Home BERITA 70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Keutamaan dalam Berdoa (6)

70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Keutamaan dalam Berdoa (6)

0
Seorang pria Mesir di Kairo penganut iman kristiani Gereja Koptik tengah berdoa khusuk di Gereja Virgin Mary di Goshin, tepi Sungai Nil di kawasan Madi, Kairo. (Mathias Hariyadi)

Selasa, 11 Oktober 2016

HARI ini, kami melakukan meditasi alam di depan garasi dari pkl. 05.30 – 06.30 WIB yang dibimbing oleh Sr. Yovani Ismail, PI. Karena pesertanya banyak, maka kami dibagi menjadi dua kelompok.

Sebelumnya, saya berdoa Ibadat Bacaan dan Ibadat Pagi di kamar. Ketika mau keluar ke halaman, saya bingung, harus lewat dari mana. Lewat pintu depan masih dikunci, lewat garasi juga masih tertutup. Akhirnya saya lewat pintu di dekat dapur yang sudah terbuka. Jadi, saya harus berjalan lumayan jauh.

Ternyata, saya salah menuju ke garasi yang masih tertutup, padahal di sebelahnya ada pintu garasi yang sudah terbuka, di dekat beberapa sepeda. Maklumlah, saya masih asing dengan tempat ini, yang begitu banyak pintunya.

Materi hari ini masih melanjutkan yang kemarin: keutamaan dalam berdoa.

Baca juga:  70 Hari di Rumah Khalwat Roncalli: Sejarah Spiritualitas, Aksi dan Kontemplasi (5)

Keutamaan dalam berdoa

Keutamaan yang diperlukan dalam hidup doa, antara lain:

  • Sederhana

Yang dimaksud di sini: aku menyadari tujuan hidupku, identitasku, yaitu hanya mewujudkan diriku yang dikasihi Allah, mewujudkan image-ku sebagai citra Allah. Lihatlah tumbuh-tumbuhan di alam, mereka terbuka, diam, membiarkan matahari menyinarinya dan mereka berkembang.

Terjadi transdormasi.

Sederhana juga berarti tidak memersoalkan tempat dan rumusan-rumusan indah doa tertentu. ‘Berhenti’ saja dengan tenang di mana kita sedang berada, masuk ke dalam batin menjumpai Allah. Katakan saja pada Tuhan dengan jujur, spontan, apa yang sedang dialami, dipikir, dan dirasakan, yang sedang menguasaiku.

  • Rasa rindu

Seperti Zakheus yang mendengar tentang Yesus dan rindu untuk dapat melihat-Nya. Memanjat pohon ia lakukan untuk memenuhi kerinduannya. Yesus pun menjawab kerinduannya. Apakah sebenarnya yang aku rindukan selama ini? Jika tak ada rasa rindu pada Allah, apakah aku pernah memintanya?

Seperti yang diajarkan oleh pemazmur, “Ya Allah, Engkaulah Allahku, aku mencari Engkau, jiwaku haus kepada-Mu, tubuhku rindu kepada-Mu.”

Jika aku rindu kepada-Nya, dengan tenang ungkapkan sepenuh hati dan rasakan kerinduan itu sedalam-dalamnya, karena kerinduan itu sendiri adalah doa.

Sebenarnya Tuhan sendirilah yang terus-menerus membangkitkan hasrat kita, kerinduan kita kepada-Nya. Tanda-tandanya antara lain melalui alam semesta dan sesama yang menarik perhatian kita, namun Tuhan memberi kebebasan bagi manusia untuk menjawab-Nya atau tidak. Membiarkan semua indra disentuh dan tersentuh. Doa efektif adalah doa afektif. Tuhan menganugerahkan indra kepada kita supaya dapat ‘menangkap’ Dia. Beranilah membiarkan diri disentuh,tersentuh, terutama dengan hal kecil, sederhana.

