Home BERITA Yohanes Pembaptis Pewarta Sejati

Yohanes Pembaptis Pewarta Sejati

0
53 views
Yohanes Pembaptis adalah Elia Baru

Kamis, 2 Januari 2025

1 Yoh 2:22-28
Mzm 98:1.2-3b.3c-4
Yoh 1:19-28

DI dunia yang penuh sorotan dan perhatian, popularitas sering dianggap sebagai puncak keberhasilan.

Banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi terkenal, dihormati, atau diakui. Menjadi populer adalah impian hampir semua orang.

Karena popularitas adalah sesuatu yang dianggap mampu memberikan berbagai kenyamanan sehingga harus diraih dengan cara apa pun!

Satu hal yang harus disadari bahwa popularitas, bila diraih dengan cara yang tidak benar, hanya akan mengisi hidup kita dengan kesia-siaan. Sebaliknya, ketika kita menempatkan Tuhan sebagai pusat hidup, kita akan menemukan kepuasan sejati, bukan dari sorotan dunia, tetapi dari kasih Tuhan yang abadi.

Bagi Yohanes Pembaptis, menjadi populer bukanlah tujuan hidupnya. Tujuan hidupnya adalah menyerukan pertobatan dan membuka jalan bagi kedatangan Mesias.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Yohanes menjawab mereka, katanya: Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal, yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.”

Yohanes menyadari bahwa hidupnya bukanlah tentang dirinya sendiri. Meskipun ia memiliki banyak pengikut, ia tidak pernah mengambil kemuliaan bagi dirinya.

Sebaliknya, ia mengarahkan semua orang kepada Yesus, Sang Mesias. Yohanes bahkan merasa tidak layak untuk melakukan tugas yang paling rendah sekalipun bagi Yesus, seperti membuka tali kasut-Nya.

Sikap ini mengajarkan kita bahwa hidup bukan tentang seberapa besar kita dikenal atau dihormati, tetapi tentang bagaimana kita melayani Tuhan dengan rendah hati.

Yohanes juga berkata bahwa Yesus berdiri di tengah-tengah mereka, tetapi mereka tidak mengenal-Nya. Ini adalah sebuah kenyataan yang sangat relevan hingga hari ini.

Kristus hadir di tengah-tengah kita melalui firman-Nya, sakramen, doa, dan dalam diri sesama kita, tetapi sering kali kita gagal mengenal-Nya.

Mengapa? Karena kita terlalu sibuk dengan diri sendiri, ambisi, atau urusan duniawi, sehingga kita melewatkan kehadiran-Nya yang penuh kasih.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku memanipulasi Tuhan demi keuntungan diriku sendiri?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here