SETIAP orang memiliki panggilan hidupnya masing-masing. Tapi, tak semua orang bisa menangkap, mendengar, dan apalagi mau menjawab panggilan hidupnya.
Jumat tanggal 8 Januari 2021, bersama dua kolega suster OSA dari Ketapang, tepat pukul 10.00 WIB kami bertolak meninggalkan Ketapang di Provinsi Kalbar menuju Salatiga, kota sejuk di Jateng. Perjalanan makan waktu amat lama, karena baru pukul 20.00 WIB kami bertiga bisa sampai di Institut Roncalli Salatiga.
Kami bertiga adalah Sr. Hermina OSA, Sr. Virginie OSA, dan penulis Sr. Ludovica OSA. Kami dikirim oleh Kongregasi Suster Santo Augustinus dari Kerahiman Allah (OSA) Ketapang ke Salatiga.
Dengan maksud dan tujuan khusus. Untuk mengikuti kursus persiapan profesi kekal selama 50 hari lamanya.
Nama program ini adalah KPPK (Kursus Persiapan Profesi Kekal).
26 peserta
Kegiatan kursus ini diikuti 26 peserta. Terdiri dari 18 orang suster biarawati dan 8 rohaniwan frater-bruder dari 13 tarekat religius.
Mereka datang dari berbagai tarekat religius: OSA, HK, MTB, CP, BHK, SMG, KSFL, SND, FIC, CSA, CMM, Misc, dan SMFA.
Peserta dari aneka tarekat religius itu datang untuk mengikuti kursus persiapan kaul kekal. Mereka berasal dari berbagai daerah.
Meskipun dari berbagai suku, bahasa, dan latar belakang Kongregasi berbeda, namun hal itu bukan menjadi suatu penghalang bagi kami untuk mengenal. Terlebih juga karena terselip keinginan masing-masing kami mau memahami arti perbedaan di dalam kebersamaan.
Itulah warna-warni perbedaan yang kian menguatkan kami dalam upaya masing-masing menjalani panggilan hidup bakti sebagai religius.
Misa pembuka
Pada hari Minggu 10 Januari 2021 pukul 18.00 WIB, para peserta hadir mengikuti misa pembukaan kursus di kapel Roncalli. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Romo Rinata MSF.
Setelah misa, kami santap malam bersama. Lalu berlanjut dengan sesi perkenalan.
Selama mengikuti kursus, masing-masing peserta diminta tetap serius mengikuti protokol kesehatan dengan ketat.
Para peserta juga tidak diizinkan melakukan rekreasi bersama. Baik di dalam kelompok besar maupun melakukan rekreasi bersama di luar Roncalli.
Konferensi
Selama kurang lebih 50 hari, mulai 10 Januari hingga 28 Febuari, para peserta mengikuti proses kegiatan konferensi. Ini berlangsung setiap hari. Libur terjadi hanya pada hari Sabtu dan Minggu.
Di hari Sabtu, para peserta KPPK wajib mengikuti rekoleksi pribadi. Dari pagi hari hingga siang. Sedangkan, hari Minggu menjadi hari libur.
Perbagai materi yang kami dapatkan selama mengikuti kursus antara lain bahan permenungan tentang buku harian, hidup berkomunitas, pengambilan keputusan, spiritualitas, hidup doa, sejarah hidup bakti, seksualitas, spiritualitas, healing, refleksi hidup religius, pokok-pokok tentang ketiga kaul.
Konferensi dimulai dari pukul 08.15–12.00 WIB dan berlanjut mulai pukul 16.30–18.00 WIB.
Selama mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas, setiap peserta setiap malam wajib melakukan bimbingan konseling. Setiap anggota dibagi menjadi lima kelompok dengan lima pembimbing rohani.
Nama-nama staf yang mendampingi kami adalah Br. Anton Karyadi FIC, Br. Petrus Suparyanto FIC, Br. Anton Sumardi FIC, Br. Redemptus Lastiya FIC, Sr. Virgo SND, dan Sr. Yovani SDP.
18–26 Febuari, waktunya retret
Retret octiduum selama delapan hari menjadi puncak dari penutupan acara kursus KPPK. Selama menjalani retret ini, setiap orang pasti memiliki pengalaman indah di dalam pertemuan dengan Tuhan.
Terjadi melalui doa meditasi maupun kontemplasi. Dan begitu juga dengan kami, masing-masing peserta KPPK 2021.
Selama delapan hari menikmati kesunyian layaknya seperti berada di padang gurun saat retret, maka tak ada satu pun di antara peserta yang boleh “menghidupkan” HP.
Semua alat komunikasi dinonaktifkan. Tentu itu aturan bukan datang dari staf Roncalli; melainkan dari diri sendiri untuk diri sendiri.
selama retret ini, masing-masing peserta setiap hari melakukan sesi bimbingan dengan pembimbing rohani masing-masing. Para peserta mensyeringkan pengalaman perjumpaan dengan Tuhan.
Lalu, tugas pembimbing adalah memberi peneguhan.
Ketika mengalami perjumpaan dengan Tuhan, maka begitu banyak pengalaman masa lampau yang sudah dilupakan atau terlupakan muncul kembali.
Di dalam keheningan batin, semua pengalaman masa lampau itu tak dapat dihindari atau ditolak untuk “muncul” kembali.
Semua terjadi karena karya roh. Bimbingan Roh Kudus sendiri.
Pengalaman akan rahmat
Pengalaman itu menjadi rahmat baru yang telah dialami. Didapat untuk semakin kuat dan teguh pada panggilan hidup bakti sebagai religius yang sudah dijalani selama ini.
Meskipun banyak tantangan menghampiri, justru tantangan dan kesulitan itu bisa mengubah diri. Bisa menjadikan masing-masing merasa diri lebih tangguh dan dewasa menjalani panggilan hidup baktinya. Di tempat di mana dia ditugaskan oleh tarekatnya masing-masing.
Tantangan perjalanan hidup akan menjadi lebih bermakna, ketika pengalaman itu nantinya bisa dijadikan bahan pembelajaran hidup.
Itu karena hidup tak selamanya berada dalam tataran konsolasi terus-menerus. Juga tak selalu harus mengalami kondis desolasi.
Apa pun ceritanya, pengalaman konsolasi dan desolasi selalu menjadi pembelajaran hidup berharga bagi kita semua.