DALAM beberapa tahun belakangan ini, demikian laporan jurnalis Ben Wescott dari CNN International, Brunei Darussalam semakin fundamentalis. Salah satu kebijakannya yang menunjukkan hal itu adalah akan diberlakukannya hukuman mati dengan cara dirajam (dilempari batu sampai mati) bagi pelaku penyimpangan seksual penyuka sesama jenis (homo dan lesbian) dan berbuat zinah.
Demikian laporan Wescott dengan judul sangat “menantang” sebagaimana dilansir CNN International edisi hari Kamis tanggal 28 Maret 2019 ini: “Brunei to punish gay sex and adultery with death by stoning”.
Hukuman mati dengan cara dirajam itu akan berlaku mulai tanggal 3 April 2019 mendatang, demikian laporan Wescott. “Aksi perajaman,” tulis Wescott, “akan dilakukan secara terbuka dengan hadirnya sejumlah saksi.”
Makin fundamentalis
Sebenarnya, aturan ketat dalam soal “hubungan seks” itu sudah disosialisasi sejak tahun 2014 dan diberlakukan secara bertahap. Yang terakhir, hal itu diteguhkan dalam sebuah rilis resmi keluaran Kejaksaan Agung Kesultanan Brunei Darussalam pada tanggal 29 Desember 2018.
Sejauh ini, sejumah organisasi pemerhati HAM sudah menyuarakan keprihatinannya yang sangat mendalam atas perkembangan pelaksanaan hukum kriminal ini pada tingkat yang lebih “ekstrim” di antaranya pelaku pencurian akan dipotong tangannya.
“Brunei seharusnya secepatnya menghentikan aturan hukum tersebut dan memperbarui aturan hukumnya yang menjamin terselenggaranya penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Dunia internasional semestinya langsung bergerak cepat mengecam pelaksanaan aturan hukum yang ketat tersebut,” ungkap Rachel Chhoa-Howard, peneliti dari Brunei di Amnesty International, seraya menambahi bahwa aturan itu menjadi “mimpi buruk” bagi para pelaku disorientasi seksual dan lainnya.
Dunia internasional sebenarnya sudah melayangkan kekhawatirannya, ketika negara super mungil yang kaya minyak ini mulai memberlakukan Syariat Islam sejak tahun 2014.
Penjualan alkohol adalah terlarang di Brunei. Penguasa Brunei sebagai Kepala Negara dan PM adalah Sultan Hassanal Bolkiah.
Sumber: CNN International.