ORANG Muda Katolik (OMK) di Kalimantan sampai dengan sekarang masih berhadapan dengan dua keprihatinan besar soal lingkungan hidup di Kalimantan. Yakni, permasalahan tambang dan perkebunan sawit.
Tetapi selain itu, OMK juga berhadapan dengan berbagai keprihatinan akan persoalan lingkungan seperti persoalan sampah plastik, sampah pencemaran sungai, illegal logging, pembakaran hutan, dan lahan.
Tidak hanya itu saja. Maraknya penyalahgunaan narkoba dan perilaku seks bebas, pelecehan seksual, bullying, OMK menarik diri dan masih banyak lagi persoalan-persoalan orang muda katolik.
Hal itu menjadi perhatian Gereja untuk memberi pendampingan OMK dengan merumuskan strategi bersama-sama.
Ardas Pendampingan OMK
Berhadapan dengan situasi yang dihadapi oleh OMK Kalimantan terkini dan berangkat dari berbagai pengalaman selama mendampingi OMK Kalimantan, para Ketua dan Pengurus KOMKEP Kalimantan untuk lima tahun ke depan (2020-2024) bersepakat merumuskan strategi pendampingan Orang Muda Katolik .
Ini untuk meneruskan Arah Dasar (ArDas) Pendampingan OMK tahun 2016-2020.
Untuk merumuskan arah dasar pendampingan OMK tersebut, para ketua Komkep dan perwakilan pengurus Komisi Kepemudaan se-Regio Kalimantan mengadakan pertemuan dua tahunan di Rumah Retret Immaculata Pontianak, 9-12 Januari 2020.
Dalam temu Komisi Kepemudaan ini turut hadir delapan pastor Ketua Komkep Keuskupan, serta 50 pengurus dari delapan Keuskupan Provinsi Gerejawi Pontianak dan Provinsi Gerejawi Samarinda.
Dalam pertemuan temu par Komkep Regio Kalimantan ini turut hadir :
- Uskup Keuskupan Ketapang sekaligus Ketua Komisi Kepemudaan KWI: Mgr. Pius Riana Prapdi.
- Uskup Keuskupan Agung Pontianak: Mgr Agustinus Agus.
- Sekretaris Eksekutif Komkep KWI: Romo Antonius Haryanto Pr.
Menjadi sahabat untuk sesama
Uskup Keuskupan Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus dalam pengantarnya menyampaikan hal berikut ini.
Kita tidak bisa tutup mata melihat persoalan yang ada di kalangan OMK seperti kasus narkoba, pelecehan seksual. Maka dari itu penting hal ini dibicarakan.
“Dalam pertemuan bersama uskup yang membahas soal rancangan tindak lanjut, saya mengusulkan agar kaum muda melakukan perjumpaan bersama teman-teman lintas iman, lintas agama, lintas suku. Kita harus melakukan hal itu,” paparnya.
“Semoga tokoh tokoh Katolik bisa memahami hubungan ini;khusunya juga untuk orang muda yang akan menjadi agen perubahan,” tandasnya.
Borneo Youth Day pertama di Samarinda
Mgr. Pius Riana Prapdi dalam pengantarnya menyebutkan, Borneo adalah berkat. Ini merupakan tema kegiatan Borneo Youth Day (BYD) yang pertama kali nanti.
BYD ini merupakan kegiatan yang akan dilaksanakan pada tanggal 26 Juni sampai 1 Juli 2020 di Samarinda dengan mengusung tema “Borneo adalah Berkat.”
“Borneo Youth Day ini merupakan kegiatan turunan dari gerakan bersama temu raya orang muda tingkat dunia; kemudian turun tingkat negara, lalu kami melihat penting untuk digemakan kegiatan tingkat kepulauan seperti Borneo, Kalimantan,” ujar Ketua Komkep Keuskupan Agung Samarinda Romo Klaudius Sani Sapo Pr.
Ia menambahi hal ini.
“Ide ini tercetus pada tahun 2017 dalam perjumpaan para ketua regio yang mana Ketua Komkep penting punya kesamaan konteks hidup masyarakat,hidup karya pelayanan. Kurang lebih konteksnya sama sehingga ketika bertemu merayakan iman yang sama saling meneguhkan,” tambahnya.
Ia berharap Borneo Youth Day ini tidak hanya soal temu raya, euforia semata dan senang-senang.
Tapi harapannya adalah para peserta bisa menimba kekayaan yang paling penting dari penghayatan kita sebagai orang muda.
Kita menunjukan kepekaan akan diri kita hadir di dunia ini membawa pemulihan untuk lingkungan kita yang sudah rusak ini, menjadi orang muda yang mampu membangun relasi dengan teman-teman lintas iman, berbagi berkat dengan orang-orang sekitar, tidak ada penghakiman tetapi bersahabat dan ketika bertemu dengan lingkungan yang buruk dengan sendirinya tergerak untuk melakukan perubahan yang baik.
Romo Teddy Aer MSF juga mengajak rekan-rekan muda dari seluruh Borneo untuk ikut ambil bagian dalam Borneo Youth Day ini.
“Pastilah dalam temu raya itu wakil-wakil yang akan datang, tapi bukan berarti yang di keuskupan-keuskupan tidak dapat memeriahkan BYD. Kita bisa ikut memeriahkan BYD dengan memulai gerakan-gerakan restorasi lingkungan dan persaudaraan antar umat manusia,” paparnya.
“Itulah dua tujuan dari Borneo Youth Day. Kita dipanggil untuk menjadi agen restorasi lingkungan dan agen persaudaraan umat manusia, dengan itu kita menjawab tantangan dari Paus Fransiskus mewujudnyatakan Ensiklik Laudato Si dan juga Dokumen Abu Dhabi,” tegasnya.
Sekretaris Eksekutif Komkep-KWI Romo Antonius Haryanto Pr dalam materinya menyampaikan sebagai berikut.
“Orang muda Katolik adalah masa depan dan masa kini Gereja. OMK tidak lepas dari teknologi digital dan OMK berfikir darahnya global. Kita tidak bisa memikirkan terus identitas personal. Identitas penting tapi kita harus berfikir secara global. Pertaruhan hidup itu sekarang adalah kualitas,” tegasnya.