SUDAH empat hari, terhitung sejak Rabu tanggal 19-12 September 2018, para siswa Seminari Menengah di Lalian, Keuskupan Atambua, Timor, NTT –utamanya kelas X—diajak berlatih membuat tahu tempe.
Atas inisiatif dan prakarsa guru mata pelajaran Fr. Ari SCC yang dibantu Romo Andre SCC, diselenggarakanlah praktik pembuatan tahu tempe di dapur Seminari Lalian Atambua. Latihan pembuatan ini disepakati bersama Romo Praefek Seminari Lalian Romo Stefanus Seran Pr agar terjadi sore hari, tepat pukul.15.00 hingga selesai.
Pembuatan tahu tempe ini membutuhkan bahan dan tahapan pembuatan yang tidak begitu rumit. Bahan-bahannya sebagai berikut: kacang kedelai, cuka dapur, air.
Tahapannya sebagai berikut:
- Bersihkan kacang kedelai kemudian rendam kira 3-4 jam di dalam air bersih.
- Giling menggunakan mesin mol atau blender sampai lembut.
- Kemudian kacang yang sudah digiling dicampur dengan air dan disaring menggunakan kain untuk memisahkan sari kacang dan ampas.
- Rebus sari kacang sampai mendidih.
- Angkat sari rebusan kacang tuangkan ke dalam tempat terpisah kemudian diberi cuka dapur sampai terpisah tahu dengan air.
- Ambil tahu lembut kemudian masukkan ke dalam cetakan tahu yang sudah dilapisi kain.
- Berilah pemberat (batu) untuk mempercepat pembentukan tahu di atas cetakan.
- Tunggu sampai beberapa menit sampai tahu terlihat kuat. Buka kembali tahu dalam cetakan kemudian potonglah sesuai ukuran yg diinginkan.
- Tahu siap dimasak atau diolah sesuai keinginan.
Selain bahan dan tahapan, dibutuhkan pula peralatan yang sesuai, yakni:
- Mesin penggiling kacang.
- Tempat besar penampung hasil gilingan dan tempat untuk menambahkan cuka.
- Alat pengaduk selama direbus.
- Kain sebagai penyaring dan alas cetakan.
- Mol cetakan tahu.
Demikian sekilas wawasan tentang pembuatan tahu dan tempe. Di sela-sela kesibukan itu, Fr Ari SCC mengatakan: “Kita berharap dengan latihan sederhana ini, para calon imam Keuskupan Atambua ini ke depan lebih kreatif untuk menciptakan karya-karya kreatif yang bisa mendukung kehidupan ekonomi umat ke depan.”
Ini searah dengan visi dan misi Keuskupan Atambua tentang pemberdayaan ekonomi umat.
Menegaskan apa yang disampaikan Fr. Ari, Praeses Seminari Lalian Romo Leonardo Edel Asuk Pr mengatakan hal ini. “Berbicara soal pendidikan tidak hanya sebatas teori, tetapi bagaimana yang teoritis itu dipraktikkan dalam kemampuan yang kreatif,” ungkapnya.
Perubahan membutuhkan inisiatif, ketekunan, kerja keras, kreatifitas dan produktifitas. Tahu tempe yang sudah diolah akhirnya dikonsumsi oleh para seminaris dan para pastor di Seminari Lalian.
Hasil olahan selain berupa tahu dan tempe tetapi juga dalam bentuk susu kedelai.
Para seminaris merasa senang dengan hadirnya sistem pengolahan tempe tahu ini. Banyak cita-cita dan harapan ke depan dengan pelatihan ini.
Yang terpenting dari latihan ini ialah para calon imam ke depan harus memiliki kemampuan memproduksi umat hingga menjadi pribadi berdimensi keselamatan dan bukan kebinasaan. Mengarahkan umat untuk mengalami berkat, kasih dan kerahiman Allah dalam hidup. Provisiat dan selamat berjuang bagi para calon imam Keuskupan Atambua.
kasih tebal buat tempenya ya Dik. Jangan tipis tipis macam ATM nanti dipake black champaign lagi )))