UNTUK memperingati Hari Bhakti TNI Angkatan Udara ke-70 tahun ini, umat Stasi Santo Agustinus di kawasan kompleks Halim Perdana Kusuma yang mayoritas penduduknya adalah anggota TNI AU, menyelenggarakan Misa Syukur. Acara liturgis ini berlangsung di Gereja Santo Agustinus, di Kompleks Angkasa, Halim Perdana Kusuma pada 29 Juli 2017.
Misa ini dipimpin oleh Bapak Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo Pr didampingi Romo Bernardus Hari Susanto Pr, selaku Pastor Stasi dan lima orang imam lainnya.
Peringatan Hari Bhakti tersebut sarat makna dan nilai historis bagi prajurit TNI AU. Pada 29 Juli 1947 terdapat peristiwa penting dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Ada dua peristiwa penting
- Peristiwa yang pertama, keberhasilan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dalam melakukan serangan udara terhadap kedudukan militer Belanda di Semarang, Ambarawa, dan Salatiga. Serangan ini merupakan serangan udara yang pertama kali dilakukan oleh AURI.
- Peristiwa kedua, tertembaknya pesawat Dakota VT-CLA yang mengakibatkan gugurnya para perintis AURI, yakni Komodor Muda Udara Agustinus Adisoetjipto, Komodor Muda Udara Prof. Abdulrachman Saleh, dan Opsir Muda Udara Adi Soemarmo Wirjokusumo.
Untuk mengabadikan peristiwa gugurnya para tokoh dan perintis Angkatan Udara tersebut, sejak tahun 1955, tanggal 29 Juli diperingati sebagai Hari Berkabung AURI. Namun pada 1962 diubah menjadi Hari Bhakti TNI AU.
Dalam homilinya, Uskup Suharyo menyebut istilah Hari Bhakti sebagai istilah yang sangat bagus dan kaya dengan pesan. “Kita diajak untuk mewarisi semangat juang yang gagah berani dari para pahlawan dalam mempertahankan kemerdekaan negara yang kita cintai ini. Kita patut meneladani pahlawan yang gugur memberikan nyawanya bagi nusa dan bangsa,” kata Bapak Uskup mengingatkan.
“Lantas, mengapa kita perlu sambut Hari Bhakti TNI AU ini dengan merayakan Ekaristi,” tanya sang Uskup oratoris.
Menjawab sendiri pertanyaannya, ahli Kitab Suci Perjanjian Baru ini menjelaskan, “Kita semua tahu, ekaristi adalah syukur agung atas karya Tuhan. Dengan Ekaristi ini kita mau manyatakan keyakinan bahwa bangsa yang dibela para pahlawan ini adalah karya agung Tuhan. Bangsa dan negara kita beserta sejarahnya adalah bagian dari karya agung Tuhan. Artinya, Tuhan berkarya melalui para pahlawan, antara lain pahlawan TNI AU. Dan kita punya tanggungjawab agar karya Tuhan ini dapat terus berlangsung,” jelasnya.
Dalam semangat kepahlawanan, Uskup Suharyo mengingatkan umat Katolik untuk memelihara negara ini dari rongrongan pihak-pihak tertentu. “Dalam beberapa bulan ini dasar negara dan kehidupan bersama terasa dirongrong oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Kita memikul tanggung jawab merawat negara ini sebagai karya agung Tuhan,” pungkas Mgr. Ignatius Suharyo.