapat memberikan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Dia itu raja (Yohanes 18: 37).
Hal itu akan terlaksana tatkala Dia ditinggikan di kayu salib (Yohanes 4: 20; 12: 32). Saat itulah orang melihat kemuliaan-Nya. Para malaikat melayani Dia. Tampak nyata pula bahwa Dia sungguh telah mendapatkan wahyu; seorang Raja.
Hanya sedikit orang yang mendapat kesempatan untuk menyaksikan kemuliaan itu. Salah satunya adalah Bartolomeus (Yohanes 1: 51).
Dengan tegas Yesus menyebut dia dengan “engkau” karena dialah yang telah percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah dan Raja orang Israel (Yohanes 1: 49).
Mereka yang memiliki kepercayaan yang sama dianugerahi pula kesempatan untuk menyaksikan kemuliaan itu.
Iman itu mereka beroleh berkat pewartaan dari para rasul yang lebih dahulu mengalami dan menyaksikan Yesus sebagai pribadi yang dipenuhi wahyu.
Rabu, 24 Agustus 2022
Pesta St. Bartolomeus, Rasul