Home BERITA 105 Tahun Yayasan Kanisius: Pendidikan Kebangsaan untuk Kaum Muda, Sumpah Pemuda, dan...

105 Tahun Yayasan Kanisius: Pendidikan Kebangsaan untuk Kaum Muda, Sumpah Pemuda, dan Driyarkara

0
105 tahun Yayasan Kanisius. (Ist)

TAHUN 2023 ini, Yayasan Kanisius berusia 105 tahun. Harijadi yang jatuh pada Hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2023 lalu rencananya dirayakan pada hari Sabtu tanggal 28 Oktober 2023; bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda ke-95.

Perayaan Ekaristi Syukur menandai puncak acara HUT akan dilaksanakan di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Melalui pendidikan, Santo Petrus Kanisius meneladankan perwujudan iman dengan berdoa dan bekerja keras. Juga mendirikan sekolah, kolese, seminari, dan penerbitan.

Ia juga mengajar, berkhotbah, memberikan pelayanan Sakramen Tobat dan memberikan Latihan Rohani serta menunjukkan ketaatannya pada pemimpin umum Ordo Jesuit -Santo Ignatius de Loyola- yang mengutusnya melakukan kerasulan ke Jerman.

Mendidik kaum muda

Santo Petrus Kanisius menulis buku iman Katolik yaitu Katekismus Gereja Katolik yang hingga sekarang buku ini masih digunakan oleh Gereja Katolik untuk pendidikan iman.

Yayasan Kanisius di Jawa Tengah ini didirikan Romo van Lith SJ di Muntilan.

Dengan menghidupi semangat mendidik seperti teladan Santo Petrus Kanisius. Semboyan yang dipegang teguh: ”Jika ingin mengubah dunia, maka didiklah kaum mudanya.”

Profil Pelajar Pancasila.

Ketentuan sekolah Katolik

Membaca sejarah, pendiri Romo van Lith SJ mendirikan sekolah Katolik dengan tujuan mendidik masyarakat. Pendirian sekolah Katolik saat itu harus memenuhi ketentuan.

Di antaranya mendapatkan izin dari Pemerintah Hindia-Belanda. Guru-gurunya juga harus mendapatkan izin dari Pemerintah Hindia-Belanda. Materi pengajaran tidak boleh melanggar peraturan negeri serta harus sesuai dengan sekolah pemerintah. 

Memaknai Sumpah Pemuda

Hari Sumpah Pemuda ke-95 tahun 2023 bertemakan “Bersama Majukan Indonesia”. Tema ini mengandung tiga makna, antara lain:

  • Membangun semangat kolaborasi dari semua elemen bangsa untuk memajukan Indonesia.
  • Memantapkan kerja bersama dalam satu orkestrasi gerak langkah melalui rangkaian peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-95 sehingga tercipta pemuda maju.
  • Meraih peningkatan Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) melalui kerjasama lintas kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah.  
95 tahun Sumpah Pemuda.

Ruang dan waktu bermakna

Perayaan 105 tahun Yayasan Kanisius mendapatkan ruang dan waktu untuk menjalani refleksi  bersama. Perayaan yang dilakukan di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta menggerakkan untuk membuka dan mendalami sosok filsuf dan pendidik Romo Nicolaus Driyarkara.

Romo Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ lahir di Kedunggubah, Kaligesing, Purworejo, 13 Juni 1913.

Romo Driyarkara SJ meninggal di Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah, 11 Februari 1967, pada umur 53 tahun.

Romo N. Driyarkara dikenal sebagai filsuf, tokoh pendidikan dan pimpinan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) mulai tahun pelajaran 1955-1956; kemudian Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Sanata Dharma.

Ia menjadi Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Sanata Dharma Yogyakarta hingga meninggal.

