BERBAGAI kegiatan dilakukan oleh para bruder MTB. untuk peringati 103 tahun kehadiran Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) di Indonesia. Kegiatan belrangsung Jumat-Senin, 8-11 Maret 2024 di Biara DPU (Dewan Pimpinan Umum) Jl. Sepakat II, Blok P, No. 123 Pontianak, Kalimantan Barat.
Mereka datang dari berbagai daerah: Yogjakarta, Pati, Putussibau, Sekadau, Kualadua, Singkawang, dan Pontianak. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pertemuan ini disebut Hari Persaudaraan. Tema tahun ini adalah “Bersaudara dan Berbelarasa dalam Semangat Simpliciter at Convidenter”. Kegiatan berupa rekoleksi, kerja bakti, outbound, bruder memasak, dan olahraga bersama.
Menjadi saudara
Hari Persaudaraan diawali dengan rekoleksi. Br. Petrus Handoko MTB menjadi pendamping rekoleksi. Ia mengajak kami agar mengingat kembali dan merenungkan bagaimana orang dapat menjadi saudara dan mampu berbelarasa dalam kesederhanaan dan kepercayaan.
Secara garis besar, kata dia, orang yang telah mengikatkan diri di dalam Kongregasi Bruder MTB selalu diawali dengan janji kesetiaan pada persaudaraan; perlu memiliki spirit of compassion (semangat berbelarasa). Dengan demikian diharapkan para saudara (bruder) mampu menjadi saudara dan mampu berbelarasa kepada sesama.
Enam “F”
Dalam hal ini, setidaknya ada enam hal atau 6F yang perlu dihidupi. Biasa disebut “MTB figure’s sense of interests” yaitu: freeman, fratenity, funny, fellowship. fund, facility, dan fairness.
Secara garis besar ke-6 F itu berarti:
- Sebagai orang bebas dalam arti tidak terikat kepentingan sendiri atau hasrat pribadi.
- Persaudaraan: mampu menjadi saudara bagi sesama, sedia turut mengalami susah–senang, berani bersama merasakan bagaimana suka-derita yang dialami sesama.
- Memiliki hati gembira, bahagia dalam hidupnya. Hati gembira membebaskan orang bertemu dengan siapa pun.
- Para bruder-saudara hidup dalam persekutuan. Masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya. Mereka disatukan oleh janji, cita-cita dan perjuangan untuk menjadi saudara bagi semua: manusia dan alam ciptaan. Ini demi kebaikan dan kemuliaan Allah. Hal ini ditegaskan di dalam seluruh pasal Konstitusi. Hidup dalam persekutuan pada segala aspek kehidupannya sebagai bruder MTB.
- Yang kelima adalah dana–fasilitas. Tarekat memfasilitasi dana-fasilitas untuk keperluan seluruh cara hidup dan karya kerasulaan tarekat. Anggota menjadi pelaksana atas nama tarekat.
- Keenam adalah prinsip berkeadilan. Karya kerasulan mengutamakan mereka yang sangat membutuhkan. Terutama kepada kaum muda serta mereka yang terlantar dan miskin.
Tantangan membangun persaudaraan
Secara umum hidup di zaman serba digital ini, orang dapat saja menjadi sangat tergantung pada gawai. Tidak dapat dipungkiri bahwa keranjingan gawai juga melanda biarawan/biarawati. Kehadiran secara fisik menjadi terganggu. Pelayanan dengan hati terabaikan. Bagi para Bruder MTB, hal demikian dapat menjadi penghalang bagi upaya membangun persaudaraan dalam hidup dan karyanya.
Misalnya saja yang sekarang ini sedang marak adalah fenomena “phubbing”. Orang menjadi abai pada kehadiran orang lain, karena sibuk dengan gawainya. Gejala-gejala demikian dapat diamati pada fenomena berikut:
- Merasa terlalu krasan dengan semua hal dari HP. Juga merasa cemas, karena tidak dapat menyapa melalui gawai atau resah karena jaringan internetnya tidak berfungsi normal (monophobia).
- Rasa takut, karena merasa tertinggal dari hal-hal yang baru viral: berita terbaru, model baru dan hal-hal lain yang baru (fomophobia).
Keresahan di atas dapat menjadi pemicu orang mengalami kekosongan jiwa-hati. Untuk menutupi kekurangannya, orang kemudian mencari tempat pelarian, mengasingkan, mengisolasi diri dengan cara menolak segala bentuk perjumpaan-pertemuan dengan orang lain.
