DINAMIKA kehidupan parokial bisa ditoreh melalui ajang kegiatan festival koor. Kali ini dan menjelang perayaan HUT ke-50 Tahun Biara Nazareth dan Paroki Keluarga Kudus Banteng di Jl. Kaliurang – Yogyakarta, sebuah gelaran festival koor tersaji di Gereja Paroki, Jumat malam tanggal 17 November 2017 kemarin.
Nama gelaran ini adalah “Festival Paduan Suara Antar Wilayah Se-Paroki Keluarga Kudus Banteng 2017”. Itu berarti, 12 wilayah yang masuk dalam reksa pastoral Paroki Keluarga Kudus Banteng beramai-ramai berpartisipasi mengikuti ajang festival ini.
12 wilayah
Setiap wilayah bisa mengirim tim koornya dengan jumlah minimal 25 orang. Yang pasti, acara ini lebih menitikberatkan pada kegiatan festival daripada sebuah perlombaan.
Festival koor antar wilayah ini mengambil tema “Setia dalam Sukacita Pelayanan”. Acara ini digelar atas prakarsa Tim Kerja Koor, Iringan, dan Pemazmur. Dengan demikian, semua anggota panitia itu datang dari ‘lingkungan’ pemazmur, organis, dan OMK –semua dari Paroki Banteng.
Posisi Ketua Panitia digawangi oleh Maria Rosa Delima dengan tiga orang komentator yakni Agus Tridiatno, Romo Yusup Sunarno, dan Fr. Christian Hoper Samosir SCJ.
Meski labelnya festival, namun seperti dilaporkan Dr drg. Alma Jonarta Mkes sebagai salah satu anggota panitia, semua tampilan kelompok koor menampilkan kinerja paduan suara yang mengagumkan.
“Tidak dirilis pengumuman siapa juaranya. Setiap variabel penilaian dimasukkan dalam kategori emas, perak, dan perunggu. Variabel penilaian itu tentang materi vokal, interpretasi, dan pembawaan. Dengan demikian, setiap peserta akan mendapat tiga kriteria ‘nilai’ emas, perak, dan perunggu,” jelas dosen Fakultas Kedokteran Gigi UGM dan juga seorang komponis musik liturgi gerejani ini.
“Hadiahnya juga berupa paket buku lagu-lagu gereja,” tuturnya ibu dua orang anak yang bersuamikan dokter gigi spesialis bedah mulut ini.
Mengenang alm. Linus Putut Pudyantoro
Pada kesempatan festival koor antar wilayah di Gereja Paroki Keluarga Kudus Banteng ini, diperdengarkan lagu mars Paroki Keluarga Kudus Banteng hasil besutan almarhum Linus Putut Pudyantoro awal Oktober 2017.
Lagu mars Paroki Keluarga Kudus Banteng dinyanyikan oleh Kelompok Koor K3M pimpinan Tjok Trijaya dengan iringan piano Alma Jonarta. Juga tampil selingan koor oleh kelompok paduan suara OMK yang menyanyikan lagu rohani Jadikan Hatiku Istana Cinta-Mu karya alm. Linus Putut Pudyantoro.
Mestinya, almarhum Linus juga akan berpartisipasi dalam kegiatan festival koor ini. Ia sudah didapuk sejak awal akan menjadi ‘juri’ dalam festival ini. Namun, ajal sudah terlebih dahulu menjemputnya t sebelum niatnya yang baik ingin membantu gelaran festival koor antar wilayah di Paroki Keluarga Kudus Banteng ini bisa terlaksana.
Mewakili pihak keluarga besar Padmobusono –ayah kandung almarhum— Bambang Tri Priatmoko menyampaikan ungkapan terima kasih atas apresiasi Paroki Keluarga Kudus Banteng terhadap adik kandungnya. Bambang adalah anak ketiga di keluarga, sedangkan alm. Linus Putut Pudyantoro adalah anak ragil nomor enam.
Ketiga anak lelaki alm. Padmobusono ini menyandang nama ‘Putut’ dan semuanya pernah masuk Seminari Mertoyudan.
Sekedar tahu saja, almarhum Linus Putut Pudyantoro adalah alumnus Seminari Mertoyudan tahun masuk 1980, sedangkan Paulce Tjok Trijaya adalah alumnus tahun 1975. Keduanya sejak di Seminari Mertoyudan menunjukkan bakat luar biasa di bidang musik.
Senang menyaksikan keterlibatan umat
Mengomentari kegiatan Festival Koor Antar Wilayah di Paroki Keluarga Kudus Banteng ini, Romo Yusp Sunarno MSF –pastor paroki—mengatakan: “Menyenangka sekali bisa menyaksikan keterlibatan umat dari berbagai usia dalam festival ini.”
Lalu Agus Tridiatno berkata bahwa ada beberapa catatan perlu diperhatikan oleh para kontestan festival. “Utamanya adalah cara menyanyikan lagu,” ungkapnya.
“Perbandingan suara terdengar ada yang tidak seimbang. Mayoritas kelompok koor berkekurangan anggota paduan suara dari perempuan,” tutur Fr. Hoper Samosir SCJ.