IKIP Sanata Dharma telah berubah menjadi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Memanusiakan manusia muda (hominisasi dan humanisasi)

Pandangan Romo N. Driyarkara yang terkenal salah satunya adalah pendidikan merupakan proses ”memanusiakan manusia muda”. Proses memanusiakan manusia muda dilakukan dengan hominisasi dan humanisasi.

Menurut Driyarkara, hominisasi merupakan sebuah proses yang dialami manusia untuk mencapai tingkat kemanusiannya. Pada proses yang dialami oleh manusia ketika ia masih berada dalam kandungan manusia, kemudian lahir dan bertumbuh seiring dengan berjalannya waktu.

Manusia memerlukan pendidikan untuk mencapai tingkat kemanusiannya karena ketika manusia lahir sebagai mahkhluk ciptaan Tuhan maka manusia tidak dapat mengerti dan bertindak layaknya sebagai manusia yang dibekali oleh akal budi, jika tanpa disertai dengan pendidikan.

Sedangkan humanisasi merupakan tingkatan yang lebih tinggi yang dapat dimaknai sebagai realisasi pendidikan karakter yang mendasar pada anak yang akan berguna pada kehidupan anak dimasa mendatang..

Konsep hominisasi dan humanisasi yang disampaikan oleh Driyarkara merupakan sebuah konsep demi pendidikan yang memanusiakan manusia muda.

Pendidikan merupakan sebuah pemanusiaan yang didalamnya terdapat proses mendidik dan dididik.

Mendidik merupakan sebuah proses untuk memberikan pengaruh pada anak secara tanggung jawab supaya anak dapat menjadi manusia dewasa, apabila kegiatan mendidik tersebut tidak dapat dilakukan secara baik oleh orangtua maka dapat dilakukan oleh orang lain seperti guru dalam sekolah.

Romo N Driyarkara SJ

Pendidikan karakter

Pada dasarnya konsep pendidikan yang dipaparkan oleh Driyarkara merupkan sebuan pendidikan yang memanusiakan manusia dan mengarah pada pendidikan karakter sebagai bekal anak untuk menghadapi kehidupan dimasa mendatang.

Pendididikan hendak memanusiakan manusia muda, merupakan pengangkatan manusia ke taraf insani. Itulah gambaran manusia yang menjelma dalam semua perbuatan mendidik yang jumlah dan macamnya tidak terhitung.

Pendidikan Pancasila

Romo Driyarkara juga merupakan pemikir pendidikan Pancasila.

Diawali dengan perannya dalam simposium “Kebangkitan Angkatan 66” di Universitas Indonesia, Mei 1966, prasarannya dimuat dalam Majalah Basis. Bersama Prof. Slamet Iman Santosa dan Prof. Dr. Fuad Hassan, ia sering mengisi forum-forum diskusi tentang Pancasila.

Selaku anggota Tim Ideologi, ia juga diminta mengajar pada SESKOAD di Bandung dan SESKOAL di Cipulir, Jakarta Selatan. Pada bulan Desember 1966 diselenggarakan Praseminar Pancasila di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang merupakan awal kristalisasi kegiatan-kegiatan sebelumnya.

Ada tanda, petunjuk yang bisa ditemukan dan direfleksikan dalam Perayaan 105 tahun Yayasan Kanisius. Dan itu bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda. Berlangsung di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharna Yogyakarta. Tanda atau petunjuk tersebut di antaranya:

  • Mendidik kaum muda.
  • Ketaatan dan komitmen yang hendak dikedepankan.
  • Konteks ekosistem pendidikan di Indonesia pendidikan karakter Pancasila dan pendidikan kebangsaan.
  • Kesatuan bekerja sama dan keterpaduan berjalan bersama untuk mencapai tujuan pendidikan

Benang merah

Didasari semangat mendidik kaum muda yang dilakukan oleh Petrus Kanisius; lalu disemai oleh Romo van Lith SJ dan kemudian dipupuk melalui pendidikan Pancasila oleh Romo N. Driyarkara. Maka, kini dalam konteks ke-Indonesia-an di mana telah dideklarasikan Sumpah Pemuda 95 tahun lalu, maka benang merah yang dapat disimpulkan demikian:

Pendidikan mengerucutkan tujuan untuk mendidik kaum muda dengan semangat persatuan membangun kaum muda memiliki jiwa Pancasila.

