Yesus Lahir di Medan Perang

0
151 views
Pastor Danang Sigit mulai hanyut dalam perasaan sehingga kata-katanya terbata-bata dalam pengantar misa menjelang Kyrie Eleison di Gereja Nativity Betlehem Palestina, Sabtu 4 Maret 2017. (Mathias Hariyadi)

Puncta 24.12.23
Perayaan Malam Natal
Lukas 2: 1-14

PERANG di Gaza masih berkecamuk. Korban meninggal sudah mencapai duapuluh ribu orang lebih. Banyak penduduk mengungsi meninggalkan rumah mereka untuk mencari tempat aman, jauh dari bahaya perang.

Jutaan orang Palestina menjadi pengungsi. Mereka tinggal seadanya di tenda-tenda. Mereka sekarang mengalami kekurangan makan, pakaian, air bersih dan kebutuhan pokok lainnya.

Ketakutan dan kekhawatiran menghantui setiap waktu. Mereka tidak punya tempat tinggal dan persediaan makan yang cukup.

Banyak anak-anak dan perempuan menjadi korban. Derita dan ketakutan mereka adalah derita dunia dewasa ini. Peperangan hanya akan menghasilkan penderitaan dan korban bagi orang-orang yang tidak berdosa.

Gereja di Betlehem tidak membuat kandang hewan tempat bayi Yesus dibaringkan. Tetapi mereka menempatkan bayi Yesus diantara puing-puing reruntuhan tembok rumah yang hancur oleh serangan bom Israel. Yesus lahir dalam situasi dunia yang carut marut oleh perang dan penderitaan.

Allah yang solider dengan penderitaan manusia itu ditunjukkan dalam kelahiran-Nya di kandang yang miskin dan hina. Maria dan Yusef juga seperti para pengungsi yang tidak memiliki tempat di rumah penginapan.

Yesus dibaringkan di tempat yang seadanya. Ia hadir dalam wajah kemiskinan, kesederhanaan dan solider dengan manusia.

Di dalam kesahajaan itulah kemuliaan Allah terpancar. Allah hadir di dalam diri mereka yang miskin dan menderita.

Warta sukacita itu juga dirasakan oleh orang-orang sederhana seperti para gembala. Malaikat menyampaikan kabar keselamatan bagi kaum kecil. Gembala adalah kaum pinggiran yang sering tak terhitung di masyarakat.

Kepada para gembala, malaikat Tuhan menyampaikan warta, “Hari ini telah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu Kristus Tuhan, di kota Daud.”

Malaikat itu menunjukkan tanda-tandanya; seorang bayi dibungkus dengan kain lampin dan terbaring di dalam palungan.”

Allah menampakkan diri-Nya dalam kesederhanaan, dan kepada orang-orang yang sederhana dan tulus hati, Allah hadir menyapa mereka.

Marilah kita merendahkan diri dan dengan hati penuh sukacita menyambut Sang Juru Selamat kita.

Ke pasar Bringharjo membeli mangga,
Oleh penjualnya ditambahi buah pepaya.
Kepada anda semua yang berbahagia,
Saya ucapkan selamat Natal penuh cinta.

Cawas, selamat Natal, semoga ada damai di Palestina.
Rm. A. Joko Purwanto Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here