BUKAN kebetulan bahwa hari ini Gereja menyajikan dua bacaan yang pesannya senada (1 Raja-Raja 10:1-9 dan Markus 7:14-23). Keduanya berbicara tentang apa yang menggerakkan manusia dan membuat hidupnya berkualitas.
Ratu dari negeri Syeba yang datang dan menguji hikmat Salomo menyaksikan betapa bijaksananya raja Israel itu. Ratu itu pun berseru, “Berbahagialah para isterimu! Berbahagialah para pegawaimu, yang selalu melayani engkau dan menyaksikan hikmatmu!” (1 Raja-Raja 10:8).
Kebijaksanaan dari Tuhan mengisi hati dan pikiran Salomo dan segenap pegawainya. Itu tampak dalam hikmat Salomo, rumah yang didirikannya, makanan yang mereka sajikan, cara duduk para pegawainya, dan cara melayani serta berpakaian (1 Raja-Raja 10:4-5). Yang dalam hati membentuk hidup dan peradaban manusia.
Yesus menegaskan bahwa bukan yang masuk ke dalam diri manusia yang menajiskannya, melainkan yang keluar (Markus 7:15). “Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya!” (Markus 7:20).
Dengan itu, Yesus menyatakan bahwa semua makanan itu halal (Markus 7:19) dan mengingatkan orang untuk mewaspadai semua yang keluar dari hati manusia. “Sebab dari dalam hati orang timbul segala pikiran jahat, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan” (Markus 7:21).
Orang yang hati dan pikirannya berisi kebijaksanaan tidak akan melahirkan tindakan-tindakan buruk di atas. Sebaliknya, seperti raja Salomo dan pegawai-pegawainya, mereka membangun hidup yang berkualitas dan amat mengagumkan.
Sabda Tuhan di atas relevan sepanjang zaman. Pada zaman yang materialistik dan mengagungkan materi, Tuhan mengingatkan orang untuk mengisi hati dan pikiran dengan hal-hal rohani.
Salah satu yang terpenting ialah kebijaksanaan yang merupakan anugerah Tuhan. Berbahagialah orang bijaksana, karena pikiran dan hatinya menjadi tempat Tuhan bersemayam dan hidupnya menjadi kompas bagi sesamanya. “Mata yang miskin membatasi penglihatanmu, visi yang miskin membatasi tindakanmu,” kata Franklin Field.
Rabu, 7 Februari 2024