‘BAU, kotor, barang yang tidak terpakai, dll. adalah pendapat para ibu setiap ditanya apa arti ‘sampah’ bagi sekalian ibu rumah tangga di rumah?
Pertanyaan itu selalu mengawali setiap program edukasi pengelolaan sampah yang kami lakukan selama ini. Setiap manusia pastilah memproduksi sampah setiap harinya. Mereka lebih banyak membakar sampah daripada mengelolanya.
Dengan membakarnya, maka sampah akan segera ‘hilang/bersih’ dari rumahnya atau bahkan membuangnya sembarangan di jalan-jalan, tak peduli jalan menjadi kotor. Jenis sampah dahulu dengan saat ini sangat berbeda namun perlakukan masyarakat sekaran ini masih sama. Kebiasaan membakar sampah sangat berdampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan serta memberi andil dalam global warming dan climate change.
Membangun kesadaran sosial
Hal ini dibutuhkan suatu ‘awareness’ bagaimana sampah dikelola sesuai jenisnya.
Sampah non organik adalah sampah yang tidak bisa membusuk dan tidak bisa terurai secara alamiah antara lain kertas, kardus, plastik,tekstil, karet, kaca, kaleng dll. Maka, yang paling sederhana dilakukan adalah memisahkan jenis sampah ini menjadi tiga kantong/tas/tong.
Sementara yang termasuk kategori sampah organik atau sampah yang mudah terurai dan membusuk itu antara lain: sisa makanan, sayur dan buah-buahan; sampah kebun dan sampah dapur dijadikan kompos untuk memupuk tanaman di tingkat rumah tangga atau skala komunal.
Mendorong masyarakat untuk memisahkan sampah dari jenisnya mulai dari sumbernya atau rumah perlu dilakukan terus menerus sampai terbentuk suatu pembiasaan.
Edukasi 3Rs
Penanganan sampah menjadi tanggungjawab semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat. Edukasi 3Rs (Reduce, Reuse, Recycle) sangat penting. Reduce, upaya kurangi terjadinya sampah dengan mengurangi penggunaan produk dengan kemasan yang disposable (sekali pakai). Reuse, sedapat mungkin gunakan kembali sampah yang terjadi. Recycle, lakukan upaya daur ulang.
Upaya ini kami lakukan bersama pemangku kepentingan melalui edukasi di tingkat masyarakat dan sekolah dasar. Edukasi sejak dini sebagai stategi untuk terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Anak-anak menjadi agen perubahan bagi terciptanya dunia yang terbebas dari polusi sampah.
Dengan maraknya bank sampah baik di tingkat komunal maupun sektoral menunjukkan kepedulian masyarakat dan sinergi dukungan dari pemangku kepentingan dalam pengelolaan sampah. Bank sampah sebagai wadah untuk pengelolaan sampah yang memiliki nilai ekonomi dan berdampak pada lingkungan yang bersih dan sehat serta meningkatan kebiasaan masyarakat untuk memanfaatkan sampah dan tidak membuang sampah sembarangan.
Mengubah perilaku tidaklah semudah membalikan tangan, dibutuhkan dukungan semua pemangku kepentingan.
Kegiatan yang kami mulai sejak 2007 di Daerah Istimewa Yogyakarta hingga sekarang kiranya memberi andil bagi perubahan lingkungan yang lebih baik. Sejak 2014, kami kembangkan di Kabupaten Magelang-Jawa Tengah mendapat sambutan yang mantap dari masyarakat.
Hari Peduli Sampah yang dirayakan secara nasional hari Minggu tanggal 21 Februari 2016 merupakan wujud nyata kepedulian seluruh pemangku kepentingan. Kami terlibat dalam kegiatan di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Magelang-Jawa Tengah. Kegiatan pada hari itu antara lain pungut sampah di pasar/terminal dan di pantai.
Sampah yang terkumpul ditimbang dan dikelola melalui bank sampah. Setelah penimbangan sampah peserta dianjurkan untuk cuci tangan pakai sabun yang merupakan bagian dari perilaku hidup bersih sehat. Kebersihan diri dan lingkungan adalah kebiasaan yang terus diupayakan oleh setiap insan.
Paus Benediktus melalui ensikliknya Laudato Si mengajak seluruh umat Katolik di dunia ini untuk peduli akan kelestarian lingkungan dan mencintai alam semesta melalui perilaku yang lebih baik. Telah banyak yang dilakukan oleh Gereja atas upaya kelestarian lingkungan dan keutuhan ciptaan-NYA.
Publikasi semacam ini menjadi sangat penting agar apa yang telah kita lakukan ini menjadi pembelajaran bagi semua insan. SIGNIS merupakan asosiasi katolik di bidang media komunikasi yang diakui oleh Vatikan, memberi kontribusi sebagai media komunikasi menuju terwujudkan alam yang lestari.
Ayo wujudkan dunia yang kita cintai ini hijau dan bersih
Salam,
Bernadetta Widiandajani, Sekretaris SIGNIS ASIA