Puncta 26.11.21
Jum’at Biasa XXXIV
Lukas 21: 29-33
DALAM budaya Jawa, orang mengenal Ramalan Jayabaya, dan Pujangga Jawa Raden Ngabehi Ranggawarsita. Orang sering menyebut sebagai ramalan, tetapi sebenarnya adalah peringatan dari orang bijaksana yang melihat tanda-tanda zaman.
Jayabaya adalah raja Kediri yang bijaksana. Ranggawarsita adalah seorang pujangga yang punya pandangan jauh ke depan, melebihi orang sezamannya.
Banyak orang sering menghubungkan ramalan Jayabaya dengan akhir zaman. Ada tanda-tanda yang mendahului datangnya Kalabendu (masa penghukuman) yakni;
- Pertama, kehidupan rakyat serba sulit, semua serba mahal.
- Kedua, banyak bapak lupa anaknya, banyak keluarga bercerai.
- Ketiga, banyak orang berkhianat, juga kepada kawan sendiri.
- Keempat, orang yang bicaranya ngawur sedang berkuasa.
- Kelima, orang yang berkuasa bertindak jahat, rakyat kecil makin terpencil.
- Keenam, para penguasa mengangkat kawan sendiri dengan tidak adil.
Ranggawarsita menulis Serat Centhini yang salah satu baitnya berbunyi: “Prahara gung, salah mangsa dresing surur, agung prang rusuhan, mungsuhe boya katawis, tangeh lamun tentreming wardaya.” (Terjadi prahara besar dan salah musim, banyak terjadi kerusuhan besar, musuh tidak kelihatan, tidak akan ada rasa ketenteraman di hati).
Yesus memberi perumpamaan tentang pohon ara atau pohon apa pun. Jika pohon-pohon itu sudah mulai bertunas, semua orang tahu bahwa musim panas sudah dekat.
Demikian pula jika ada tanda-tanda menimpa bumi, kuasa langit bergoncang, perang antar bangsa, gempa bumi dasyat, deru samudera menggelegar, bangsa manusia alami ketakutan dan kesengsaraan, maka saatnya sudah dekat.
Semua kesengsaraan dan penderitaan itu akan terjadi, tetapi kita diingatkan untuk bertahan sampai pada akhirnya.
Yesus berkata, “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.”
Yesus mengajak kita untuk bangkit dan siap siaga, selalu sadar dan bijaksana.
Ranggawarsita mengingatkan dengan berkata, “Wus dilalah karsane kang Among tuwuh, kang lali kabêgjan, ananging sayêktinèki, luwih bêgja kang eling lawan waspada.”
(Sudah kebetulan kehendak dari Sang Pemelihara Kehidupan, yang lupa mendapat untung, tetapi sesungguhnya yang lebih untung adalah orang yang sadar dan waspada).
Melihat tanda-tanda zaman, kita diingatkan agar tidak mengikuti arus, namun selalu sadar dan waspada, tetap teguh setia pada kehendak Tuhan yang Mahakuasa.
Sekarang mungkin kita menderita, namun pada akhirnya kita akan bahagia.
Di angkasa langit cerah berwarna biru.
Tidak ada sedikitpun mega dan awan.
Janganlah kita terbawa arus dan tertipu.
Bijaksanalah menilai tanda-tanda zaman.
Cawas, tetap eling lan waspada…