“Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan.” (Luk 2, 12)
PAGI ini saya merayakan Natal bersama dengan umat di Stasi Kebasen. Di dalam gereja, saya melihat sebuah gua natal yang terbuat dari kertas-kertas semen. Kertas semen yang sudah tidak terpakai dan terbuang itu dikumpulkan kembali dan disusun menjadi gua Natal yang indah dan bisa dinaikmati umat beriman yang hadir. Beberapa gereja lain melakukan hal yang hampir sama. Ada gereja yang mengumpulkan kaleng minuman bekas dan disusun menjadi pohon natal yang bagus.
Berbagai pengalaman seperti ini menunjukkan bahwa Perayaan Natal yang dirayakan setiap tahun sekali bukanlah peristiwa yang membuat banyak orang bosan dan jenuh. Sebaliknya, Perayaan Natal selalu membangkitkan kreatifitas banyak orang untuk menemukan sesuatu yang baru; mendorong orang untuk mengumpulkan barang-barang bekas yang tidak terpakai dan sudah dibuang, kemudian dijadikan sesuatu yang baru dan indah, sehingga banyak orang tidak melewatkannya begitu saja.
Setelah Perayaan Ekaristi selesai, banyak orang mengambil gambar untuk diri sendiri, bersama keluarga atau teman untuk mengabadikan kreasi yang indah dan bagus itu. Menjadikan indah sesuatu yang sudah rusak dan terbuang merupakan pesan pokok peristiwa Natal.
Yesus yang telah lahir ke dunia dan terbungkus dengan kain lampin serta terbaring di dalam palungan merupakan tanda kasih Allah yang begitu besar. Kasih Allah yang menyelamatkan manusia: manusia yang sudah rusak karena dosa dan terbuang ke alam maut atau kegelapan karena kematian. Allah mengutus Putera tunggal-Nya untuk mencari dan menemukan manusia yang hilang; untuk membawa kembali mereka yang tersesat; untuk menyembuhkan yang luka dan mengampuni yang berdosa; untuk memulihkan kembali kehidupan yang telah rusak dan cemar. Menjadikan manusia baik kembali, utuh kembali sebagai anak-anak Allah.
Teman-teman selamat Natal. Tuhan memberkati anda semua. Berkah Dalem.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)