![Staf Khusus Menkeu Yustinus Prastawa bicara tentang spirit Konsili Vatikan II yang memotivasi dia mau terlibat dalam urusan publik dengan menyediakan diri membantu Menkeu RI Sri Mulyani di Kemenkeu. Ia tampil bicara saat Ikafite gelar acara Peringatan 60 Tahun Konsili Vatikan II di Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, 15 Oktober 2022. (Ikafite/UPPK-KAS)](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2022/10/Staf-Khusus-Menkeu-Yustinus-Prastawa-1-696x595.jpg)
SAATNYA, kaum awam Katolik harus berani melibatkan diri dengan “urusan publik” dan ikut terjun masuk di jajaran birokrasi pemerintahan.
Demikian intisari omongan dan paparan Staf Khusus Menteri Keuangan RI Yustinus Prastawa. Ia tampil menjadi nara sumber berikutnya.
Menurut dia, keterlibatannya sekarang di jajaran birokrasi pemerintahan c.q. Kementerian Keuangan sebagai Staf Khusus Menkeu Sri Mulyani bisa terjadi, karena dia merasa telah “disemangati” oleh energi spirit Konsili Vatikan II.
Spirit Konsil Vatikan II: Kaum awam, jadilah “jembatan” yang baik
“Berkat hasil-hasil Konsili Vatikan II,” kata pria berkacamata asal Wonosari, Gunung Kidul, DIY ini, “saya lalu mempersepsi diri bahwa keberadaan saya di Kemenkeu itu sebagai wujud kesediaan diri menjadi ‘sarana’ bagi pelayanan publik.”
Kalau dunia ini telah menjadi locus di mana Yesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan umat manusia dari keberdosaan kita- demikian keyakinan mendalam Prastawa- “Maka sudah pastilah bahwa dunia ini layak kita masuki dan kemudian ikut aktif terlibat di dalamnya untuk mengusahakan hal-hal baik itu bisa terjadi dan terwujudkan nyata.”
Yustinus Prastawa sangat meyakini bahwa Konsili Vatikan II merupakan wujud nyata spirit “inkarnasi” yang paling sempurna.
![](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2022/10/Staf-Khusus-Menkeu-Yustinus-Prastawa-0k.jpg)
Alih-alih Gereja Katolik -seperti kata Uskup Keuskupan Banjaramasin Mgr. Petrus Boddeng Timang dalam sarasehan sesi pertama- sering hanya bisa berpuas diri dengan menjadi societas perfecta, maka Konsili Vatikan II telah dengan serius berani “membuka pintu dan jendela” agar angin dari luar bisa membawa perubahan di dalam tembok Gereja.
“Maka konsekuensinya pada hemat saya, kita sebagai orang Katolik pun juga harus mau terlibat masuk ke dalam dunia.
Pilihan mau ambyuk masuk ke dalam birokrasi pemerintahan ini tentu saja bukan tanpa risiko.
Tapi keputusan itu telah saya ambil dan praktikkan yakni mau terlibat. Konsili Vatikan II mengajak kaum awam agar semakin terlibat dalam berbagai ‘urusan dunia’ – urusan kita semua.”
Stop minta petunjuk pada uskup dan pastor
Yustinus Prastawa sungguh sangat menyayangkan praktik ‘tidak sehat’ yang sering kali masih dilakukan oleh kaum awam. Yakni, mereka sering dan suka “minta petunjuk” pada uskup, pastor – pokoknya mintan ‘nasihat’ harus apa dan bagaimana kepada hirarki Gereja.
“Sayangnya, kaum awam masih saja sering minta petunjuk pada hirarki; antara lain kepada uskup dan para imam,” curhat Yustinus Prastawa.
Karena itu, Prastawa sungguh mengapresiasi “keberanian” mantan Walikota Surakarta FX Hadi “Rudi” Rudyatmo yang secara mantap berani melangkah maju dan kemudian terjun ke panggung politik dengan bersiap mencalonkan diri sebagai pejabat publik.
“Mungkin saja, dulu modalnya ya bonek saja; tapi ternyata itu juga berhasil,” puji Prastawa tentang sosok Walkot Surakarta periode 2012-2022.
“Kaum awam itu sebaiknya jangan suka terlalu banyak merenung dan merenung terus. Kita lihat Pak Rudi. Dengan segala refleksinya, beliau telah berani terjun dan melibatkan diri pada urusan publik,” terang Prastawa.
![](https://www.sesawi.net/wp-content/uploads/2020/07/Termanu-Brigde-768x1024.jpg)
Jadilah jembatan, bukan gedung bertingkat
Kemudian, Prastawa lalu mengisahkan perjalanan hidupnya sendiri.
“Dua tahun lalu, Menkeu Bu Sri Mulyani menghubungi saya dan minta agar saya mau membantu beliau di Kemenkeu. Saya menyatakan bersedia membantu. Padahal, sebelumnya dan selama ini, saya tak pernah mau terlibat masuk ke dalam jajaran birokrasi pemerintahan,” kisahnya.
“Karena dunia (saat itu) tengah dilanda pandemi dan firasat saya masa depan dunia akan berat, maka ajakan untuk membantu beliau di Kemenkeu langsung saya jawab: bersedia.Maka, kemudian saya masuk terlibat membantu pemerintah. Sejak itu sampai sekarang ini.
Mungkin Tuhan mengajak saya agar bersedia menjadi ‘jembatan’ – menjadi jadi jembatan kepentingan yang baik bagi berbagai pihak.”
“Kaum awam Katolik mestinya sudah cukup senang, kalau berhasil menjadi jembatan yang baik; jangan bermimpi ingin menjadi gedung bertingkat,” ungkap Prastawa mengambil kiasan.
Karena itu, Prastawa mengaku bahagia ketika ikut mengawal produk-produk undang-undang di mana kepentingan masyarakat luas dan umum diutamakan.
Ia mengakui, bahwa tugas paling berat di birokrasi pemerintahan adalah kesediaan untuk “mendengarkan” publik. Dan itu termasuk siap diprotes, dikritik, dan menerima aduan serta makian juga. (Berlanjut)