UNGARAN – Rabu, 9 Maret 2016. Sudah terbit berita-berita yang sudah beredar dan tersebar baik dalam edisi cetak maupun elektronik, juga berita-berita di sejumlah stasiun televisi terkait dengan acara “Jumpa Hati Perempuan Lintas Agama” yang diselenggarakan oleh Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK KAS) di halaman Gereja Kristus Raja Ungaran pada hari Rabu (9/03) lalu. Namun masih ada satu peristiwa yang masih tercecer dari pemberitaan padahal itu bagiku, merupakan sesuatu yang “tokcer” (baca: indah dan menarik).
Peristiwa itu adalah proses perjalanan kunjungan dan silaturahmi ke Masjid Jami’ Istiqomah Ungaran. Dengan menyeberang jalan raya Diponegoro yang memisahkan bangunan gereja dan Masjid Istiqomah, dibantu oleh para petugas keamanan dari Polsek Ungaran, para Suster Biarawati dari berbagai Tarekat yang hadir (antara lain PI, AK, OSF, BKK, PMY, dan OCSO Trapistin) bersama dengan para Perempuan Katolik bermantila serta para Perempuan Muslim, berbondong-bondong mengunjungi Masjid Jami’ Istiqomah. Turut bergabung dalam silaturahmi itu seorang jurnalis dari “OASIS Magazine and Foundation” dari Milan, Italia, yakni Ms. Rolla Maria Teresa Scollari yang tiba di Indonesia pada tanggal 7 Maret dan bergabung serta meliput acara “Jumpa Hati Perempuan Lintas Agama” itu.
Romo Aloys Budi Purnomo Pr, Ketua Komisi HAK KAS dan Pastor Pembantu Paroki Ungaran mengantar dan menghubungkan dengan Ketua Yayasan Istiqomah, KH Ahmad Thoha. Seperti biasa, Ahmad Thoha menyambut kami dengan ramah. Kami segera dipersilahkan memasuki ruang pertemuan yang sudah disiapkan.
“Ayo…, sepatu dan sandalnya tidak usah dilepas… tidak apa-apa…” sambut Ahmad Thoha kepada kami semua yang saat berada di depan salah satu ruangan yang dipersiapkan untuk menerima kami sibuk melepas sepatu dan sendal masing-masing.
“Wah.., ternyata jumlahnya lebih banyak dari yang kami duga. Semoga kursi yang kami persiapkan cukup…” katanya lagi dengan ramah, sambil menyambut kami dengan memberi salam hormat dengan menempelkan kedua telapak tangan di dada dalam posiisi menyembah. Kecuali saat menyambut Romo Budi, seperti biasanya, Ahmad Thoha langsung merangkul dan saling bercium pipi kiri pipi kanan penuh keramahan dan kemesraan.
Setelah semuanya mendapatkan tempat duduk, dengan harus menambah sejumlah kursi lagi, Romo Budi memberi pengantar, mengucapkan “kula nuwun” (permisi) atas nama rombongan para Perempuan Lintas Agama yang hadir dan memperkenalkan mereka serta menerangkan maksud dan tujuan silaturahmi mereka. Dalam pengantarnya, Romo Budi mengatakan, “Masjid Istiqomah ini seperti rumah kedua saya, sesudah Gereja Kristus Raja! Relasi kami baik-baik saja dan saling mendukung dalam berbagai kerja sama sebagai tetangga dan saudara.”
Sesudah itu, Romo Budi menyerahkan rombongan kepada Ahmad Thoha sebagai tuan rumah. “Romo Budi ini memang selalu kreatif,” kata Ahmad Thoha membuka sambutannya. “Kami senang dan bahagia bahwa silaturahmi ini terjadi. Para perempuan selalu akan menjadi pendidik utama dalam keluarga dan komunitas. Para Suster ini juga menjadi pendidik untuk siapa saja. Para Ibu menjadi pendidik untuk anak-anak dalam keluarga. Para Suster dan para Ibu menjadi pendidik untuk masyarakat.”
Selanjutnya, Ahmad Thoha menerangkan, betapa pentingnya, hidup yang rukun dan damai meski kita semua berbeda dalam agama dan keyakinan, namun dipanggil untuk hidup dalam kerukunan dan persaudaraan. Suasana-suasana hidup yang rukun seperti ini, menurutnya, harus terus dipupuk dan diperkembangkan di masa depan.
