Betapa pentingnya mata. Berkat mata yang normal, orang dapat menikmati keindahan dunia, membaca buku, menonton film atau YouTube, dan lain-lain. Sebaliknya, betapa menderita orang yang buta. Dia kehilangan banyak hal yang disaksikan orang normal.
Celakanya, orang buta sering dikaitkan dengan dosa. Itulah yang kita baca dalam injil hari ini. Tentang orang buta itu, para murid bertanya kepada Yesus, siapa yang berdosa: orang itu sendiri atau orangtuanya (Yohanes 9: 1).
Yesus menjawab dengan menyembuhkan orang itu (Yohanes 9: 6-7). Namun, setelah disembuhkan, dia masih menghadapi kesulitan. Misalnya, dianggap sebagai orang yang dilahirkan dalam dosa (Yohanes 9: 34).
Berbeda dari sikap orang Farisi terhadapnya, Yesus membimbing orang itu. Kepadanya Tuhan Yesus menunjukkan identitas diri-Nya sebagai Anak Manusia, sehingga dia percaya dan menyembah-Nya (Yohanes 9: 35-38).
Tuhan Yesus melakukan dua tindakan besar kepadanya. Pertama, Dia menyembuhkan matanya yang buta. Kedua, Dia memberikan iman kepadanya.
Yesus tidak hanya membuatnya dapat melihat dunia, melainkan juga bertemu dan percaya kepada-Nya. Orang buta itu menerima dua anugerah besar itu secara cuma-cuma. Itulah rahmat Tuhan.
Kita bersyukur dianugerahi mata yang dapat melihat dunia dan keindahannya. Apakah berkat hal itu kita mampu melihat Tuhan dan percaya kepada-Nya? Atau hal-hal dunia ini justru menjauhkan kita dari Tuhan?
Masa prapaskah mengajak kita untuk melihat. Bukan hanya dengan mata kepala, melainkan dengan mata iman. Melihat dan percaya kepada Yesus, Sang pembuka mata iman.
Minggu Prapaskah IV, 19 Maret 2023