SEBAGAI bentuk ungkapan terima kasih terhadap Mgr. Josef Theodorus Suwatan MSC yang telah mengakhiri tugas penggembalaannya sebagai Uskup Keuskupan Manado selama 27 tahun, sebuah acara khusus sengaja digelar. Acara ini berupa syukuran bersama dalam bentuk malam bakudapa, Jumat 14 Juli 2017 di Ampiteater Lotta – Pineleng, kurang lebih 10 km ke utara dari pusat Kota Manado.
Acara diawali dengan penjemputan Mgr. Josef Suwatan MSC dan berlanjut dengan perayaan ekaristi yang dipimpin Mgr. Josef Suwatan MSC, Uskup Manado yang baru Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC dan Uskup Keuskupan Agung Kupang Mgr. Petrus Turang Pr –putera asli Minahasa.
Hadir dalam acara ini para pastor, biarawan/biarawati, dan umat serta undangan lainnya.
Terimakasih yang tulus
Dalam acara ramah tamah ini, Uskup Keuskupan Manado yang baru Mgr. Benedictus Estephanus Rolly Untu MSC mengucapkan terima kasih kepada Mgr. Josef Suwatan MSC yang telah mengabdi Keuskupan Manado selama 27 tahun.
“Atas nama para pastor, biarawan-biarawati dan umat sekalian di Keuskupan Manado yang diwakili oleh semua kami yang di sini, maka kami mengucapkan terima kasih. Sungguh kita semua merasakan pengabdian tulus dan kerja keras Mgr. Suwatan MSC selama menjadi gembala kami di Keuskupan Manado selama 27 tahun,” kata Mgr. Rolly.
“Kita tahu apa artinya 27 tahun. Itu terjadi melalui banyak perubahan perkembangan yang terjadi selama kepemimpinan Uskup Suwatan dan itu dirasakan oleh semua pihak; baik umat katolik, masyarakat umum di tiga provinsi yang masuk wilayah administratif gerejani Keuskupan Manado. Ketiga provinsi itu adalah Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo. Gemanya juga dirasakan oleh kalangan yang lebih luas di tingkat nasional,” ujar Mgr. Rolly.
Mgr. Rolly mengingatkan bagaimana Mgr. Suwatan sebagai uskup telah mengarungi kepemimpinan negara mulai dari mendiang Presiden Soeharto, Habibie, mendiang Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, Presiden Megawati, Presiden Yudhoyono, dan kini Presiden Joko Widodo.
Ini sungguh luar biasa.
“Selama 27 tahun memimpin Keuskupan Manado dengan segala perubahan yang terjadi, kita merasa kagum dan bersyukur. Belum termasuk catatan sejarah, Mgr. Suwatan MSC juga pernah menjadi Ketua KWI,” ungkap Mgr. Rolly.
63 paroki
Sungguh kepemimpinan Uskup Suwatan ini telah melahirkan banyak hal positif dan indah. Di antaranya adalah banyaknya tahbisan imam dan banyaknya paroki. Semula hanya ada 34 paroki dan kini menjadi 61 paroki plus dua quasi paroki. Jadi, total semuanya ada 63 paroki.
Imam yang pernah ditahbisakan Mgr. Suwatan –sesuai catatan Pastor Sujoko MSC—tercatat ada sebanyak 91 imam diosesan. Jumlah ini belum termasuk imam-imam tarekat MSC yang ditahbiskan di Manado sebanyak 66 imam.
Ada di mana-mana
Lebih lanjut, Uskup Rolly mengungkapkan kehadiran Mgr. Suwatan itu dirasakan uma dan ‘terjadi’ di mana-mana. Dari utara yaitu Talaud sampai selatan yaitu Beteleme dan Banggai. Luar biasa perjalanan Mgr. Suwatan di Keuskupan Manado ini. “Dan saya rasakan juga dampaknya di pemerintahan. Semua mengenal Mgr. Suwatan,” ungkapnya.
