Home BERITA 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Kadang, Berdoa itu Sulit tapi Tetap...

70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Kadang, Berdoa itu Sulit tapi Tetap Perlu (7)

0
Ilustrasi: Rombongan peziarah Indonesia berdoa khusus petang hari di depan Biara St. Catherina di Sinai, Mesir. (Mathias Hariyadi)

Kesulitan dalam berdoa

DI tengah kesibukan dan tuntutan yang ada, sering terjadi bahwa  berdoa menjadi hal yang tidak mudah kita lakukan. Bahkan terasa membosankan,  karena sudah sering berdoa namun terasa tak ada perubahan. Bisa jadi kita salah memahami, bahwa sebenarnya yang kita lakukan bukan berdoa, tetapi melakukan aktivitas doa.

Baca juga:   70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Keutamaan dalam Berdoa (6)

Hal-hal yang dapat menyebabkan kesulitan dalam berdoa:

  • Kaku: rumusan formal/fanatik dengan satu bentuk doa

Ini menyangkut bahan dan bagaimana harus berdoa dengan baik. Tanpa sadar, konsep, ‘rumusan’ tertentu ini membelenggu kita, membuat kita takut kalau tak dapat berdoa dengan baik dan ketakutan ini membuat kita merasa makin sulit atau malas berdoa.

Thomas Keating dalam bukunya The Better Part mengatakan, bahwa berdoa (berelasi dengan Allah) itu tidak dapat disusun atau diatur. Ini merupakan sesuatu yang spontan. Itu mengikuti pola yang sama dengan yang kita gunakan dalam berkenalan, berelasi dengan orang lain. Kita harus ada-bersama.

Ketika masih berkenalan, percakapan kita terasa canggung, memerlukan rumusan-rumusan tertentu. Kita seperti berjalan di atas kulit telur, sangat hati-hati, takut menyinggung perasaan, takut berkata salah.

Berdoa bersama di depan Biara St. Catherina di Sinai, Mesir (Mathias Hariyadi)

Dengan mengambil Maria dari Betania sebagai model pendoa, kita dapat bertanya lagi, “Apa yang dilakukannya dekat kaki Yesus?”

Dengan penuh cinta Maria duduk dekat kaki Yesus. Kita tidak tahu apa yang mereka percakapkan.

Apakah ada ‘rumusan’ di sana? Ini sifatnya sangat pribadi. Secara bertahap, perkenalan, relasi itu berkembang menjadi akrab, bersahabat, yang menyenangkan.

  • Keinginan tampil serba baik di hadapan Tuhan

“Hatiku gelisah dan tak pernah tenang sampai aku beristirahat dalam Dikau, ya Tuhan …, tetapi hatiku takut juga beristirahat dalam Dikau” (St. Agustinus).

Dalam bukunya God and You, William A. Barry SJ mengatakan, bahwa pandangan kita tentang Tuhan mulai berkembang sejak masa kanak-kanak dan sangat dipengaruhi oleh hubungan kita dengan orangtua serta para pengasuh kita. Dari mereka kita memiliki gambaran awal tentang Tuhan.

“Kalau saya ramah, manis, taat, bersih dan sebagainya, maka Tuhan akan tersenyum kepadaku. Namun jika saya marah, cemberut, bernafsu, dan sebaginya, maka Tuhan akan marah padaku.”

Gambaran keliru inilah yang memengaruhi relasi kita dengan Tuhan. Orang ingin tampil baik di hadapan Tuhan, supaya Tuhan bisa tersenyum. Kini tanpa sadar di hadapan Tuhan, orang tak mau mengakui dirinya marah, tertekan, iri, cemburu, jatuh cinta, birahi atau apa pun yang dianggap buruk di hadapan-Nya.

Di sini kita tidak menyadari bahwa kita tidak dapat mengontrol perasaan-perasaan itu, karena perasaan itu timbul begitu saja. Semakin kita mengizinkan diri kita apa adanya di hadapan Tuhan, relasi kita dengan Tuhan semakin berkembang akrab. Semakin kita jujur di hadapan Tuhan, kita akan mengalami bahwa Tuhan memang mencintai ita, menerima kita apa adanya dan mampu menumbuhkan kita. Semakin kita intim dalam berelasi semakin kita berani transparan.

Kita akan banyak belajar tentang diri sendiri dan sesama. Kita menjadi semakin peka dengan diri sendiri dan sesama, sehingga sering bagi mereka yang sudah dekat/intim, tidak banyak kata lagi yang dipakai dalam komunikasi. Hal ini sangat berarti pada hubungan kita dengan Tuhan, kita akan sehati, seperasaan, sekehendak dengan-Nya.

  • Kurang memakai hati

St. Teresa dari Kanak-kanak Yesus mengatakan, “Tuhan bersemayam di hati”. Thomas Hidya SJ dalam bukunya Peziarahan Hati mengatakan, bahwa “Doa yang kita panjatkan tampaknya seperti tidak dikabulkan karena kita berdoa kurang memakai hati”.

