Mengapa Kita Merayakan Pesta Salib Suci?
Pesta pengagungan Salib Suci, yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 14 September, mengenang dua peristiwa bersejarah: penemuan Salib Asli oleh Santa Helena, ibu Kaisar Constantin; dan pendirian sebuah basilika yang dibangun di atas Makam Suci.
Namun dalam arti yang lebih dalam, pesta ini merayakan Salib Suci sebagai sarana keselamatan manusia. Salib yang pada awalnya dirancang untuk menghukum penjahat telah menjadi sarana yang memberi kehidupan.
Dalam Kitab Bilangan 21: 4-9, Allah memberi perintah untuk membuat ular tembaga di atas sebuah tiang, sehingga setiap kali seseorang digigit ular, dan orang itu melihat ular tembaga itu, ia akan hidup. Dalam bacaan Injil, Yohanes 3: 13-17, Yesus memberi tahu Nikodemus bahwa Ia, sebagai Anak Manusia, harus ‘ditinggikan’, seperti ular, sehingga siapa pun yang percaya kepada-Nya dapat memiliki kehidupan yang kekal:
“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Kehidupan kekal terjadi karena kematian Tuhan kita di kayu Salib. Inilah jalan menuju keselamatan: memandang Salib dan berhasrat untuk mengikuti jalan Salib, yang merupakan jalan Tuhan kita.
Dalam kebaktian kepada Salib yang mulia kita bersujud di hadapan Salib, dan kemudian kita berdiri lagi karena Salib adalah sumber kebangkitan kita.
Mengapa Kita terus memandang Salib meski Yesus telah bangkit?
Sangat mudah untuk memahami bahwa Salib itu istimewa karena Kristus menggunakannya sebagai sarana keselamatan kita. Persoalannya adalah setelah Kebangkitan Yesus, mengapa orang-orang Kristen terus memandang Salib?
Kristus Sendiri menawarkan kepada kita jawaban:
“Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku.”(Lukas 9:23).
Kita diajak untuk memahami bahwa maksud “memikul salib kita” sendiri bukan sekadar pengorbanan diri; tetapi kita mempersatukan diri kita dengan pengorbanan Kristus di kayu Salib-Nya.
Ketika kita berpartisipasi dalam Misa, Salib juga ada di sana.
“Korban” yang dipersembahkan di atas meja altar adalah kehadiran ulang Pengorbanan Kristus di Kayu Salib. Ketika kita menerima Sakramen Ekaristi kita tidak sekadar mempersatukan diri kita dengan Kristus, tetapi kita ikut memakukan diri kita di Kayu Salib, mati bersama Kristus sehingga kita dapat bangkit bersama Dia.
Kekristenan tanpa Salib tidak ada artinya: Hanya dengan mempersatukan diri kita dengan Pengorbanan Kristus di Kayu Salib kita dapat masuk ke dalam kehidupan kekal.
Tautan videonya:
https://www.youtube.com/watch?v=-44uZi3jzgo&feature=youtu.be