“AKU akan mengangkat piala keselamatan, dan menyerukan nama Tuhan.” (Mazmur 116:13).
Dalam perayaan mulia ini, bersama dengan para yubilaris kita mengangkat piala keselamatan, piala Ekaristi, dan menyerukan nama Tuhan dengan penuh sukacita atas karya agung Tuhan, yang telah memanggil para putera terbaik kita ini menjadi imam-imam-Nya.
Sukacita atas hari ulang tahun tahbisan imamat ini kita ungkapkan dalam ucapan syukur, perayaan/pesta serta harapan.
Dari kelimpahan hati
Pertama-tama, kita melambungkan ucapan syukur dari kelimpahan hati (ex abundantia cordis) atas karya agung Allah, yang menganugerahkan rahmat imamat kepada Mgr. Josef Suwatan, selama 50 tahun, dan kepada para pastor Benny, Rhein, Jimmy, Ferry, Laurens, Viany, Alfrits, selama 25 tahun.
Selama kurun waktu itu, sebagai imam mereka telah mengangkat piala keselamatan, piala Ekaristi, dan telah menyerukan nama Tuhan melalui pewartaan Sabda dan pelayanan-pelayanan mereka.
Kita bersyukur atas pemeliharaan Tuhan kepada mereka, yang terus mencintai mereka, memulihkan dan menegakkan mereka kembali di tengah banyak perjuangan, cobaan, kesulitan dan tantangan hidup sebagai imam.
Kasih dan kesetiaan Tuhanlah yang tetap memelihara mereka, baik dalam sukacita dan kekuatan, maupun dalam kekurangan dan kelemahan mereka.
Maka, pantaslah kita berseru: “Inilah hari yang dijadikan TUHAN, marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita karenanya!” (Mazmur 118:24).
Tuhan pasti senang melihat putera-putera terbaik-Nya, yang dipanggil menjadi gembala-gembala-Nya, tetap setia menghidupi imamat pelayanan selama 50 dan 25 tahun.
Kita hendak mengamini bahwa “Allah adalah kasih.” Kita mengamini ajakan dan perintah Tuhan: “Marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah” dan bahwa “Allah yang terlebih dahulu telah mengasihi kita.”
Karena kasih-Nya para yubilaris ini dipanggil untuk menjadi gembala-gembala-Nya dan diutus untuk membagikan dan mengamalkan kasih itu, melalui sakramen imamat yang mereka terima.
Bagi kita, perayaan ini adalah pesta umat, pesta bersama, pesta sukacita dan kegembiraan, karena dalam segalanya “kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita.”
Oleh karena itu, perayaan ini adalah perayaan Credidimus Caritati.
Sdr/i terkasih, para yubilaris ini pasti mempunyai kisah dan sejarah panggilan masing-masing untuk menjadi imam. Ada sesuatu yang mendorong dan memotivasi mereka untuk mengikuti jalan panggilan menjadi imam.
Ada suara dan karya Roh Allah yang menuntun mereka di jalan ini.
Peran orangtua dan para suster
Perkenankan saya lebih berfokus pada Mgr. Suwatan; sedangkan para yubilaris lain nanti di paroki atau di tempat tugasnya masing-masing akan menjadi fokus.
Mgr. sendiri pernah berkisah bahwa sejak kecil dia sudah terbiasa dekat dengan Gereja, menghadiri misa, berdevosi kepada Maria dan Yosef dan bersujud di hadapan Sakramen Mahakudus.
Hal itu tumbuh baik dari ajaran orang tua maupun para Ssuster. Peran mereka ikut menumbuhkan benih panggilan menjadi imam.
Krupuk udang
Juga, pada suatu ketika ada misa di rumah suatu keluarga Belanda di Tegal.
“Pemimpin misa adalah Romo Padmowidjaja MSC. Sesudah misa, Romo Padmo menyalami umat dan bercerita dengan mereka. Saya juga ikut papa bersalaman dengan Romo Padmo. Dia melihat bocah gendut ini dan menawarkan sesuatu. Yang tersisa di pastoran darurat itu hanya ‘krupuk udang’. “
“Romo Padmo memberikan itu kepada saya yang merasa begitu senang. Peristiwa Romo yang ramah kebapaan dan memberi krupuk kepada saya terus tersimpan dalam lubuk hati saya sebagai bagian penting dalam sejarah panggilan saya. Panggilan mulai bersemi dari pemberian krupuk oleh Romo Padmo.”
(buku Kenangan 25 Tahun Tahbisan Uskup Manado Mgr Josef Suwatan MSC, hal. 28).
Sungguh luar biasa sepotong krupuk udang itu.
Tuhan pun menggunakan sepotong krupuk udang sebagai jalan untuk membangkitkan benih panggilan imamat, dan menghantar seorang pilihan-Nya ini tidak hanya menjadi imam tetapi bahkan uskup. (Bersambung)
Mgr. Jos Suwatan MSC: Pesta Emas 50 Tahun Terima Sakramen Imamat