SETIAP orang berharga di mata Tuhan. Baik orang dewasa maupun anak kecil sama-sama Tuhan cintai.
Namun, rupanya Tuhan Allah lebih berkenan kepada anak-anak kecil. Ketika para murid-Nya bertanya tentang siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga, Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka (Matius 18:2). Lalu memberikan wejangan tentang jalan masuk ke dalam Kerajaan Surga.
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan SUrga” (Matius 18:3).
Anak kecil itu menjadi ukuran bertobat, karena mereka itu rendah hati. Tanpa pretensi dan tidak suka aneh-aneh.
Anak-anak kecil itu amat berharga di mata Tuhan dan tidak dibiarkannya hilang (Matius 18:14). Ketika para murid memarahi orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus untuk diberkati, Dia menegur para murid itu (Matius 19:13). Anak-anak kecil itulah yang empunya Kerajaan Surga (Matius 19:14).
Bertobat dan menjadi seperti anak kecil adalah kunci dan jalan menuju keselamatan. Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus memahami pesan Yesus itu. Karena itu, dia ingin tetap menjadi kecil di hadapan Tuhan agar mudah diangkat ke tempat yang tinggi oleh Tuhan.
Zaman kita mengajar orang untuk membuat dirinya besar, kuat, kaya, dan berkuasa.
Mengapa? Karena menurut mereka dengan cara demikian orang akan berhasil mempertahankan dirinya. Mereka sibuk berlomba menampilkan diri sebagai yang lebih hebat daripada sesamanya.
Konsekuensinya jelas, sikap rendah hati dianggap tidak relevan. Menjadi seperti anak kecil itu dijauhi.
Yang lebih laku adalah kompetisi dan saling mengalahkan. Orang hidup dalam ketegangan, rasa takut, dan khawatir.
Sabda Tuhan hari ini (Matius 18:1-5.10.12-14) mengajak orang untuk menemukan hidup sejati bukan dalam kompetisi, melainkan dalam sikap rendah hati.
Mereka yang “humble” tidak merepotkan Tuhan.
Selasa, 15 Agustus 2023