Yudas Koruptor

0
1,062 views
foto: Istimewa

BEBERAPA tindakan kita tidak bisa dinilai sebagai sikap hemat atau boros.

Ketika melakukan sesuatu untuk orang yang kita cintai, kita berhenti berhitung.

Kita akan memberikan apa saja yang terbaik untuknya, bahkan sering mengabaikan kebutuhan kita sendiri.

Ungkapan kasih yang demikian melampaui kemanusiaan kita dan menyerupai kasih ilahi.

“Kamu jangan memanjakan saudaramu, mereka jadi tergantung dengan kamu,” kata seorang ibu.

“Apa-apa selalu mencari kamu dan minta bantuan kamu, seakan uang kamu tidak berseri,” lanjutnya.

“Aku tidak merasa keberatan dengan memberi dukungan kepada mereka,” kata temannya.

“Sejauh aku bisa berbagi aku akan lakukan apa yang menurutku baik dan bisa membantu yang memerlukan,” sahutnya lagi.

“Tetapi kebaikanmu itu tidak pernah dihargai mereka, mereka hanya mencarimu ketika mereka perlu sesuatu,” sahut ibu tadi.

“Jika memang demikian juga tidak apa, aku membantu bukan mencari penghargaan,” jawab temannya.

“Aku iklas, dan tidak menuntut mereka membalas apa yang aku berikan,” lanjutnya.

“Tetapi dengan itu kamu memanjakan saudara-saudaramu,” kata ibu itu.

“Itu pikiranmu, tetapi bagiku tidak, mereka memang pantas aku dukung dan bantu, karena memang mereka memerlukan,”sahut temannya.

“Kamu mikir hanya sepihak, dan kamu tidak pernah bertumbuh bersama dengan mereka seperti yang aku alami, ada pertimbangan yang tidak mungkin kamu ngerti karena aku berbuat karena cinta sedangkan kamu hanya mikir soal untung dan rugi, soal benar atau salah,” lanjutnya.

“Cinta dan kasih sayang yang membuat aku melakukan apa yang selama ini aku lakukan bagi mereka,” katanya

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Tetapi Yudas Iskariot, seorang dari murid-murid Yesus, yang akan segera menyerahkan Dia, berkata: “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?”

Hal itu dikatakannya bukan karena ia memperhatikan nasib orang-orang miskin, melainkan karena ia adalah seorang pencuri; ia sering mengambil uang yang disimpan dalam kas yang dipegangnya.”

Yesus tahu, siapa yang tulus hati melayaniNya dan siapa yang mendua-hatinya seperti Yudas Iskariot ketika melayaniNya.

Kita hendaknya berhati-hati menjaga sikap kita di dalam melakukan tugas-tugas pelayanan agar jangan sampai motivasi dan tujuan kita melayani tersembunyi kepentingan diri sendiri.

Seperti Yudas yang muncul dengan keprihatinan terhadap sikap Maria dari Betania yang dianggapnya pemboros dan membuang-buang minyak yang harganya mahal.

Padahal dia merasa sayang, karena dari minyak itu jika tidak terbuang akan menghasilkan keutungan bagi dirinya.

Penginjil Yohanes memberi catatan tentang Yudas yang korup, sehingga ketulusan hatinya yang mau peduli pada orang miskin sangat diragukan.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah tulus dalam hidup bersama atau ada motivasi yang tersembunyi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here