Home BERITA 39 Tahun Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo: Bejana yang Dikasihi Allah

39 Tahun Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo: Bejana yang Dikasihi Allah

0
Perayaaan Ekaristi peringati HUT ke-39 Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo. (FX Juli Pramana)

Ngrengkuh, gemati lan wani kautus” atau jika diterjemahkan berarti mengajak banyak umat untuk terlibat, merawat dengan penuh kasih dan berani diutus. Ungkapan ini menjadi tema perayaan 39 tahun Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Surakarta.

Perayaan ekaristi syukur diselenggarakan hari Kamis 1 Agustus 2024. Guna menandai peringatan 39 tahun Gereja St. Paulus Paroki Kleco. Sekaligus juga menjadi rangkaian pembuka menyongsong panca windu atau usia 40 tahun bagi Gereja Santo Paulus Kleco Surakarta yang nanti jatuh tanggal 1 Agustus 2025.

Segenap umat Gereja Santo Paulus Paroki Kleco Solo hadir mengikuti perayaan ekaristi dalam rangka HUT ke-39 gereja paroki. (FX Juli Pramana)

Perayaan ekaristi dipersembahkan oleh Vikaris Episkopal (Vikep) Kevikepan Surakarta Romo Herman Yosef Singgih Sutoro Pr sebagai selebran utama. Dengan para imam konselebran Romo Aloysius Kriswinarto MSF, Romo Lioe Fut Khin MSF, dan Romo Yoseph Aris Triyanto MSF. Hadir mengikuti perayaan ekaristi ini segenap umat Paroki Kleco Surakarta.

Kepala Paroki Kleco Romo Aloysius Kriswinarto MSF dalam pembuka perayaan ekaristi menyampaikan harapannya. Melalui kegiatan rohani dan non rohani yang akan dilakukan selama satu tahun ke depan, kata romo, umat Paroki Kleco memiliki semangat untuk gumregah (bangkit dengan semangat) mewujudkan tema: ngrengkuh, gemati lan wani diutus. Ini sebagai ungkapan syukur merayakan usia 39 tahun menapaki panca windu Gereja Santo Paulus Paroki Kleco.

Syukuran HUT Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo. (FX Juli Pramana)

Membuka lembaran hidup
Vikep Surakarta Romo Herman Yosef Singgih Sutoro Pr dalam homili mengajak umat bersyukur pada ulang tahun ketiga puluh sembilan Gereja Santo Paulus Paroki Kleco yang tahun depan akan merayakan ulang tahun panca windu. Selain itu, ia juga mengajak umat membuka hati, membuka lembaran-lembaran hidup sebagai umat beriman di Kleco. Lebih lanjut Romo Vikep melanjutkan, bacaan-bacaan misa mengajak untuk merenungkan keselamatan yang berasal dari Allah bagi kita.

Bejana yang diperbaiki
Bacaan Pertama mengisahkan Nabi Yeremia ditugaskan untuk pergi tukang periuk. Tukang periuk memperbaiki bejana yang rusak dan mengembalikan menjadi bejana lagi sesuai keinginannya. Tidak membuang yang rusak, tetapi memperbaiki agar bermanfaat kembali.

Inilah kasih Tuhan bagi kita. Tuhan tidak akan mudah membuang kita meskipun kita dalam keadaan terpuruk. Tuhan akan membentuk dan mengasihi kita. “Nggemateni” (memperhatikan dan merawat) kita. Memperbaiki kembali. Sehingga ketika kita menjadi baik kita bisa menjadi berkat bagi banyak orang.

Dan untuk itulah kita diutus menjadi berkat bagi yang lain. Tuhan tidak memanggil orang yang sempurna tetapi memanggil orang yang tidak sempurna. Itulah gambaran kasih Tuhan bagi kita semua.

Merawat dan mencintai Gereja St. Paulus Paroki Kleco setahun jelang perayaan HUT ke-40 tahun. (FX Juli Pramana)

Diutus menjadi berkat
Tema yang diambil mengajak kita untuk “ngrengkuh” satu dengan yang lain diantara kita sebagai umat beriman. Menguatkan satu dengan yang lain. Kita saling mengasihi satu dengan yang lain dalam satu Gereja.

Nggemateni dan nggegem ati“. Menggunakan hati dalam membangun relasi dan hidup bersama menggereja. Di situlah kita diutus menjadi berkat bagi sesama. Harapannya kita bisa menjadi bagian Kerajaan Allah karena kita terus berupaya mengusahakan kebaikan dalam kehidupan.

Kita bersyukur atas kasih Tuhan yang telah ngrengkuh, nggemateni dan menjadikan kita siap diutus menghadirkan berkat bagi sesama,” jelas romo.

Tebar benih di Waduk Cengklik sebagai wujud cintai dan merawat alam. Dilakukan dalam rangka perayaan HUT Gereja St. Paulus Paroki Kleco Solo. (FX Juli Pramana)

Kirab tumpeng, gowes dan tebar benih
Setelah perayaan ekaristi 39 tahun Paroki Kleco diadakan kirab tumpeng sebagai tanda syukur. Sebanyak 39 tumpeng yang disajikan dalam 39 takir sebagai lambang 39 tahun usia paroki. Prosesi perarakan tumpeng diiringi oleh pengiring yang terdiri dari anak-anak, OMK, orang dewasa dan lanjut usia. Ini melambangkan perjalanan Gereja sekaligus upaya formatio iman berjenjang dan berkelanjutan.

Rangkaian acara perayaan dimeriahkan pada Sabtu 3 Juli 2024 dengan kegiatan gowes – bersepeda bersama menuju Waduk Cengklik.

Di Waduk Cengklik diadakan acara tebar benih sebagai ungkapan syukur atas karunia penciptaan Tuhan sekaligus wujud kepedulian memelihara lingkungan hidup.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version