TENTU saja, bukan saya berhak untuk memberi petunjuk secara terperinci. Inilah tugas Sri Paus sendiri dan para uskup, malah dari seluruh Gereja. Dan saya merasa cukup pasti bahwa perayaan Natal pada masa yang akan datang akan berbeda:
- Petunjuk pertama: Yang terutama dibutuhkan sekarang ialah suasana tenang, tanpa panik. Kabar ini tidak sama dengan kabar angin tentang hati kiamat pada tgl. 12-12-2012. Kita tetap percaya bahwa Roh Kuduslah lewat pimpinan Gereja akan memberi bimbingan tepat.
- Petunjuk yang kedua: Marilah ingat akan sikap Gereja mengenai ceritera tentang St. Veronika yang katanya membersihkan wajah Yesus di jalan ke Golgota. Mungkin banyak orang sangka bahwa inilah ceritera Injili, pada hal tak pernah nama Veronika muncul dalam 4 injil. Baru 400 tahun sesudah Yesus naik ke surga, legenda tentang St. Veronika lahir dan mulai beredar di Roma. Ingat juga tiada orang Samaria historis dan tiada Lazarus si miskin historis. Mereka hanya hidup dalam fantasi Yesus yang mengarang ceritra ini untuk menjelaskan pewartaanNya. Begitu umat kristen sekitar tahun 400 mengarang ceritera tentang Betlehem untuk merenungkan peristiwa kelahiran dan kedatangan Putera Allah di dunia ini. Jadi, biar St. Veronika tidak disebut dalam Injil, namun tetap wanita bayangan ini dipakai dalam Ibadat Jalan Salib pada Perhentian Keenam. Sekali lagi biar barangkali tiada santa Veronika yang historis, namun renungan tentang belas kasihannya terhadap Yesus bisa membantu kita agar merasa sayang dengan Yesus dan berterima kasih kepadaNya karena kerelaanNya untuk menderita bagi kita. Dan ceritera itu biar tidak ada dalam Injil, bisa mendorong kita agar kitapun mengunjungi orang malang dan sakit.Nah, begitu pula dengan banyak ceritera dalam Lukas bab 1 dan 2: biar pun tidak ditemukan dalam injil asli dari Lukas, maka bukan dengan tiba-tiba dilarang dipakai atau dibuang sebagai omong kosong atau dusta.
- Petunjuk yang ketiga: Sampai nanti ada petunjuk resmi, kita lanjutkan saja perayaan Natal dengan kandang dan dengan lagu tradisional. Orang Protestan juga terus boleh merayakan Natal dengan Pohon Terang, biar dalam 4 injil pohon den tak pernah disebut sebagai penghias pada Natal pertama. Pohon den sebenarnya ribuan tahun lalu dipakai pada ibadat pra-kristen atau kasarnya kafir dimana pohon den yang tak pernah kehilangan daun menjadi lambang hidup abadi yang tahan pada musim winter atau musim dingin dengan es dan salju sampai musim semi tahun berikutnya. Misionaris kristen pertama di daerah Germania (Jerman, Belanda dsb) seperti St. Willibrordus dan St. Bonifacius tidak melarang perayaan kafir itu sekitar pohon den tetapi mempermandikan pesta kafir itu menjadi suatu pesta Kristen. Pohon den menjadi simbol dari Yesus sendiri yang bangkit dan tak pernah akan mati lagi.Kita barangkali tahu bahwa strategi untuk mempergunakan unsur dari kebudayaan lokal dalam liturgi biasa disebut Inkulturasi atau khusus di Indonesia proses Indonesianisasi dengan mis. tarian Maengket. Nah, kalau pohon den boleh dipergunakan dan dibaptis menjadi unsur ibadat kristen, maka tentu Gereja Katolik boleh juga mempergunakan simbol dari Keluarga Kudus untuk mengenangkan kelahiran Yesus. Jadi, menurut hematku kita tidak usah khawatir bahwa pada suatu ketika perayaan Natal dengan kandang akan ditiadakan dan lenyap.Namun, baiknya juga kita sadar bahwa baru 1.000 tahun lalu muncul cara perayaan Natal sekitar kandang Natal. Promotornya ialah St. Fransiskus dari Asisi. St. Maria sendiri dan para rasul, para martir di katakombe tak pernah mengenangkan HUT Yesus sekitar sebuah kandang Natal kecil dan dengan lagu-lagu Natal modern.Kesimpulannya: Perayaan Natal sekitar kandang tidak usah terlalu dimutlakan se-olah-olah kekristenan dan identitas kita tergantung dari perayaan pesta Natal tradisional.
