SEPERTI diduga banyak orang, diam-diam syahwat politik Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin tiada pupus meski sudah pernah menduduki jabatan presiden selama kurun 10 tahun. Selepas harus lengser jadi “warga nomor 1” Rusia karena tak memungkinkan memperpanjang jabatan lantaran terhadang konstitusi, Putin yang dikenal lihai “mempermainkan” dadu politik dengan cara “tukar guling” dengan PM Rusia waktu itu: Dmitry Medvedev. Putin lengser dan meraih kursi PM, Medvedev ia katrol menjadi presiden.
Nafsu berkuasa
Tahun depan menjadi ajang pertarungan bagi Medvedev dan Putin untuk saling “jegal” memperebutkan kursi presiden Rusia hingga tahun 2024.
Boneka politik
Manuver politik Medvedev ini tentu saja tak membuat khalayak kaget. Bukan saja karena dia dipandang tak lebih sebagai “boneka politik” Putin, apalagi ketika Medvedev tegas-tegas mengatakan: “Enggak masalah, kalau nantinya saya dikasting Presiden Putin menjadi PM lagi.”
“Saya siap meninggalkan kusi presiden dan menjadi perdana menteri untuk mengabdi negara dan bangsa,” paparnya.
“Saya merasa haru mendapatkan sambutan dan dukungan meriah dari forum Kongres untuk bisa mencalonkan diri lagi sebagai calon presiden,” kata Putin yang mulai beranjak menua dengan umur hampir 71 tahun. “Ini merupakan kehormatan besar bagi saya,” tandas mantan agen Dinas Rahasia Uni Soviet (KGB) ini yang tetap prima berkat judo dan sesekali mancing dalam suasana soliter.