Hal ini kurang dilatih di dunia kita ini yang mengagungkan segala yang hebat, wah, cepat, gemerlap. Tuhan Allah Yang Mahaagung telah inkarnasi menjadi bayi kecil, sederhana. Buka dan pakailah semua indra, penciuman, pendengaran, rasa di kulit/raba, pencecapan, penglihatan, intuisi.

Romo Justinus Danang Sigit berdoa khusus di Gereja Virgin Mary di Madi, Kairo, Mesir (Mathias Hariyadi)
  • Doa yang efektif adalah doa afektif

Menyentuh dan melibatkan seluruh diri: hati, rasa perasaan, batin, budi yang membuat hati kita terangkat ringan pada-Nya penuh syukur. “Cintailah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, budi, dan kehendak.”

Rasakan semilir angin yang menyentuh kulit, sejuknya air ketika Anda mandi, halusnya kelopak bunga. Dengarkan kicau burung, suara jangkrik, gesekan daun, suara rintik hujan.

Lihatlah, nikmatilah pemandangan alam, ikan berwarna-warni, bunga dan pohon dengan macam-macam bentuk dan warna. Tuhan dengan sengaja menyapa, menyentuh hati kita dengan segala macam hal itu. Ia ingin kita berkomunikasi lebih dalam dengan-Nya melalui hal-hal yang menyentuh hati kita tadi. “Lihatlah kauh ke alam dan Anda akan mengerti segalanya dengan lebih baik” (Albert Einstein).

  • Adanya Komitmen

Tujuan hidup kita adalah bersatu dengan Yesus yang memanggil kita. Mau bersatu karena saling mencintai. Persatuan dua pribadi membutuhkan proses, kesetiaan, dan komitmen. Kalau komitmen tidak ada, relasi tidak dipelihara, seperti tanaman, maka akan kering dan mati.

Mencintai adalah komitmen. Begitu juga dengan doa, mau tidak mau harus ada komitmen untuk mau berjumpa dengan Dia, menyapa, hadir menikmati Dia setiap hari. Bukan kuantitas, tetapi lebih kualitas. Yang terpenting adalah sharing, timbal balik. Jika tidak ada komitmen, maka hidup tidak terarah.

  • Hening

Keheningan biasanya dikaitkan dengan diam, namun keheningan tidak selalu sama dengan diam. Orang yang diam belum tentu bisa hening. Keheningan adalah situasi yang dicapai seseorang yang memungkinkan dia semakin sadar akan dirinya.

Keheningan adalah situasi batin dan merupakan syarat untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Yesus sendiri sebelum memulai karya-Nya  tinggal di padang gurun. Selama waktu itu, Ia banyak berdoa dan berpuasa supaya Ia jernih, hening menemukan kehendak Bapa-Nya.

Keheningan yang dialami Yesus ketika berdoa tidak hanya berhenti dalam doa, tetapi juga berlanjut ketika Yesus berkarya. Keheningan yang mengungkapkan kesatuan-Nya dengan Allah Bapa menjadi dasar bagi Yesus untuk menjalankan karya-Nya.

Dengan begitu keheningan selalu melingkupi Yesus, sehingga setiap kali Ia dapat berkomunikasi, berdoa spontan kepada Bapa-Nya dalam situasi apa pun, misalnya dalam penggandaan roti, ketika akan dijebak “Bolehkah membayar pajak pada kaisar?”, bahkan di tengah keramaian ketika orang banyak marah dan merajam perempuan berzinah, Yesus tetap hening, Ia ‘sms” Bapa-Nya dengan menulis di tanah.

  • Buah keheningan adalah kecerdasan

Ini seperti yang kita lihat dari jawaban-jawaban Yesus yang cerdas dan alternatif dari contoh perikop di atas, karena Ia dikuasai Roh Kudus.

Keheningan dapat dilatih antara lain melalui: saat-saat teduh yang kita ciptakan, mendengarkan alam, membaca kisah inspiratif, mendengarkan lagu/musik bermutu, bacaan rohani, menggambar/mewarnai mandala, yoga. “Dalam cinta sering kebungkaman dan keheningan lebih berlaku daripada percakapan” (Blaise Pascal).