“Ketika saya tengah berada di Aula Pemkot Manado mengikuti Rapat Paripurna dalam rangka HUT Kota Manado ke- 394, banyak orang bertanya tentang Bapak Uskup Josef Suwatan. Menyebut-nyebut namanya, itu tandanya apa? Beliua itu hadir bukan hanya di tengah-tengah umat, tetapi juga di tengah pemerintah bahkan juga di kalangan pemuka-pemuka agama. Salah satu yang hadir di tengah-tengah kita yaitu Pdt. Asyer Roeroe, keponakan Pdt. WA Roeroe – mantan Ketua Sinode GMIM,” lanjut Uskup Rolly.
Pendidikan formal dan calon imam
Belum lagi kalau kita harus menyebut prestasi-prestasi yang telah dihasilkan. Taruhlah itu, misalnya, pengembangan dunia pendidikan, pendidikan calon-calon imam, termasuk keberadaan Universitas Katolik de la Salle Manado, juga Ampiteater di Lotta yang dipakai sekarang. “Tentu ini menjadi ada berkat perjuangan dan segala upaya dan usaha. Tetapi ini menunjukkan bagaimana Keuskupan Manado di bawah kepemimpinan Mgr. Suwatan itu sungguh-sungguh membuahkan banyak hasil,” terang Mgr. Rolly.
Nah, tentang Mgr. Suwatan tentunya juga ada banyak pengalaman pribadi.
“Sebagai mahasiswa dulu, saya mengalami bagaimana Mgr. Suwatan telah memberikan yang terbaik untuk kami. Sebagai pastor muda, saya juga mengalami bagaimana Mgr. Suwatan berkenan menunjukkan kepada saya apa yang harus diperhatikan dalam perjalanan ini. Bersama-sama dengan teman-teman pastor yang hadir di sini,” lanjut Mgr. Rolly.
Juga terjadi pencapaian-pencapaian lain yaitu keberadaan tarekat-tarekat diosesan seperti BTD dan DSY.
‘Credidimus caritati’
“Saya kira dengan motto Mgr. Suwatan yakni ‘Credidimus Caritati’ yang berarti ‘Kita telah mengenal dan percaya akan kasih Allah’, beliau sudah mengalami apa artinya dikasihi Allah. Itulah yang telah dibagikan Mgr. Suwatan MSC kepada umat Keuskupan Manado selama 27 tahun,” ini terangnya lagi.
“Kita mohon dan yakin apa yang sudah dibangun di keuskupan ini — baik rohani, kepribadian, pastoral, fisik dari keuskupan ini—akan kami bisa lanjutkan dengan motto yang kami pilih yaitu ‘Dalam terang-Mu kami melihat cahaya’. Pengakuan iman saya itu telah saya ucapkan pada hari Jumat –sehari sebelum tahbisan– di Gereja Katedral Manado berupa Credo. Juga, janji-janji saya secara singkat sebanyak tiga hal yaitu menjaga persekutuan, menjaga pengajaran iman, dan akhirnya menjaga dan memelihara harta benda Gereja di bawah terang kasih Allah. Semoga ini akan berlanjut terus,” Mgr. Rolly mengakhiri sambutannya.
Acara ini dikoordinir oleh Pastor Rheiner Saneba Pr, mantan Ketua Komisi Komsos Keuskupan Manado dan kini pastor Paroki Pineleng. (Bersambung)
Mgr. Rolly mengingatkan bagaimana Mgr. Suwatan sebagai uskup telah mengarungi kepemimpinan negara mulai dari mendiang Presiden Soeharto, Habibie, mendiang Presiden Abdurrahman “Gus Dur” Wahid, Presiden Yudhoyono, dan kini Presiden Joko Widodo. Ini sungguh luar biasa.
“Presiden Megawati Soekarnoputri, dilupakan/tidak disebut”