DUNIA sempat meradang hebat. Malah bisa dibilang, lagi emosi tinggi, tak lama setelah kasus Wang Yue –kerap dipanggil Yue Yue- mencuat ke permukaan. Yue-yue tak lebih seorang bocah kecil umur dua tahun. Ia menjadi sumber pemberitaan, karena ketika menjadi korban tabrak lari tak seorang pun mau peduli dengan dia.
Mendiang Yue Yue memang layak dikenang sebagai korban ketidakacuan masyarakat moder, tak terkecuali di China. Ia menjadi korban tabrak lari; tak lama kemudian sebuah mobil boks juga melindasnya dan lagi-lagi sebuah mobil lain menggilasnya lagi.
Ibu renta ini datang dan kemudian berhenti, lalu memberikan pertolongan. Maksud hatinya baik ingin menyelamatkan jiwa Yue-Yue, namun hidupnya ternyata berakhir di rumah sakit. Yue-yue meninggal, setelah sekian lamanya terkapar di jalan tanpa sentuhan kasih.
China meradang
Tak hanya masyarakat dunia meradang menyaksikan pemandangan tak berperikemanusiaan itu; dan tak terkecuali juga China. Masyarakat Tiongkok geram mengritik perilaku warganya yang kini cenderung cuek, diam, dan acuh tak acuh terhadap sekeliling.
Mereka geram melihat paradoks perkembangan zaman di negerinya: maju secara ekonomi, namun moralitas umum menjadi luntur. Belum lagi ketika terbetik berita bahwa perempuan renta sang penolong Yue Yue itu malah kena tilang alias denda.
Itu barangkali yang membuat orang menjadi tak acuh: daripada kena denda, ya mending diam saja. Selesai. Orang lain punya pendapat berbeda: kalau mau menolong, tentu ada jalan. Masalahnya ada di hati nurani masing-masing orang: mau menolong atau tidak?
Yue Yue adalah masalah nyawa manusia. Sopir penabrak mengaku kena maki-maki karena setelah menelpon orangtua Yue Yue, mereka tidak mau terima kompensasi. Upaya membujuk orangtua Yue Yue agar bisa “kompromi” tak berhasil. Nah daripada kena denda besar karena korbannya masih hidup, begitu pikir sang sopir, mending ditabrak dua kali agar sekalian mati. Itu artinya dendanya lebih kecil, karena korbannya meninggal dunia.
Ya ampun! Ini masalah nyawa manusia menjadi bahan pertimbangan untung-rugi.