Beberapa saat kemudian, Kiai Budi Hardjono yang sebelumnya memberi tausyiah-ceramah di halaman Gereja Kristus Raja juga turut menyusul. Ahmad Thoha pun menyambut ramah, “Kiai Budi juga sudah biasa bersama kami di sini. Sekarang saya diapit oleh dua Budi, satu Kiai dan satunya lagi Romo.” canda Ahmad Thoha.
Ahmad Thoha juga menjelaskan bahwa sikap terbuka dan bekerjasama harus selalu dibangun, untuk menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh Sr. Luciani OSF terkait dengan mengapa Bapak berkenan menerima rombongan para Suster mengingat bahwa Suster Luciani OSF mempunyai pengalaman tidak enak saat pada suatu hari dia tidak boleh masuk suatu masjid karena dia seorang suster biarawati. Atas pertanyaan itu, Ahmad Thoha juga mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW itu sangat terbuka menerima siapa saja. Bahkan Sang Rasul juga berkenan berkunjung ke tempat lain yang berbeda. Prinsipnya adalah saling menjaga dan menghormati.
Sesudah acara silaturahmi dan dialog, semua rombongan berpamitan, disampaikan oleh Sr. Yulia, PI yang menjadi Ketua Panitia acara “Jumpa Hati Perempuan Lintas Agama” itu. Semuanya pun berfoto bersama di depan Masjid Jami’ Istiqomah, sebelum kemudian kembali ke kompleks Gereja Kristus Raja untuk mengakhiri semua rangkaian acara dengan santap siang.***
Ini patut dicontoh oleh siapa pun!
Ini patut dicontoh oleh siapa pun. Semoga makin banyak umat di Indonesia dan di seluruh dunia mengikuti teladan yang sangat baik ini.
kedamaian itu terasa indah ketika kita semua saling menghargai.. bukannya saling menghujat karena perbedaaan. Berbeda itu hal biasa, tapi memaksakan kemudian menjustifikasi ‘sesat’ terhadap orang yang dianggap berbeda dengan keyakinan kita, justru itulah kesesatan yang sesungguhnya.. Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.. salam,
Terharu biru hati ini. Terharu atas hati terbuka pada damai dan kerukunan. Semoga kerukunan dan kedamaian tersebut menular ke setiap sudut bumi pertiwi. Bukan ekstremism, radikalisme dan fanatisme, tapi hati yang terbuka pada kasih dan damai. Salut dan kekagumanku bagi para perempuan istiqomah dan kristus raja di ungaran. Mari kita belajar bersama
Adhem bacanya…. semoga kerukunan ini akan terus berlanjut dan jd lebih baik lagi
Luar biasa.. keakraban yg sesungguhnya menjadi cikal bakal utk perdamaian di bumi pertiwi indonesia dan seluruh negara di muka bumi ini..
Salut…saluttt… buat para imam duo Budi dan pak Ahmad Thoha yg menjalin keakraban dgn penuh kasih..
Damai Negeriku damai Bangsaku
Salam Damai
Wow……indahnya nian hidup dalam kebersamaan. Peristiwa yang langka ini patut kita jadikan contoh dan teladan dalam membangun kebersamaan di bumi pertiwi yang kita cintai ini. Salam damai dan kasih dari bumi Papua.
Adem..adem..oh negeriku damai dengan penuh cinta kasih dan kepercayaan .semoga cahaya Damai dan Kasih dari Ungaran menjadi contoh konkrit bagi seluruh umat beragama di negeri ini. Salut dan hormat pada Pak Kiai dan Pastor di sana. Kalian adalah pemimpin Umat yang sesungguhnya. Tks
Wow…..indahnya nian hidup dalam kebersamaan. Peristiwa ini patut dijadikan contoh dan teladan dalam membangun kebersamaan di bumi pertiwi yang kita cintai ini. Salam damai dari bumi papua.
Tks kepada Rm. Alo, Bp.KH. Ahmad. Thoha, bp. Kiai Budi. H, para Suster dan semua pihak yang telah memberikan sumbangan saran, pendapat dan apapun juga untuk terselenggaranya acara “Jumpah Hati Perempuan Lintas Agama” ini. Berbagai perasaan bercampur menjadi satu, lahirlah perasaan “BANGGA” bahwa Indonesia sungguh luar biasa dan sangat indah dlm suatu kemajemukan suku, agama, dan ras. Semoga kita semua menjadikan pristiwa ini sebagai contoh dan tauladan dalm hidup kita sebagai umat Allah,…gbu.