Renungan Harian
Kamis, 08 April 2021
Bacaan I: Kis.3: 11-26
Injil: Luk. 24: 35-48
SUATU siang, saya menerima tamu sepasang suami isteri yang belum saya kenal. Mereka mengatakan bahwa mereka sudah dua kali datang ikut perayaan ekaristi di paroki tempat saya menjalani pengutusan.
Setelah sedikit berbasa bas,i mereka memperkenalkan diri bahwa bapak itu adalah putera dari keluarga salah satu umat di paroki kami.
Mendengar bapak itu memperkenalkan diri, saya amat terkejut.
Saya kenal keluarga bapak itu. Tetapi saya dan bahkan umat di sini tidak tahu, kalau keluarga itu memiliki anak yang sekarang sudah hidup mapan.
Keluarga itu selalu dibantu oleh paroki, baik untuk kehidupan sehari-hari maupun bila harus berobat.
Kedua orangtua itu sudah sepuh dan hidup serba kekurangan. Sejauh kami tahu, mereka punya tiga orang anak yang sudah menikah. Tetapi kehidupan keluarganya juga amat sederhana.
Bapak itu nampaknya menangkap keterkejutan saya, sehingga ia lalu bercerita:
“Romo saya tahu, Romo pasti terkejut mendengar bahwa saya puetra dari keluarga itu. Mungkin juga Romo menyalahkan saya, kenapa saya seolah diam tidak mengurus orangtua dan saudara-saudara saya.”
“Romo, menurut cerita oran tua angkat saya, yang selama ini saya kenal sebagai orangtua kandung saya, saya adalah bayi yang dibuang oleh ibu saya.”
“Saya dibuang di tempat sampah, dan kemudian ditemukan oleh warga. Berita yang heboh waktu itu di kampung.”
“Kemudian, saya diambil oleh orangtua angkat saya yang memang tidak punya anak. Kemudian karena papa pindah tugas, maka saya dibawa ke tempat tugas yang baru.”
“Orangtua angkat saya tahu siapa orangtua kandung saya. Karena waktu itu, ibu kandung saya ditangkap polisi, dan orangtua angkat saya mencatat identitas beliau.”
“Romo, saya tahu siapa orangtua kandung saya belum lama. Dan sebenarnya waktu saya diberi tahu, ada perasaan marah dan tidak peduli dengan orangtua kandung saya, karena sudah membuang saya. Tetapi karena nasihat orangtua angkat saya dan dorongan isteri saya agar saya mengampuni dan mencari orangtua kandung saya.”
“Romo, sekarang ini saya mau memberitahu Romo, bahwa orangtua kandung saya akan saya ajak tinggal di rumah saya, agar mendapatkan perawatan dan perhatian yang lebih baik.”
“Sekarang saya sudah tidak marah dan dendam lagi Romo, saya menghormati dan mencintai mereka. Saya bercanda dengan orangtua angkat dan istri saya: ‘Untung saya dibuang, kalau tidak dibuang saya tidak seperti ini.’ Demikian Romo, maksud kedatangan saya.”
Sebuah pengalaman tidak mudah yang dialami bapak itu.
Namun pengampunan dan cinta yang diberikan kepada orang tua kandungnya menjadikan kehidupan orang tua kandungnya lebih sejahtera.
Pengalaman membuang bayi kiranya juga menjadi luka batin amat dalam bagi ibu kandungnya yang selama ini tersimpan rapat.
Sehingga pengampunan dari anak yang dibuang menjadikan hidupnya lebih damai, lukanya menjadi tersembuhkan.
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Injil Lukas, Yesus mengutus para murid untuk mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa. Karena dengannya manusia menjadi hidup dan dikembalikan kepada martabat luhur sebagai manusia.
“Dan lagi, dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa.”
Bagaimana dengan aku? Adakah aku mudah untuk memberikan pengampunan?