Puncta 14.12.22
PW. St. Yohanes dari Salib, Imam dan Pujangga Gereja
Lukas 7: 19-23
TAHUN 2024 adalah Tahun Pemilu. Sebelum berlangsung pemilu, biasanya ada masa kampanye. Dalam kampanye, calon-calon menyampaikan program-program yang akan dijalankan. jika terpilih menjadi pemimpin. Mereka menebar janji-janji yang menarik agar dapat terpilih.
Masa kampanye adalah masa untuk memperkenalkan diri. Orang berusaha keras untuk menawarkan janji-janji seribu janji.
Bahkan sekarang ini ada yang sudah “kumudu-kudu” menjadi calon dan pergi berkeliling ke sana kemari untuk mencari simpati rakyat. Padahal masa pendaftaran bakal calon pun belum dibuka.
Ada juga partai yang sudah memilih bakal calonnya. Mereka mendeklarasikan sejumlah nama untuk diusung jadi calon pemimpin. Padahal sebuah partai harus memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold.
“Pasangan calon diusulkan oleh Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Peserta Pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada Pemilu anggota DPR sebelumnya,” bunyi pasal 222 UU Pemilu.
Mereka berusaha menampilkan tokoh yang menjanjikan untuk masa depan. Bukan soal janji-janji manisnya, tetapi yang penting adalah track record kualitas kepemimpinannya.
Jangan pandai menebar janji, tetapi minim prestasi. Rakyat sudah makin pandai menuntut bukti.
Yohanes Pembaptis sedang menunggu datangnya seorang Juruselamat. Ia ingin mendapatkan bukti, bukan sekedar janji.
Maka dia mengutus murid-nya untuk datang kepada Yesus. Mereka bertanya kepada Yesus, “Tuankah yang ditunggu kedatangannya, atau haruskah kami menantikan seorang yang lain?”
Maka Yesus menjawab, “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kalian lihat dan kalihan dengar; orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.”
Yesus sebagai seorang yang ditunggu-tunggu kedatangannya, tidak pertama-tama memberikan janji-janji manis, tetapi menunjukkan bukti nyata pekerjaan-Nya.
Yesus tidak berkeliling tebar pesona tetapi berkarya nyata. Ia tidak melakukan pencitraan tetapi menunjukkan perbuatan.
Pemimpin yang baik bukan orang yang pandai memanipulasi. Ia tidak pandai memainkan kata-kata, tetapi yang betul-betul bekerja.
Di depan murid-murid Yohanes, Yesus menunjukkan bukti bukan janji-janji, sehingga mereka percaya bahwa Yesus benar-benar Yang Diurapi.
Dalam masa penantian ini, mari kita bertindak seperti Yohanes Pembaptis dan murid-muridnya, menanti pemimpin yang pandai bekerja, bukan pandai main kata-kata.
Yang memberi bukti, bukan hanya janji-janji. Yang tekun bekerja, bukan yang cuma tebar pesona.
Kita harus menjadi rakyat yang cerdas, bukan yang mau diberi uang kertas. Rakyat yang berdaulat, bukan rakyat yang mudah ditakuti oleh mayat.
Hujan di tengah malam gulita,
Menyambut pertandingan Argentina.
Menanti Sang Juruselamat dunia,
Yang datang membawa kabar gembira.
Cawas, datanglah ya Tuhan…