TUHAN Yesus diutus Bapa untuk mewartakan kerahiman Allah Bapa dengan spirit Roh Kudus, sehingga dosa manusia dapat disucikan.
Teladan Guru dari Nasaret sudah dipersembahkan dengan seluruh bakti sampai wafat di salib untuk kemudian dibangkitan.
Pemberian Diri Sang Putera itu- berupa pengorbanan tubuh dan darah itu senantiasa kita sambut dalam Sakramen Ekaristi, yang meneguhkan persahabatan kita.
Yoh 6: 51-58 mengukuhkan tanda dan sarana kasih itu sehingga Gereja senantiasa juga merayakan-Nya.
Marilah kita senantiasa menyadarinya dan terus menerus merayakan-Nya dengan penuh hormat: bukan pertama-tama untuk mendapat anugerah ini-itu.
Kita begitu dicintai-Nya. “Tuhan, terimakasih, bahwa Engkau sudah menyediakan tubuh dan darah-MU bagi kami”.