Secara kasat mata .ketaatan untuk menjalani Kurikulum Merdeka bagi sekolah-sekolah -termasuk di dalamnya sekolah-sekolah Kanisius – saat ini diwujud nyatakan dalam Penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila (P5). Selain cara-cara dan berbagai metode ditempuh untuk internalisasi jiwa Pancasila pada anak didik.

Berpadu untuk Kanisius maju dalam semangat Sumpah Pemuda

Saat ini, jumlah sekolah di Yayasan Kanisius milik Keuskupan Agung Semarang (KAS) ada lebih dari 180.

Momentum Perayaan 105 tahun Yayasan Kanisius yang perayaannya dilaksanakan bertepatan dengan Peringatan Sumpah Pemuda ke-95 memberikan ajakan bagi insan Kanisius dan pemerhati pendidikan Kanisius.

Untuk berpadu bergerak meningkatkan karya pelayanan pendidikan Kanisius dengan didasarkan pada doa syukur 105 tahun “Berpadu untuk Kanisius Maju”.

Ketua Pengurus Yayasan Kanisius Keuskupan Agung Semarang (KAS) Romo J. Heru Hendarto SJ mengungkapkan demikian.

“Ini sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda: mengumandangkan persatuan dan kesatuan untuk Indonesia Merdeka. Teristimewa dinspirasi oleh semangat pelindung Yayasan Kanisius: Santo Petrus Kanisius yang terus menggerakkan anak-anak muda untuk belajar dan belajar dengan tekun.

Maka, Yayasan Kanisius berkehendak kuat untuk membangun keterpaduan di lingkungan Yayasan Kanisius,” disampaikan pada acara pembukaan pencanangan Doa Syukur 105 tahun Yayasan Kanisius, Kamis, 19 Oktober 2023 lalu.

Ketua Yayasan Kanisius Pusat: Romo J. Heru Hendarto SJ.

Metode pembelajaran yang relevan

Harapan keterpaduan menjaga insan Kanisius untuk tidak berjalan sendiri-sendiri. Juga memerdekakan untuk tumbuh lebih kokoh di dalam melangkah. Lalu, mengadakan pembaharuan-pembaharuan di dalam pelayanan pada anak-anak yang dipercayakan pada Yayasan Kanisius.

Perayaan 105 tahun sebagai rasa syukur disamping menyatukan hati, budi dan kehendak. Juga untuk terus membangun keterpaduan pelayanan tata kelola yang akuntabel, bertanggungjawab, transparan dan sistematis. Tata kelola yang sungguh dapat dipertanggungjawabkan dengan baik, benar, dan memelihara keberlangsungan Yayasan Kanisius.

“Untuk anak-anak Kanisius di mana pun berada, teruslah bertekun belajar dengan pendampingan belajar bapak ibu guru di sekolah dan terus bertekun belajar di rumah dengan pendampingan belajar para orangtua.

Bagi bapak ibu guru, momentum 105 tahun Yayasan Kanisius menjadi kesempatan untuk memperbaharui metode-metode pembelajaran. Pembaharuan metode pembelajaran di kelas akan memberi peluang untuk memberikan pembelajaran yang relevan dan dapat menghadapi tantangan jaman,” begitu pesan Romo Heru Hendarto SJ.

“Kini marilah kita kumandangkan semangat in omibus amare in omibus servire yang artinya mencintai dan melayani Tuhan melalui karya Yayasan Kanisius,” ajak Romo Heru Hendarto SJ.

Baca juga: Raden Wirjo Sendjojo, Ayah Kandung Romo Prof. Dr. N. Driyarkara SJ

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version