Upaya membangun persaudaraan
Setiap anggota tarekat perlu mengusahakan terwujudnya persaudaraan. Dengan melakukan kebiasaan-kebiasaan baik yang sederhana. Diharapkan bahwa secara pribadi bersedia turut mengalami, merasakan penderitaan orang lain (feasibility–compassion). Gerakan pribadi menjadi gerakan bersama dalam kongregasi. Petunjuk berbelarasa tercantum di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Di Perjanjian Lama misalnya ada di perikop di bawah ini:
- 2 Sam 19:6: Damai berarti tidak ada kebencian (syalom).
- Mzm 35:12: Tidak ada musuh.
- Za 8:13: Menjadi berkat.
- Am 17:17: Menaruh kasih setiap waktu.
- Im 19:18: Mengasihi sesama seperti diri sendiri.
- Mzm 35:13-14: Menghadapi musuh-lawan yang sakit dipandang sebagai kawan.
- Keb 2:21-24: Tidak ada kebencian.
Di dalam Perjanjian Baru dapat dilihat pada:
- Mat 22:22-34: Perintah utama.
- Yoh 11:33-38: Rasa masgul hati-Nya dan terharu.
- Ib 10:33:Paulus ambil bagian dalam penderitaan orang lain.
Tindakan
Para saudara-bruder hanya perlu melakukan hal-hal biasa dan sederhana di dalam kehidupannya bersama orang lain. Aksi nyata tersebut kuncinya antara lain adalah yang pertama pada cara berkomunikasi. Misalnya saja saat sedang berbicara usahakan:
- Hindari perkataan kotor keluar dari mulut kita.
- Hindari ungkapan “katanya”.
- Usahakan perkataan yang dapat memberi semangat kepada yang letih (Yes 50:4).
- Perkataan yang menyenangkan, enak didengar, dapat menjadi obat (Am 16:24).
- Jawaban lembut yang mampu meredakan masalah (Am 15).
Yang kedua adalah perlu diingat pula bahwa menjadi orang Kristen yang baik harus mengembangkan sikap humanisme yang diterangi Injil. Caranya adalah membantu orang asing dan menyambut mereka dengan kebajikan dan penuh pengharapan (St. Stefanus).
Ketiga adalah mengadakan mindfulness dengan penyadaran diri, pemeriksaan batin dan meditasi (Konstitusi 198).
Bakti sosial dan acara lain
Kegiatan-kegiatan berikutnya merupakan kegiatan keakraban bersama. Baik dengan para saudara di lingkungan kongregasi atau bersama umat di lingkungan paroki. Hari Sabtu, 9 Maret 2024 diisi dengan bakti sosial di Paroki Santa Theresia Delta Kapuas Raya, Rasau Jaya.
Paroki ini letaknya jauh dari pusat Kota Pontianak. Dilaksanakan pukul 08.00–12.00 WIB. Para saudara/bruder dibagi pergi ke tiga tempat kerja bakti. Bersama umat, mereka membersihkan lingkungan kompleks gedung gereja, makam dan lingkungan pastoran.
Hari ketiga diisi dengan outbond, olahraga dan bruder memasak. Hari Persaudaraan ditutup dengan Perayaan Ekaristi, Senin 11 Maret 2024 di Kapel DPU bersama Pastor Ellen SVD.
Bruder misionaris pertama tiba di Singkawang tahun 1921
Para Bruder MTB misionaris generasi pertama datang dari Huijbergen, Nederland. Mereka tiba di Indonesia -tepatnya di Kota Singkawang- tanggal 11 Maret 1921.
Dalam homilinya, Pastor Ellen SVD mengucapkan selamat atas persaudaraan yang selama ini telah terjalin. “Bersaudara dengan sesama dalam kongregasi merupakan salah satu bentuk mengasihi Allah Pencipta,” ucapnya.
“Persaudaraan merupakan kerinduan bagi setiap orang,” kata Pemimpin Umum Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda Br. Vianney MTB dalam sambutan penutup pada rangkaian Hari Persaudaraan. “Pada pertemuam ini, kita mencoba mengingat kembali janji setia kita bersama dalam persaudaraan,” sambungnya.
“Kita berusaha menjadi saudara bagi setiap makhluk ciptaan, hingga terwujud kongregasi dan masyarakat yang damai bahagia,” pungkas Br. Vianney MTB.