SEJARAH berdirinya Kongregasi Suster SMFA (Suster Misi Fransiskan Santo Antonius) ini terjadi di Asten, kota kecil di Negeri Belanda. Bibit persemaian berdirinya Tarekat Suster Religius yang kemudian dikenal sebagai Volks Zisters (Suster Rakyat) ini dimulai pada tanggal 17 Februri 1913.
Ini semua terjadi atas prakarsa dan kerja keras Pastor Gerardus van Schijndel, pendiri Kongregasi Suster Rakyat ini.
Ia mendirikan Kongregasi Suster SMFA bersemangatkan rakyat lantaran beberapa hal berikut ini:
- Semangat misioner.
- Semangat memberi prioritas perhatian dan pelayanan pastoral di kawasan marjinal dan miskin.
- Ingin berjuang bersama kelompok marjinal ini dan mengadvokasi mereka agar bebas dari mentalitas ketergantungan diri.
Komunitas Boerdonk Suster SMFA Pontianak
Sebelum kami, para suster MSFA di Pontianak, ikut bergembira bersama merayakan Pesta 106 Tahun Kongregasi SMFA di Nederland tersebut, Komunitas para Suster Rakyat di Boerdonk SMFA Pontianak mengadakan rekoleksi.
Acara rekoleksi ini kami adakan bersama-sama dengan para suster SMFA lain yang ada di komunitas berbeda namun tetap di kota yang sama: Pontianak.
Ikut hadir di program pembinaan rohani dan semangat religius ini adalah Pemimpin Umum Kongregasi SMFA Sr. Kristina Unau SMFA.
Yang kedapuk menjadi pembimbing mengisi program rekoleksi ini adalah Pastor Elenterius Bon SVD. Ia memimpin program bina rohani di komunitas kami pada tanggal 16–17 Februari dan mengambil tema “Bersatu Hati Menjalani Kemandirian.”
Pastor Elen SVD kini tengah bertugas sebagai presentasi Biara SVD St. Yosef Freinademets Jeruju Pontianak.
Suasana rekoleksi
Tema rekoleksi yang dipilih sangat menarik. Bisa jadi, hal itu karena pas jadi topik kesukaan Pastor Elen yang sering bicara lantang soal kemandirian SVD di zaman now. Antara lain, ketika kaum berjubah dilatih untuk tidak tidur siang.
Ia juga berkisah tentang para donatur zaman doeloe yang sedemikian banyak, namun kini hanya tinggal cerita.
Kejayaan para misionaris SVD dari Tanah Jerman sudah terjadi pada tempo doeloe. Mereka itu boleh dibilang mendapat banyak donasi dari para donatur luar negeri yang super dermawan.
Pengembangan tema rekoleksi adalah menggali dan memaknai istilah kemandirian. Dan itu diolah menurut beberapa aspek menurut pandangan Robert Havighurst:
- Kemandirian emosi: mengontrol emosi sendiri dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi pada orang lain.
- Kemandirian ekonomi: kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantungnya kebutuhan ekonomi kepada orang lain.
- Kemandirian intelektual yaitu kemampuan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
- Kemandirian sosial: kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung pada aksi orang lain.
Selanjutnya, ada tokoh lain yang bernama Steiberg yang membedakan karakteristik kemandirian atas tiga jenis bentuk:
- Kemandirian emosional, perubahan kedekatan hubungan emosional antarindividu misalnya anak–anak dengan orangtua atau gurunya.
- Kemandirian tingkah laku yakni kemampuan bisa membuat keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan bertanggungjawab atas keputusan tersebut.
- Kemandirian nilai berarti orang mampu sendiri membedakan tentang benar–salah, penting dan tidak penting. (Berlanjut)
106 Th Suster SMFA Nederland: Ekaristi di Asten, Rekoleksi di Pontianak (1)