[media-credit name=”Bangkok Post” align=”alignleft” width=”150″]
SUDAH teramat jamak dikenal seantero dunia, Thailand ini memang serba wah. Ya panorama budayanya yang indah dan tetap eksis di tengah arus modernisme, namun juga pesona destinasi wisatanya yang dikelola dengan amat bagus. Belum lagi kalau harus menyusuri kawasan night spots di Patpong di jantung kota Bangkok. Semua produk entertainment bisa dikemas apik hingga seorang teman perempuan sampai girang berujar: “Kukira para penari cantik itu perempuan, yak…ampun…jebulane (ternyata) para waria!.”
Yang waria saja dipuji kecantikannya oleh seorang turis perempuan asli Indonesia. Nah, apalagi perempuan-perempuan Thai di pusat-pusat kota dan keramaian yang dikenal cantik, feminin, dan tentu saja juga pintar. Mulai 5 Agustus 2011, daftar nama “orang cantik” di Negeri Gajah Putih ini akan bertambah satu: Chingluck Sinawatra (ยิ่งลักษณ์ ชินวัตร) (44), nama sang perdana menteri baru Thailand.
Chingluck Shinawatra tampil memesona seantero Thailand dan resmi menggusur pendahulunya PM Abhisit Vejjajiva dari panggung politik di Negeri Gajah Putih.
[media-credit name=”Bangkok Post” align=”alignleft” width=”300″]
Warisan keluarga
Tampilnya Chingluck Sinawatra di panggung politik Gajah Putih tentu saja telah membetot perhatian dunia internasional. Selain berparas cantik dan tampil fotogenik bak model papan atas, Chingluck juga mewarisi bakat terkenal lantaran “popularitas” abang sulungnya yakni mantan PM Thaksin Sinawatra (2001-2006). Thaksin yang kini hidup di pengasingan di Inggris didongkel paksa oleh militer dari panggung kekuasaan melalui kudeta tak berdarah lantaran isu kasus korupsi.
Lahir di San Kamphaeng, Provinsi Chiang Mai di Thailand Utara tanggal 21 Juni 1967, Chingluck sejak umur muda sudah hidup dalam suasana serba kaya dan intelek. Bakat menjadi seorang politisi dan businesswoman lahir dari garis keturunan ayahnya Lert Shinawatra, seorang pria bangsawan berdarah campuran Tionghoa (moyangnya kelahiran Guangdong, China) dan Thai. Usai lulus SMA di sekolah katolik Regina Coeli di Chiang Mai dan kemudian berhasil menyabet gelar sarjana bidang administrasi publik di Chiang Mai University (1988), Chingluck pun terbang ke Amerika. Di Negeri Paman Sam ini, Chingluck muda berhasil menyandang gelar master of public administration dari Kenctucky State University (1991).
Selepas rampung kuliah, Pou –begitu nama panggilan Chingluck di antara teman-teman dekatnya—langsung ikut mengurusi kerajaan bisnis milik abangnya Thaksin di Shinawatra Directories Co., Ltd. Beberapa waktu kemudian, lagi-lagi karena abangnya Thaksin, Pou pun ikut nyemplung dalam barisan Thai Rak Thai, kendaraan politik Thaksin saat itu guna merebut panggung kekuasaan. Dalam kerajaan bisnis Thaksin, Pou didapuk menjadi presdir SC Asset –sebuah konglomerasi perusahaan pengembang—dan menjadi CEO untuk Advanced Info Service.
[media-credit name=”Bangkok Post” align=”alignleft” width=”300″]
Chingluck “Pou”Shinawatra –putri bungsu keluarga besar Shinawatra—akhirnya menikah dengan Anusorn Amornchat, kini petinggi kerajaan bisnis pakan ternak Charoen Pokhphand. Iparnya Yaowapa Wongsawat tak lain adalah istri mantan PM Somchai Wongsawat. Keluarga kaya ini hanya punya satu anak yakni Supasek.
Jalan menuju ke panggung kekuasaan di Thailand terbuka bagi Pou, ketika Mai 2011 lalu Partai Pheu Thai (Untuk Rakyat Thai) mendorong dia maju bersaing mewakili kelompok pro Thaksin ini bisa merebut pos strategis sebagai PM Thailand. Pou menang telak, ketika barisan Thaksin ini berhasil menggalang 265 kursi di parlemen dari 500 yang diperebutkan dalam pemilu putaran pertama.
Dua kubu bermusuhan
Politik kontemporer Thailand tahun-tahun terakhir ini diwarnai oleh persaingan massif antara dua kubu bermusuhan. Satu kubu bernama Kelompok Baju Kuning (resminya bernama Aliansi Rakyat untuk Demokrasi/PAD) yang berafiliasi dengan PM Abhisit Vejjajiva. Mereka bermusuhan dengan Kelompok Kaos Merah, barisan pendukung sangat loyal kepada mantan PM Thaksin Shinawatra.
[media-credit name=”Bangkok Post” align=”alignleft” width=”265″]
Massa Baju Kuning berhasil membuat gebrakan politik di Thailand melalui aksi demo massif yang akhirnya memaksa PM Thaksin terjungkal. Tentu saja setelah pihak militer “ikut main” hingga abang sulung Pou ini terlempar dari kursi PM saat Thaksin melakukan perjalanan dinas ke LN tahun 2006. Dua tahun kemudian, lagi-lagi Massa Baju Kuning sukses mendepak PM PM Somchai Wongsawat –ipar Thaksin—dari kursi PM, setelah berhari-hari memblokade Bandara Internasional Bangkok.
Sementara Barisan Kaos Merah adalah massa pro Thaksin, sisa-sisa barisan pendukung bekas Thai Rak Thai Partai (Partai Kekuatan Rakyat) kendaraan politik Thaksin saat merebut kursi PM tahun 2001.
Restu Raja
Jalan mulus Chingluck Pou Shinawatra menuju kursi nan empuk sebagai PM baru Thailand menggantikan PM Abhisit Vejjajiva tinggal selangkah lagi. Begitu restu dari Raja Bhumibol Adulyadej selaku pemangku tertinggi monarki Kerajaan Thai dan kepala negara Negeri Gajah Putih diterima, maka resmilah Chingluck Pou Shinawatra memimpin barisan pemerintahan baru Thailand. Sekaligus juga, Chingluck Pou Shinawatra akan mengukir sejarah baru di panggung politik nasional: PM perempuan pertama di Negeri Gajah Putih.
Kita berharap, politik nasional Thailand akan kembali normal setelah bertahun-tahun lamanya terkoyak oleh persaingan keras antara kubu Baju Putih dan Kaos Merah. Lazimnya senyum manis seorang perempuan yang mampu “melemaskan” syaraf-syaraf kemarahan manusia –terutama kaum pria–, kita berharap penampilan Pou yang anggun, fotogenik dan cantik itu juga bisa mendatangkan kedamaian untuk Negeri Gajah Putih ini.
Mathias Hariyadi, penulis dan anggota Redaksi Sesawi.Net.