INI kisah kecil bersama rombongan kecil tim KBKK ke Atambua, Kefamenanu – semuanya di Timor Barat, NTT. Terjadi dalam rangka menjajagi program bantuan donasi peralatan komputer pemberian dari jaringan KBKK.
Penulis pergi ke Kefamenanu bersama dr. Irene Setiadi, Farida, Yohanes. Kami berempat bertolak dari Atambua menuju Kefamenanu. Diantar seorang pastor lokal Keuskupan Atambua.
Gua Maria Bitauni Kefamenanu
Dalam perjalanan menuju Kefamenanu itulah, rombongan kecil ini mampir ziarah ke Gua Maria Bitauni -sekitar 30 km sebelum Kefamenanu dari arah Atambua.
Bitauni masuk wilayah pastoal Paroki Kiupukan, Kecamatan Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan masuk reksa pastoral Keuskupan Atambua.
Perlu terbang satu jam dari Kupang menuju Atambua; atau kurang lebih perjalanan darat dengan mobil selama 4-5 jam dari Kefamenanu menuju Kupang.
Jarak dari Kefa menuju Soe bisa ditempuh dalam kurun waktu kurang lebih dua jam. Masih dua jam lagi dari Soe menuju Kupang.
Ziarah jelang malam
Kami tiba di lokasi ziarah rohani sudah sore hari; bahkan menjelang malam.
Untunglah, masih ada berkas-berkas sinar matahari yang “menyusup” masuk di antara rerimbunan pohon. Kami menaiki sebuah daratan tinggi yang tekstur pemandangannya praktis terdiri dari semua batu cadas.
Yang menarik di lokasi peziarah rohani Gua Maria Bituani adalah tekstur lokasi bercadas semua. Ada prosesi Jalan Salib Via Dolorosa dengan “mendaki” lahan perbukitan.
Namun, menariknya jalan menyusuri via dolorosa ini sudah dibuat sangat menarik, karena kita tinggal menginjak batu-batu alami tekstur cadas sangat kokoh dan kuat.
Untuk bisa masuk ke dalam gua, maka kita harus sedikit rela “jalan bongkok”, menekuk badan agar kepala kita tidak sampai terantuk pada bebatuan di atas.
Sebuah terowongan gelap dengan banyak penghuni nokturnal seperti kelelawar bertebaran di sini.
Menurut catatan Mispan Indarjo yang pernah mengujungi Gua Maria Bitauni tahun 2011 silam, sebuah lagu rohani besutan almarhum Romo Piet Verharren SVD dan almarhum Alo de Rosari pernah dikerjakan bersama. Dibuat untuk “melestarikan” lokasi peziarahan rohani ini.
Lagu rohani itu diberui judul Siti Bitauni.