Home BERITA 17 Pastor Fransiskan dari Asia Jalani Retret ala Buddhist di Vihara Plum...

17 Pastor Fransiskan dari Asia Jalani Retret ala Buddhist di Vihara Plum Village, Pak Chong, Thailand

0
Mengikuti retret ala Buddhist di Vihara Plum Village di Pak Chong, Thailand. (Romo Ferry Sutrisna Widjaja/Keuskupan Bandung)

TANGGAL 10-14 Desember 2018 ada 17 Saudara Hina Dina Fransiskan (OFM) dari Indonesia, Korea Selatan, Malaysia, India, Myanmar, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Amerika bergabung untuk menjalani retret bersama. Mereka sepakat mau melakukan retret bersama itu di Vihara Plum Village di Pak Chong, Thailand.

Retret “tidak biasa” ini terjadi berkat inisiatif Pastor John Wong OFM dari Komisi Dialog Antariman Generalat OFM di Roma.

Ia sudah pernah lima kali menjalani retret seperti ini  di Plum Village Thailand dan dua kali di Plum Village, dekat Bordeaux, Perancis.

Membangun dialog

Tujuan retret ini adalah guna bisa membangun dialog umat Katolik dengan umat Buddist melalui jalan rohani bernama retret bersama di vihara Buddhist.

  • Biksu Goh dari Singapura menjelaskan sejarah Buddhisme.
  • Biksu Bhiksu Phap Niem menjelaskan The Four  Noble Truths dan The Eight Folded Noble Paths yang merupakan inti ajaran Sang Buddha untuk bisa melakukan transformasi penderitaan.

Para OFM itu diberi kesempatan untuk juga sharing tentang hidup St. Fransiskus Assisi di hadapan sekitar 160 biksu dan 50 peserta yang sedang mengikuti retret di Plum Village.

  • Pastor Tom Herbst OFM dari AS menyampaikan refleksi berupa dialog imajiner St. Fransiskus Assisi dengan Sang Buddha.
  • Pastor Francis Lee OFM dari Korea menyampaikan bagaimana kesamaan nilai ajaran Sang Buddha dengan ajaran St. Fransiskus Assisi.
  • Sepasang suami isteri dari Jepang mengatakan sangat terpesona dan bersyukur boleh mengalami bahwa imam Katolik dan bhiksu Buddhist bisa saling memahami dan bekerjasama dalam damai.

Lima dari Ecocamp

Lima orang dari Eco Camp Bandung juga diundang  mengikuti retret ala Buddhist tersebut di tempat ini. Beberapa orang dari Eco Camp memang sudah pernah mengikuti retret di Plum Village Perancis dan menggunakan beberapa latihan sadar penuh dalam kegiatan Eco Camp.

Tema retret adalah  “Interfaith dialogue building brotherhood and sisterhood.”

Retret dimulai dengan minum teh bersama dengan refleksi bahwa di dalam secangkir teh ada benih teh, awan, dan matahari.

Biksu Bhiksu Phap Niem menjelaskan bagaimana banyak kemiripan ajaran Yesus  dengan Sang Buddha. Ketika dua-tiga orang berkumpul dalam nama Tuhan di situ Tuhan hadir. Ketika Sangha berkumpul di situ Sang Buddha hadir.

Dalam retret ini, peserta wajib bangun pukul 04.00 pagi dan mengalami sitting meditation, chanting, walking meditation, eating meditation, mindfulness practices, dan sharing happiness berdialog antara dua tradisi yaitu Katolik dan Buddhisme untuk membangun persaudaraan sejati.

Walking meditation.

Peserta retret dari Vietnam dan dari Eco Camp pada tanggal 16 Desember masih sempat menghadiri penerimaan tujuh novis wanita dan empat  novis pria yang disebut ordination of monk dengan mengucapkan 10 kaul yang intinya adalah hidup sederhana, selibat, taat, vegetarian, menghindari kemewahan, dan setia berlatih nilai nilai Buddhis.

Mereka menerima nama baru, jubah, dan dipotong habis rambutnya disaksikan semua bhiksu dan keluarga.

Para bhiksu dan bhikuni baru yang juga disebut ‘novis’.
Bergabung masuk ke vihara atas restu keluarga.

Persaudaraan sejati

Dari retret ini para Frasiskan dan peserta dari Eco Camp mengalami indahnya persaudaraan, hidup sederhana, keheningan, makan vegetarian, mengolah penderitaan, dan banyak nilai lainnya.

Tahun 2019, Provinsial OFM Indonesia Pastor Michael Peruhe OFM menyampaikan rencana refleksi 90 tahun OFM di Indonesia dan 800 tahun pertemuan bersejarah St. Fransiskus Assisi dengan Sultan Malik di Mesir. Pertemuan itu telah menjadi tonggak dialog antariman yang sangat bersejarah.

Retret di Thailand bersama para bhiksu Plum Village dan berbagai kegiatan lain adalah upaya membangun persaudaraan sejati dan nilai nilai kesederhanaan dari berbagai tradisi agama dan iman.

Menjadi rahib di vihara Buddhist.

Vihara Plum Village di Perancis, Thailand, AS, Jerman, dan Hongkong itu didirikan Bhiksu Thay Thich Nhat Hanh yang sekarang berusia 92 tahun dan karena sakit sudah kembali ke Vietnam.

Biksu Thich Nhat Hanh menulis puluhan buku yang luar biasa antara lain Going Home: Jesus and Buddha as Brothers, Living Buddha Living Christ, How to Love, Peace, Mindfulness Practices, No Mud No Lotus, dll yang sebagian besar sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Dialog iman antara bhiksu Buddhist dan para imam Katolik.
Menjalani retret ala Buddhist di Vihara Plum Village di Pak Chong, Thailand.

Jangan memonopoli kebenaran

Inilah kesan-kesan pribadi saya setelah mengikuti program retret ala Buddhist di vihara tersebut.

Ada 14 mindfulness training. Saya sangat terpesona dengan tiga  yang pertama yaitu openness, non attachment to views, dan freedom of thought.

Kalau kita mau melatih tiga prinsip ini,  maka kita akan menjadi orang yang terbuka, tidak berpikiran sempit, tidak akan memaksakan pikiran kita, dan selalu mau belajar hal baru dan menghormati perbedaan pendapat.

Prinsip ini datang dari ajaran Buddhisme.

Ayo kita bangun dunia baru di mana kita harus mau belajar terbuka,  karena kita ingin menghargai bahwa kebenaran bisa tumbuh di mana-mana. Juga bahwa  tidak seorang pun atau suatu kelompok bisa ‘menguasai’ kebenaran.

Justru perbedaan akan memperkaya dan memperindah kehidupan bersama.

Pengantar retret.
Para imam Fransiskan peserta retret.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version