- Petunjuk keempat: Jika kita memperhatikan cara perayaan Natal pada dekade yang terakhir di Indonesia, kentaralah bahwa di Indonesia barangkali tema lama dari Yesus Terang Dunia lama-kelamaan berubah menjadi Yesus pembawa damai. Bahkan Sri Paus menganjurkan agar hari pertama Tahun Baru, 1 Januari, akan dirayakan sebagai Hari Perdamaian Sedunia.Berhubungan dengan tema ini, semakin banyak keluarga mengunjungi sanak-saudaranya dan sahabat dan kenalan. Dan jika ada kesulitan komunikasi dengan sesama karena kelemahan manusiawi, maka kunjungan Natal semakin dipergunakan untuk berdamai kembali. Semakin banyak keluarga katolik juga mulai mengambil alih kebiasaan sangat bagus dari saudara-saudari yang beragama Islam yang minta maaf lahir batin atas segala kata dan perbuatan yang mungkin kurang berkenan di hati saudara, tetangga, kolega.
Sekitar tahun 1990, saat itu saya masih kuat berjalan, saya merayakan Natal di Tobelo, Maluku Utara. Di sana saya untuk pertama kali melihat suatu kebiasaan indah sekali. Semua anggota dewan paroki berdua-dua mengunjungi keluarga-keluarga tetangga yang diketahui kurang lancar pergaulan karena ibu terlalu bercarlotta, karena suami sudah pernah mencuri pisang dan ayam, karena anak mereka berkelahi. Tugas kedua anggota dewan paroki agar memperdamaikan kedua keluarga tetangga itu.
Terkenal juga kebiasaan untuk mengundang saudara bukan seagama untuk merayakan bersama-sama Pesta Natal sebagai Pesta Damai dan hubungan akrab dengan mereka.
Umat yang terkasih, inilah satu, dua petunjuk umum yang saya berani berikan sebagai mantan pastor Paroki Lota ini. Maaf jika umat merasa belum cukup konkrit dan mau bertanya bacaan mana kita nanti akan pakai pada Malam Natal, lagu-lagu mana akan kita siapkan pada minggu terakhir sebelum Natal, jika tema dari para gembala Betlehem dan tiga raja rupanya tidak punya dasar historis kuat.
Sekali lagi bukan hak saya untuk menentukan hal ini. Dan seperti saya tadi sudah anjurkan: buatlah persiapan seperti pada tahun-tahun silam. Tetapi yang paling penting: jangan lupa mempersiapkan hatimu sendiri.
Insyaflah bahwa kita sekalian sungguh membutuhkan seorang Penyelamat yang mampu mengampuni dosa dan kekurangan kita dan mampu memberi kepada kita masing-masing kekuatan dan keberanian untuk memperbaiki diri dan semakin menjadi mirip dengan Kristus.
Akhirnya, mungkin kebanyak dari kita merindukan bahwa pada pesta Natal kita bisa bertemu dengn seorang yang sangat kita cintai: orangtua kita, seorang anak yang bersekolah jauh, seorang pacar atau suami/istri yang terpaksa harus mencari nafkah jauh dari keluarganya. Tetapi nasihat peribadi saya: diantara semua yang kita rindukan, semoga juga ada suatu tempat besar bagi Yesus sendiri.
Tuhan saya rindu padaMu, datanglah semakin mengisi hatiku. Amin.
Photo credit: Ist
Artikel terkait: