LATIHAN Rohani Minggu Pertama dalam perjalanan mengikuti Retret Latihan Rohani 30 Hari menjadi sumber inspirasi tulisan ini.
Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan seorang sahabat yang sudah lama tidak saling jumpa. Sahabat ini berpenampilan sederhana dan berwatak tenang. Meskipun demikian, ia mampu tampil dalam keanggunan. Bagi sebagian orang yang bertemu dengannya, sangat mungkinlah orang bisa tertarik akan keanggunan sahabat saya ini. Pun pula saya pun dibuat terpesona oleh keanggunan itu.
Pribadi mudah bersyukur
Saya sudah mengenalnya cukup lama. Apa yang saya kagumi darinya adalah pribadinya yang sabar dan penuh belas kasih. Setidaknya, saya tidak pernah melihatnya gundah atau mengeluh terhadap pengalaman-pengalaman hidup yang dia alami. Justru sebaliknya, dia benar-benar memiliki kesiapan untuk menerima kenyataan hidup yang terjadi. Dengan kata lain, sahabat saya ini adalah pribadi yang mudah bersyukur; di segala situasi yang ia alami.
Pada suatu kesempatan, ketika kami duduk-duduk santai di taman kota, saya bertanya apa yang harus saya lakukan untuk menjadi pribadi penuh syukur seperti itu. Ia bercerita banyak tentang pengalaman hidupnya, dari kecil hingga ia dewasa. Dari situ, saya tahu, bahwa ia tidak serta merta menjadi pribadi penuh syukur, tetapi ia juga melalui apa yang kemudian saya sebut “olah rohani”. (Bersambung)
Simon Sugito, pernah mengikuti Retret Agung Latihan Rohani 30 Hari di Girisonta.