Dimensi ilahi manusia

Doa sebagai jalan untuk mengalami dan memancarkan dimensi Ilahi kita. Dimensi Ilahi dalam diri manusia.

Menurut Erbe Sentanu dalam bukunya Quantum Ikhlas, kita bukan makhluk fana yang sedang berupaya menjadi makhluk spiritual, melainkan kita  -secara hakiki- membawa unsur Ilahi di dalam setiap sel terkecil kita. Tuhan membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya.

Thomas Keating mengatakan, “Masing-masing kita sebagai seorang Kristiani adalah “Sabda yang Menjelma”, dipanggil untuk menunjukkan Yesus Kristus kepada zaman kita, bagi para sahabat dan keluarga kita, dan orang-orang yang bekerja dengan kita.”

Jadi, hakikat kita adalah Ilahi. Kita bukan sekedar tubuh. Unsur yang membentuk kita adalah jasad dan roh. Dengan berdoa, kita menyadari dan mengalami kembali keilahian kita. Kalau itu menjadi aktivitas rutin, maka cahaya roh, cahaya Ilahi memancar dalam kehadiran kita, dalam aktivitas duniawi kita.

Doa mengaktifkan gen-gen yang bermanfaat

Prof. Kazuo Murakami mengatakan, apa yang kita pikirkan memengaruhi cara kerja gen kita dan hal ini dapat membawa penyakit atau kesehatan. Ia  mengadakan penelitian tentang gen-gen dalam tubuh manusia, dan penelitian ini menghasilkan  suatu rasa kagum akan keajaiban Yang Mahakuasa.

Prof. Murakami  menemukan bahwa gen kitalah yang mengatur sistem dalam tubuh kita, sehingga kita tetap hidup. Gen-gen dapat dinyalakan dan dipadamkan. Ia menemukan bahwa kebahagiaan, keceriaan, inspirasi, rasa syukur dan doa dapat mengaktifkan gen-gen yang bermanfaat.

Hidup akan berjalan lancar bila kita memertahankan sikap positif yang penuh antusiasme dan vitalitas. Keadaan mental seperti ini akan mengaktifkan gen-gen baik dan menonaktifkan gen-gen buruk.

Saat kita berdoa, ketika kita mengucapkan pujian syukur, mendaraskan Mazmur, membaca Kitab Suci, memvisualisasikan cinta Allah, menatap hidup dengan kaca mata Ilahi, mengalami keheningan dan rasa utuh, gen-gen positif menyala dalam tubuh kita.

Dalam kenyataan,  kita semua pernah mengalami masa-masa sulit, lelah, dan depresi, energi terkuras karena hubungan dengan sesama yang tidak menyenangkan, pekerjaan menumpuk yang sangat membebani, dll. Pada saat-saat seperti itu memang sukar untuk tidak merasa sedih atau depresi.

Bagaimana caranya melepaskan diri dari perasaan depresi ketika hal-hal tidak menyenangkan itu terjadi? Yaitu dengan menyalakan gen-gen yang memberi tenaga.

Salah satu caranya adalah dengan membiarkan diri Anda terinspirasi. Jika tak ada yang menginspirasi Anda saat itu, pikirkanlah saat-saat ketika Anda merasa begitu bersemangat.

Inspirasi adalah kombinasi dari kegembiraan dan semangat yang menyennangkan.

Ketika Anda berdoa, memuaskan perhatian Anda pada hadiah-hadiah Allah sekarang ini, hadir dan membuka hati, Anda menerima siraman cahaya roh, gen-gen positif di seluruh tubuh Anda dinyalakan. Mungkin Anda tidak secara langsung dapat merasakannya, tetapi pikiran Anda mengarahkan kerja gen-gen Anda. Maka doa yang khusuk, sampai merasa terinspirasi oleh nilai-nilai luhur dapat menyembuhkan tidak hanya luka hati, namun juga luka fisik.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version