Paus Yohanes Paulus II Menyapa Loreto (3)

2
1,758 views

LOKASI peziarahan jiwa di Loreto mendapat berkat besar, ketika Paus Yohanes Paulus II berkenan hadir di Loreto tak lama setelah merayakan ekaristi di Pusat Konferensi di Villa Potenza.  “Kepada kalian semua, anak-anak muda, sekarang kupercayakan salib ini yang akan membimbing peziarahan kalian ke Santuari Loreto,” kata Paus Yohanes Paulus II menjelang melakukan  ziarah jiwa di malam hari.

“Belajarlah dari pengalaman ziarah jiwa pada  malam hari; juga dari perjalanan keseharian hidup untuk mengikuti salib Kristus. Dialah sang Jalan, Jalan, Kebenaran dan Hidup,” tandas Paus menyapa ribuan para peziarah Loreto.

Sejak peristiwa itu, setiap ada prosesi menuju Loreto, selalu ada “upacara salib” untuk mengawali langkah pertama menyusuri jalan Macerata-Loreto. Sepanjang perjalanan panjang itulah para peziarah tanpa henti mendaraskan doa rosario disertai lantunan madah pujian, pidato kesaksian iman dan renungan-renungan biblis atau refleksi atas ajaran-ajaran Gereja.

Kuil Penampakan Maria

Sepanjang prosesi peziarah jiwa menyusuri jalan dari Macerata menuju Loreto itu tak jarang dilakukan sebuah pertunjukan ekspose obor. Jalan-jalan di sepanjang ruas Strada Regina dari San Firmano bak bermadikan cahaya.  Penerangan indah menjadi sentuhan artistik tersendiri  yang mengibur mata para peziarah ketika menyusuri malam dari San Firmano menuju sebuah biara Romawi Kuno hingga kemudian sampai di lokasi sebuah gereja desa di Chiarino. Di sini, sejauh mata memandang para peziarah dipuaskan oleh pemandangan alam berupa sunrise.

Barulah ketika jam sudah menunjukkan pukul 06.00, mata para peziarah terpaku pada sebuah ketinggian dimana ada Kuil Penampakan Bunda Maria. Sejenak kemudian, para peziarah diajak mendaraskan doa Angelus dan melakukan salam damai di antara para peziarah. Suasana pertobatan mewarnai wisata jiwa di Loreto ini.

Di sini, mata peziarah akan terpaku pada beberapa patung Bunda Maria. Keramahan masyarakat setempat menerima para tetamu peziarahan jiwa menjadi hiburan sangat bernilai bagi para peziarah yang datang dari segala penjuru di Eropa. Alun-alun besar di depan Basilika Loreto bisa menjadi tempat persinggahan para peziarah yang sudah tidak punya energi lagi untuk mendaki bukit Loreto dengan berjalan kaki menyusuri tanjakan perbukitan.

Suka-cita rohani

Semua peziarah mengambil posisi berlutut, ketika serombongan anak-anak muda menyerahkan buket bunga kepada Bunda Maria di Loreto. Para rahib Fransiskan Kapusin lalu memercikan air suci kepada para peziarah yang di tengah kelelahan fisik yang mendera mereka sejak berjalan kaki tetap setia mengikuti prosesi iman ini.

Di bawah kaki Bunda Maria, para peziarah bisa “menyelipkan” rentetan ujub doa-doa pribadi.

Perjalanan pulang meninggalkan Loreto sungguh merupakan prosesi sunyi. Tiada banyak percakapan di antara para peziarah. Kelelalahn masih mendera hingga untuk bercakap-cakap pun mereka sudah enggan melakukannya. Yang pasti, perjalanan panjang dari Macerata ke Loreto sudah menghasilkan buah-buah rohani seperti pertobatan, suka cita, dan semangat baru mengimani Kristus yang tak lain adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. (Selesai)

Shirley Hadisandjaja Mandelli, tinggal menetap di Milano, Italia.

Photo credit: Shirley Hadisandjaja Mandelli.

2 COMMENTS

  1. Tidak akan ada asap kalau tidak apinya, dimanapun Tuhan Yesus berkehendak pasti selalu ada berkat dan mujizatnya, mohon di doakan saya orang berdosa Amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here