Dunia modern sekarang ini ditandai dengan segala sesuatu yang berlangsung cepat, berorientasi hasil, dan persaingan ketat. Orang dituntut untuk cepat. Situasi ini membuat orang sulit untuk dapat hadir kini dan di sini, sulit menikmati setiap detik, karena harus serba cepat, maka hati menjadi tidak tersentuh dan hidup kurang mendalam.

Sementara Tuhan bersemayam di kedalaman hati kita, kini dan di sini. Jika kita berjumpa dengan Allah di lubuk hati, Roh Allah akan memberi daya dan daya-Nya seperti air yang terus mengalir. Karena keberadaan Allah ada di lubuk hati, maka penting bagi kita untuk berkontak dengan hati, hidup dengan hati dan kesadaran.

Berdoa bersama. (Mathias Hariyadi)

Tak mampu berdoa

Mengatasi kesulitan berdoa. Jika kita sungguh merasa ‘tak mampu berdoa’, sulit berdoa, bacalah kisah-kisah inspiratif, Mazmur, teks-teks Kitab Suci, biografi orang besar, menikmati alam, doa dengan menyanyi, doa dengan menari, atau wawancara dengan diam di hadapan Tuhan.

Biarkan hati Anda tersentuh, Anda hanya perlu kreatif dan pasrah saat tak mampu apa-apa, biarkan Roh bekerja.

Mengatasi pelanturan

Dalam bukunya The Power of Now, Ekhart Tolle mengatakan, bahwa kita hadir pada momen sekarang ini, menghayati pengalman ‘sekarang’. Jadi ketika Anda berdoa, tetapi pikiran Anda ke mana-mana, mungkin Anda harus membiarkan pikiran itu mengembara bagaikan awan bergerak di langit, tetapi fokus Anda tetap pada langit.

Biarkan pikiran Anda berkelana seperti cerita di laya bioskop, tetapi fokus Anda tetap pada layar. Dapat juga Anda membawa/membicarakan pikiran yang mengembara itu kepada Tuhan.

Berdoa di tengah hembusan angin yang dingin menjelang petang hari di depan Biara St. Catherina Sinai, Mesir. (Mathias Hariyadi)

Empat tahapan berdoa

Empat tahap dalam proses berdoa demikian ini:

  • Aku berbicara Tuhan mendengar.
  • Tuhan berbicara aku mendengar.
  • Tuhan dan aku sama-sama tidak berbicara, tetapi sama-sama mendengarkan.
  • Tuhan dan aku sama-sama tidak berbicara dan sama-sama tidak mendengarkan. Yang tinggal hanya silence alias hening.

Ini adalah perkembangan karena komunikasi makin intim, disebut komunikasi kehadiran dalam kedamaian. Pengaruh utama doa batin terhadap doa-doa lainnya ialah memberikan arti baru dan kesatuan kepada doa-doa lain. Kita tidak lagi secara rutin, kewajiban mengucapkan doa-doa menurut acara yang ditentukan sebelumnya.

Kita menjadikan doa benar-benar dan bukan hanya mengucapkan atau menyanyikannya di bibir saja.

Mengapa perlu berdoa

Mengapa perlu berdoa? Dari media yang kita baca dan tonton, juga dari kenyataan hidup kita yang terdekat, situasi zaman sekarang ditandai dengan strss berat karena macam-macam alasan. Berbagai penyakit muncul, kekerasan dan bencana terjadi di mana-mana, juga antara suami-istri dan anak-anak, bahkan saling membunuh.

Suasana atau situasi keras mencabut nurani. Diri kita, sesama, alam, dan dunia memang sedang sakit dan terluka. Hati dan budi menjadi keruh, kacau, sehingga kebijaksanaan dan keputusan yang diambil tidak menjernihkan dan menyegarkan hidup.

Doa menjernihkan batin (seperti sudah diuraikan di atas); kita bertanggungjawab menjernihkan batin diri sendiri. Kekacauan batin diri sendiri akan berdampak pada kekacauan dunia. Jadi, jika kita mau menata dunia menjadi harmoni sejati ‘Jadilah di bumi seperti di dalam surga’, jernihkan dan harmonikan diri sendiri, tekun dalam berdoa dan tidak main-main.

Kalau kita tidak tekun berdoa atau tidak mau memahami doa, yang kacau bukan hanya diri sendiri, melainkan dunia.

Berdoa bersama di depan tepi batas Sungai Yordan di wilayah Galilea, Israel, bersama Pastor Justinus Danang Sigit Koesworo. (Mathias Hariyadi)

Akhirnya, mengapa kita perlu berdoa? Karena Tuhan ada, demikian juga seperti yang direfleksikan Paus Fransiskus, keheningan dan doa membuahkan trnsformasi dalam hidup seseorang dan relasinya dengan sesama. Doa mengabulkan keinginan orang yang didoakan. Jadi, terasa atau tidak dampaknya, teruslah berdoa, karena doa akan membawa kita pada frekuensi Ilahi, yang akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan hidup kita dan dunia kita.

Malam hari ada kejutan pada waktu makan malam, ada pembagian es krim Hula-hula dari Sr. Susana, SPM karena hari ini Tarekatnya merayakan 90 tahun SPM berkarya di Indonesia.

Selamat ya, semoga Tarekat SPM semakin berjaya!

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version