Home BERITA 50 Tahun Hidup Bakti Romo FA Tedjasuksmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF:...

50 Tahun Hidup Bakti Romo FA Tedjasuksmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF: Lemah Studi dan Sakit tak Rintangi Perjalanan Imamat (2)

0
Pesta 50 tahun hidup bakti sebagai religius imam MSF untuk Romo FA Tedjasuksmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardoyo MSF. (FX Juli Pramana)

DUA imam Kongregasi Para Misionaris Keluarga Kudus (MSF) merayakan 50 tahun hidup bakti sebagai religius imam MSF. Perayaan 50 tahun hidup membiara Romo FA Tedjasuksmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF dilaksanakan hari Rabu, 31 Januari 2024. Terjadi dalam perayaan ekaristi syukur di Gereja Santo Petrus Paroki Purwosari Solo.

Perayaan Ekaristi dipimpin Provinsial Kongregasi MSF Romo Simon Petrus Sumargo MSF sebagai selebran utama dengan konselebran Romo Albertus Agus Ariestiyanto MSF dan Romo FA Eko Hadi Nugroho MSF serta kedua imam yubilaris: Romo FA Tedjasukmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF.

Perayaan ekaristi berlangsung khidmat dengan iringan lagu-lagu perayaan bernuansa Jawa. Panitia dan sebagian umat yang mengikuti ekaristi tampak mengenakan pakaian tradisional Jawa. Selesai perayaan ekaristi digelar pementasan fragmen tarian berjudul Wadat Satya Sang Pandhita di aula Paroki Purwosari Solo.

Para imam MSF sebagai konfrater Romo Tedja dan Romo Pung -panggilan akrab Romo Purwohadiwardaya- ikut dalam perayaan bersama dengan umat Paroki Purwosari.

Dua imam bersama Provinsial Kongregasi MSF Romo Marga MSF dan para pendukung acara pesta 50 tahun hidup bakti sebagai religius imam MSF. (FX Juli Pramana)

Sakit jantung dan didiagnosis epilepsi

Pada saat homily, Romo Pung MSF dan Romo FA Tedjasuksmana MSF menyampaikan syering pengalaman iman menapaki 50 tahun hidup panggilan membiara. Berikut ini syering Romo Pung MSF dilanjutkan Romo FA Tedjasukmana MSF.

“Saya bersyukur pada hari 50 tahun hidup membiara. Karena -setelah saya refleksi- betapa Tuhan telah membantu saya sampai hari ini.  Keinginan menjadi imam muncul ketika saya kelas lima Sekolah Rakyat. Waktu itu saya menjadi putera altar di Paroki Pati. Saat itu, pastor parokinya Romo Adi Sujono MSF. Ia adalah imam MSF Jawa pertama. Kebetulan, beliau masih terbilang masih paman saya. Dulu, Romo Adi Sujono  MSF juga pernah berkarya di Purwosari.

Saya teringat awal panggilan saya, ketika di sankristi, setelah bertugas menjadi misdinar Romo Adi menepuk bahu saya dan berkata: Pur, besok kamu akan jadi imam. Ternyata itulah awal panggilan Tuhan untuk saya. Jadi lewat om saya, Tuhan memanggil saya,” kata Romo Al. Purwohadiwardoyo MSF menyampaikan syering saat homili.

“Saat mendaftar di seminari, saya terlambat mendaftar sehingga ujian dilakukan sendiri. Ujian saya hanya menjawab satu pertanyaan yang diberikan oleh romo rektor. Beliau berkata: Satu pertanyaan saja Pur. Jika kamu bisa menjawab, maka kamu lulus. Pertanyaannya: dalam Doa Rosario, jumlah Doa Bapa Kami ada berapa? Karena takut salah, saya lalu meminjam rosario Romo Rektor sehingga mampu menjawab dengan benar. Tangan Tuhan membantu saya. Saya masuk seminari setelah Sekolah Rakyat.”

“Lulus SMA seminari saya memilih masuk MSF setelah mempertimbangkan pilihan tarekat yang telah saya cita-citakan sejak kelas lima SD. Saat novisiat, saya merasakan tangan Tuhan membantu saya, ketika kondisi sakit typus saya diperbolehkan mendaftar di novisiat dalam kondisi sakit.”

“Ketika belajar di Roma, saya mengalami sakit jantung dan didiagnosa saya akan terkena epilepsi. Ternyata Tuhan membantu saya. Sampai saat ini saya tidak mengalami epilepsi. Ini campur tangan Tuhan.”

“Pada saat serangan jantung yang kedua, saya juga diselamatkan Tuhan. Tuhan dengan cara-Nya membantu saya. Maka, saya bersyukur pada Tuhan yang membantu saya. Saya memenuhi panggilan imam. Sekali pilih, mantap pilihan saya,” kata Romo Al. Purwohadiwardaya MSF.

50 tahun hidup membiara Romo Tedjasuksmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF. (Ist)

Lemah studi

Romo FA Tedjasuksmana MSF dalam syeringnya memberikan kesaksian panggilan. Berikut syering Romo Tedja.

“Panggilan yang saya terima sama seperti panggilan umum. Datanglah pada-Ku kamu yang berbeban berat, Aku akan memberi kamu kelegaan seperti yang diungkapkan Yesus. Tahun 1950, bapak memiliki beban berat memikirkan pendidikan saya. Waktu itu, saya kelas empat SR (Sekolah Rakyat) di Sragen. Bapak memikirkan untuk memindahkan sekolah saya karena sekolah tersebut kurang bermutu. Akhirnya saya dipindahkan sekolah di sekolah bekas Kanisius di Sidoarjo.

