DALAM tradisi Yahudi seorang janda akan kehilangan perlindungan dan dukungan secara ekonomi.
Lain halnya kalau janda itu mempunyai seorang anak laki laki. Ia masih mempunyai pengharapan untuk masa depannya. Maka sungguh menjadi kepedihan bagi janda yang kehilangan anak lelaki tunggalnya seperti yang diceritakan dalam bacaan injil pada hari ini.
Anak laki laki satu satunya adalah harapan bagi masa depannya. Tetapi anak laki lakinya itu mati. Harapan masa depan bagi janda itu pupus. Ia tidak mempunyai lagi pegangan. Maka kita bisa merasakan betapa beratnya beban hidup yg harus ditanggung oleh janda ini.
Dalam penderitaan, situasi penuh ketidakberdayaan, membuat janda ini putus asa. Dalam keadaan macam ini Yesus datang. Ia tergerak hati-Nya oleh belas kasihan. Maka Yesus Sang Putera Allah membangkitkan pemuda di Nain, anak semata wayang janda itu.
Tampaklah di sini kuasa Yesus Putera Allah. Ia mengembalikan situasi yg semula putus asa berubah menjadi penuh pengharapan.
Yang semula duka cita berubah menjadi suka cita. Atau dengan kata lain, kehadiran Yesus membawa kabar suka cita penuh pengharapan.
Membawa harapan dan kegembiraan juga menjadi tugas bagi kita. Di sekitar kita pasti ada orang yang kehabisan pengharapan, berada dalam keputusasaan.
Sebagai murid Kristus kita dipanggil untuk memberikan pengharapan.
Di sekitar kita ada orang yang berduka cita. Kitapun dipanggil untuk mewartakan suka cita. Itulah tugas kita sebagai murid murid Yesus.
Bisa jadi kita sendiri yang mengalami keputusasaan dan duka cita. Dalam situasi macam itu kita diajak untuk berani datang kepada Yesus. Bukankah Yesus bersabda, datanglah kepadaku kamu semua yang letih lesu dan berbeban berat. Aku akan memberikan kelegaan kepadamu.
Maka, kita diajak untuk peduli. Kita dipanggil untuk mewartakan pengharapan bagi mereka yg putus asa. Kita diutus membawa kegembiraan di tengah tengah orang yang berduka.
Tuhan memberkati anda sekeluarga.@dio.
Recommended