Sabtu, 19 Maret 2022
- 2Sam. 7:4-5a.12-14a.16.
- Mzm: 89:2-3.4-5.27.29.
- Rm. 4:13.16-18.22.
- Mat. 1:16.18-21.24a
SALAH satu masalah yang sering dihadapi dalam keluarga adalah tentang tantangan orangtua dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.
Banyak air mata berlinang, kecemasan bahkan ketakutan mewarnai hari-hari manakala orang tua melihat anak-anaknya mengambil sikap dan kebiasaan yang membahahayakan hidupnya.
Namun juga ada tawa gembira serta senyum bahagia orangtua, manakala anak berjalan dalam jalan kebenaran bahkan berhasil dan menemukan keberhasilan dalam hidup setiap langkahnya.
“Saya selalu mencari jalan untuk membahagiakan isteri dan anakku, meski itu tidak mudah,” kata seorang bapak.
“Segala upaya aku lakukan, namun sampai saat ini masih jauh dari kesejahteraan yang kami cita-citakan,” ujarnya.
“Saya kerja keras setiap hari tidak menjadi masalah bagiku, asal anak-anak dan isteri sehat dan dalam keadaan nyaman dan aman,” katanya.
“Perjalanan keluarga kami awalnya agak sulit dan banyak salah paham, namun semua berubah ketika anakku mengindap penyakit autoimun,” ujarnya.
“Kami lebih banyak berdoa dan berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan,” lanjutnya.
“Saya dan isteriku sangat cemas, namun berusaha tenang dan memberikan peneguhan kepada anakku,” katanya.
“Situasi anakku itu, menarik kami sekeluarga untuk saling mendukung dan saling menperhatikan yang sebelumnya kurang kami lakukan,” sambungnya.
“Kondisi ini membuat anakku sangat tenang dan nyaman. Ini sangat baginya,” kata bapak itu.
“Saya memang bukan bapak yang sempurna, namun saya ingin selalu belajar menjadi seorang bapak seperti Santo Yusuf, yang mencintai dan melindungi keluarga demi menjalankan kehendak Allah,” katanya mantap.
Dalam bacaan Injil hari ini, kita dengar demikian.
“Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati, dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
Tetapi ketika Yusuf mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata, “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.”
Dari semua peristiwa yang dikisahkan dalam injil, tampaklah bahwa Yusuf menjawab panggilan pribadinya dengan berperan di balik layar kehidupan bersama.
Ia menjalani perannya itu dengan ketaatan dan kesepenuhan hati.
Merayakan St. Yusuf menggugah kita untuk memberikan pengakuan dan penghargaan kepada siapa pun yang berperan di belakang layar, terutama untuk kebaikan diri. Pun untuk kebaikan dan kemajuan bersama.
Mereka yang menjalani perannya dengan ketaatan dan sepenuh hati.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa hidup dengan tulus hati?