Tahun 1953, saya lulus SR dan kemudian melanjutkan di SGB. Saat itu, saya belum mengenal agama. Lalu saya didaftar ikut Katolik. Waktu kelas dua tahun 1954, saya ikut pelajaran agama. Baru babtis tahun 1955. Lulus tahun 1957, saya menjalani ikatan dinas dan menjadi guru di situ. 

Tahun 1957-1958, saya mengikuti pendidikan di SGPD (Sekolah Guru Pendidikan Dasar) di Surakarta. Setelah lulus, saya menjadi guru di SRKKB di Eromoko Wonogiri. Kembali ke Sragen tahun 1963. Tahun 1964, saya mengikuti Kursus Pendidikan Guru dan lulus 1966. Setingkat SPG. Lalu melanjutkan ke IKIP Semarang.

Waktu kuliah di semester dua ada pengumuman dari Seminari Mertoyudan, lalu saya mendaftar seminari. Di Seminari, nilai bahasa Inggris saya selalu merah. Namun saya tetap bertekad mengikuti pendidikan. Akhirnya, saya melanjutkan ke Seminari Bertinianum. Bagi saya, ini pilihan yang memilihkan Allah untuk ke MSF.

Segala kesulitan saya jalani. Nilai bahasa Inggris merah semua. Bahasa Latin: saya hanya mampu menjawab ujian dari 80 hanya bisa menjawab 60. Saat ujian yang lain hanya sekali, saya menjalani dua kali. Semua saya terima karena ini jalan panggilan saya. Membandingkan dengan Romo Pung, jika Romo Pung ujian mendapat nilai sembilan atau sepuluh, saya nilainya sebelas. Jika Romo Pung Ujian hanya sekali, saya ujian dua kali.”

Romo Tedja suka bercanda dan ini menjadikan umat tertawa. “Menjadi rasa syukur bisa merayakan 50 tahun imamat, karena merasakan bahwa Tuhan bertanggung jawab akan panggilan yang diberikan pada kita,” demikian syering Romo Tedja.

Umat Gereja Santo Petrus Paroki Purwosari Solo menjadi tuan rumah pesta 50 tahun hidup bakti dua imam MSF. (FX Juli Pramana)

Jika Tuhan berkehendak selalu ada cara

Setelah dua imam yubilaris memberikan syering, Propinsial MSF Provinsi Jawa Romo Simon Petrus Sumargo MSF memberikan peneguhan  bahwa jika Tuhan berkehendak selalu ada cara.

“Romo Tedja ada hambatan dalam studi. Romo Pung ada hambatan dalam kesehatan. Tuhan memanggil imam berdua dengan kelemahan masing-masing. Tuhan selalu ada cara, ada jalan dan Tuhan tidak pernah kehabisan cara. Kegigihan dan ketangguhan Romo Tedja dan kuasa Allah yang diterima Romo Purwa memberi kekuatan hingga mampu menjalani hidup membiara selama 50 tahun. Hal ini senantiasa kita syukuri,” ungkap Romo Sumargo

Patung Maria de La Salette

Pada saat perayaan, kedua imam yubilaris menerima tali asih kenang-kenangan berupa patung Maria de La Salette. Ini sebagai peneguhan panggilan dan disampaikan oleh Provinsial MSF: Romo Simon Petrus Sumargo MSF.

Pantun untuk yubilaris

Ketua II DPPH Purba Putranto pada akhir perayaan ekaristi menyampaikan ungkapan terimakasih atas pelayanan dan kesetiaan Romo FA Tedjasukmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF dalam mendampingi umat. Juga berterimakasih atas terselenggaranya perayaan ekaristi. Di akhir sambutannya, Purba Putranto menyampaikan pantun mewakili umat.

Ana payung neng ndhuwur meja, sing nemu Mas Saiful. Katur Romo Pung dan Romo Teja: We love you full. (Ada payung di atas meja. Yang menemukan Mas Saiful. Pada Romo Pung dan Romo Tedja: We love you full).”

Sukacita para imam MSF atas pesta 50 tahun hidup bakti Romo FA Tedjasuksmana MSF dan Romo Al. Purwohadiwardaya MSF. (FX Juli Pramana)

Mengandalkan Tuhan

Setelah berakhirnya perayaan ekaristi, Sesawi.Net menemui Kepala Paroki Purwosari Romo Albertus Agus Ariestiyanto MSF untuk meminta kesan pengalaman hidup dua romo yubilaris. Romo Ariestiyanto menyampaikan, bahwa Tuhan bekerja.

“Tuhan memampukan kita dalam kelemahan untuk menanggapi tugas dan panggilan-Nya sehingga kita dibuat layak, dibuat pantas untuk menjadi pekerja melayani di kebun anggur Tuhan. Refleksi ini bagi umat menjadi ajakan untuk mengandalkan Tuhan.

Jangan mudah menyerah bila menghadapi kesulitan. Kalau Tuhan bekerja, kita menanggapi, jalan keluar selalu ada. Maka tetaplah memiliki harapan yang kuat dan iman yang teguh. Dalam Tuhan tidak ada yang mustahil,” demikian kata Romo Ariestiyanto MSF. (Selesai)

Baca juga: Fragmen Rayakan 50 Tahun Hidup Bakti Romo Al. Purwohadiwardaya MSF dan Romo FA Tedjasuksmana MSF (1)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version